Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Pilpres 2024, Muzani: Prabowo Sudah Waktunya
Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani.

Pilpres 2024, Muzani: Prabowo Sudah Waktunya



Berita Baru, Jakarta – Sekretaris Jenderal Partai Gerindra, Ahmad Muzani, kembali mengatakan bahwa Prabowo Subianto adalah orang yang tepat untuk memimpin bangsa ke depan.

Sebab, di kancah global, Prabowo dihormati oleh dunia internasional sebagai menteri pertahanan dari negara besar. Maka, akan lebih baik lagi bila kemampuan itu ditingkatkan di kursi kepresidenan. 

“Karena itu, kami merasa tidak berlebihan Prabowo adalah orang yang tepat untuk memimpin bangsa kita ke depan. Kunjungan Pak Prabowo ke Pentagon ketika bertemu Menhan Amerika Serikat menunjukkan bahwa Beliau memiliki pergaulan yang begitu luas dan diplomasi pertahanan yang baik serta dihormati,” ungkap Muzani dalam keterangan tertulis pada Kamis, (27/10/2022). 

Ia menambahkan, di tengah situasi yang tidak menentu seperti sekarang, dibutuhkan pemimpin yang memiliki visi yang jelas. Selain itu, dibutuhkan juga karakter pemimpin yang kuat, tegas dan disegani oleh negara-negara di dunia. 

“Wis wayahe (sudah waktunya) Prabowo (jadi) presiden,” tutur dia lagi.

Namun, yang terjadi berdasarkan survei Litbang Harian Kompas, elektabilitas Prabowo pada Oktober 2022 malah anjlok. Bila pada Juni 2022 lalu, elektabilitas masih di angka 25,3 persen, maka per Oktober angkanya menjadi 17,6 persen. 

Apa strategi Partai Gerindra untuk meningkatkan elektabilitas Prabowo?

Menurut peneliti senior di Litbang Kompas, Bambang Setiawan, ada dua faktor yang menyebabkan tingkat elektabilitas Prabowo justru anjlok. Pertama, karena langkah politik Prabowo yang dinilai pasif. 

“Prabowo Subianto (pendekatan) sifatnya pasif. Artinya, dia yang didatangi dibandingkan dia yang melakukan tur politik,” ungkap Bambang seperti dikutip dari YouTube Harian Kompas, hari ini. 

Sejauh ini, sudah ada dua tokoh politik yang mendeklarasikan diri maju sebagai capres. Selain Prabowo, ada pula Anies Baswedan. 

Namun, deklarasi Anies sebagai capres di markas Partai Nasional Demokrat lebih mendapatkan sorotan ketimbang deklarasi Prabowo di Sentul. Menurut Bambang, ini jadi penyebab kedua mengapa elektabilitas mantan jenderal di Kopassus itu menurun. 

“Deklarasi Prabowo sebagai capres dipandang oleh orang seperti urusan internal dari Partai Gerindra. Bukan sebuah perayaan publik. Bisa dibilang dibandingkan Anies Baswedan. Anies adalah figur di luar partai dan pergerakannya yang semakin intens. Ini membuat deklarasi Anies terlihat nampak berbeda,” tutur dia. 

Survei Litbang Kompas ini melibatkan 1.200 responden yang tersebar di 34 provinsi. Survei itu dilakukan dengan cara tatap muka pada periode 24 September-7 Oktober 2022. 

Sementara, Ketua Harian DPP Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, menilai hasil survei Litbang Kompas ditanggapi secara biasa saja. Ia pun melihat survei sering kali fluktuatif. 
“Kadang (survei) naik, kadang turun. Itu biasa,” ungkap Dasco kepada media pada Rabu, 26 Oktober 2022 lalu. 

Ia menambahkan, salah satu penyebab elektabilitas Prabowo menurun diduga lantaran Ketum Gerindra itu masih fokus bekerja sebagai Menteri Pertahanan.

Sementara, bakal capres lainnya sudah sibuk berkampanye ke beberapa daerah. Diperkirakan hal itu mengerek angka elektabilitas di survei. 

“Kita sama-sama tahu bahwa Pak Prabowo juga belum melakukan kampanye-kampanye, hanya melakukan kerja-kerja sebagai Menhan dan membantu Pak Presiden,” tutur dia. 

Pria yang juga menjabat Wakil Ketua DPR itu menilai, masih ada waktu untuk mendongkrak elektabilitas Prabowo hingga 2024. Ia pun menilai tingkat elektabilitas yang direkam oleh para lembaga survei akan dijadikan evaluasi oleh Partai Gerindra.

“Ya, kan pemilu masih ada waktu. Nanti, akan kita lihat bagaimana akhirnya elektabilitas siapa yang paling tinggi,” katanya. 

Jika Prabowo benar-benar maju pada pemilu 2024, praktis Prabowo sudah empat kali bertarung memperebutkan kursi RI 1. Meski begitu, ia belum mengumumkan siapa calon wakil presiden yang bakal mendampinginya. 

Prabowo kali pertama ikut pilpres pada 2009 lalu. Ia menjadi cawapres dan mendampingi Megawati Soekarnoputri. Ketika itu, ia kalah telak dari pasangan petahanan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Boediono. Prabowo meraih 32,5 juta suara (26,79 persen). 

Ia kembali maju di pemilu 2014. Namun, kali ini Prabowo menjadi capres dan berpasangan dengan Hatta Rajasa. 

Kali itu ia melawan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Saat itu, Prabowo kalah dari Jokowi-JK. Ia meraih 62,5 juta suara (46,85 persen). Prabowo sempat tidak terima dengan kekalahan tersebut dan mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK). 

Prabowo maju lagi di pemilu 2019. Kali ini, Prabowo berpasangan dengan Sandiaga Uno yang notabene juga adalah kader Partai Gerindra. 

Ia kembali kalah dari Jokowi dalam pemilu tersebut. Pada pemilu 2019, Prabowo-Sandi meraih 68,6 juta suara (44,50 persen). Sama seperti peristiwa kekalahan 2014 lalu, Prabowo juga tidak terima. Ia kembali mengajukan gugatan ke MK dan ditolak.

beras