Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Abdul Ghoni
Ketua PKC PMII Jatim, Abdul Ghoni. (Foto: Istimewa)

PKC PMII Jawa Timur Anggap Gerakan KAMI sebagai Manuver Keinginan Pergantian Kekuasaan Belaka



Berita Baru Jatim, Surabaya — Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) yang dideklarasikan pada 18 Agustus 2020 di Tugu Pahlawan menyebut bahwa akar dari gerakan KAMI ialah gerakan moral menuju Indonesia lebih Adil Sejahtera dan KAMI juga menyebut pemerintahan hari ini membuat Indonesia tak ubahnya kapal tua yang siap karam dihantam ombak krisis multidimensi.

Dari ratusan tokoh yang mendukung deklarasi KAMI, ada Rachmawati Soekarnoputri, lalu mantan Panglima TNI Jenderal (purn) Gatot Nurmantyo, mantan Menko Kemaritiman Rizal Ramli, mantan Menteri Kehutanan MS Ka’ban, hingga ketua Umum FPI Sobri Lubis.

Tokoh terkemuka lain yang mendukung deklarasi KAMI di antaranya ada dari kalangan akademisi, mulai Prof Sri Edi Swasino, Prof Didik Rachbini, Dr Ichsanuddin Nooersy.

Dari kalangan Purnawirawan TNI selain Gatot, ada pula nama Laksamana (Purn) Tedjo Edhy Purdijatno, Letien (Purn) Sarwan Hamid, Marsekal (Purn) Amirullah.

Sementara itu, tak ketinggalan, dari kalangan aktivis turut bergabung Adhie Massardi, Syahganda Nainggolan, Rocky Gerung, juga Refly Harun.

Inisiator utama KAMI ialah mantan ketua PP Muhammadiyah prof Din Syamsuddin dan politisi senior Prof Amien Rais.

Merespon Gerakan KAMI, Pengurus Koordinator Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Jawa Timur menganggap munculnya nama-nama tersebut memungkinkan bahwa KAMI sekedar gerakan sakit hati pascapertarungan Pilpres 2019 yang lalu.

“Adanya nama Amien Rais, Din Syamsudin, Said Didu, Gatot Nurmantyo dan sederet nama lain deklarator KAMI menjadikan gerakan ini bias politik pasca pilpres karena nama-nama tersebut tergabung dalam Badan Pemenangan Nasional (BPN) dari paslon yang kalah pada pesta demokrasi kemarin,” ucap Abdul Ghoni ketua PKC PMII Jawa Timur pada awak media.

Abdul Ghoni atau Ghoni sapaan akrabnya menyatakan gerakan moral sebagaimana diklaim oleh KAMI dalam sejarah politik Indonesia lebih banyak diinisiasi oleh gerakan anak muda dan mahasiswa.

“Ya kalau kita baca secara mendetail sejarah Indonesia ini adalah sejarah anak Muda bukan sejarah politisi tua, kita tengok transisi dari orde lama ke orde baru dan dari orba ke Reformasi. Semua gerakan yang menjebol tanpa intrik politik itu nyaris semua digerakkan oleh gerbong mahasiswa, sementara KAMI adalah sekumpulan tokoh senior yang sekedar menghendaki rezim Change (pergantian kekuasaan) sebab rata-rata deklaratornya ialah mantan pejabat tinggi republik yang hari ini tidak lagi berkuasa, jadi tidak ada jaminan sama sekali apabila gerbong KAMI merebut kekuasaan lalu Republik ini akan lebih baik,” tegas aktivis yang juga mahasiswa pascasarjana Universitas Airlangga itu.

Ghoni menambahkan bahwa gerakan KAMI sebenarnya adalah upaya copy paste dari petisi 50 yang pernah digalakkan ketika rezim orde baru namun tokoh-tokoh penandatangan petisi 50 jauh lebih berintegritas dibanding para deklarator KAMI.

“Kalau dicermati KAMI merupakan upaya copy paste Penandatanganan petisi 50 hanya saja tokoh-tokoh di gerakan petisi 50 jauh lebih berintegritas seperti Jendral Hoegeng yang dijuluki sebagai polisi paling jujur oleh Gus Dur, Ali Sadikin gubernur DKI Jakarta paling sukses sepanjang sejarah, hingga Jendral AH Nasution yang kapasitasnya sudah tak perlu dipertanyakan lagi, dan petisi 50 nampak lebih matang secara gagasan dibanding gerakan reaksioner yang digalakkan KAMI,” tutupnya.

beras