Profil Anies Baswedan
Berita Baru, Tokoh – Siapa yang tidak mengenal sosok Anies Baswedan. Pria bernama lengkap Anies Rasyid Baswedan ini merupakan Bakal Calon Presiden yang diusung oleh Partai NasDem. Sebelumnya ia merupakan Gubernur Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta.
Ia juga pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) di Kabinet Kerja Joko Widodo-Jusuf Kalla. Sebelumnya, ia merupakan Rektor Universitas Paramadina, dan saat penunjukannya, merupakan rektor termuda di Indonesia, yakni di usia 38 tahun.
Sebelum terjun ke dunia politik, perjalanan karier Anies Baswedan dimulai dari dunia akademik, baik sebagai pengajar (dosen) maupun peneliti.
Masa Kecil dan Remaja
Anies Baswedan lahir pada 7 Mei 1969 di Kuningan, Jawa Barat. Ia merupakan anak dari Rasyid Baswedan yang berprofesi sebagai dosen Fakultas Ekonomi di Universitas Islam Indonesia (UII) dan Hj. Aliyah Rasyid Baswedan, yang merupakan dosen dan guru besar emeritus di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Anies merupakan cucu dari H. Abdurrahman Baswedan atau dikenal dengan nama A. R. Baswedan. Kakek Anies merupakan pahlawan nasional dan dikenal sebagai seorang nasionalis, jurnalis, pejuang Kemerdekaan Indonesia, diplomat, mubaligh, dan sastrawan Indonesia.
Ia memiliki dua orang adik, yaitu Ridwan Baswedan dan Abdillah Baswedan. Anies dibesarkan di Yogyakarta. Pada saat usianya menginjak 5 tahun, Anies bersekolah di Taman Kanak-kanak (TK) Masjid Syuhada. Setelah itu, Anies melanjutkan sekolah dasar Laboratori, Yogyakarta saat umurnya 6 tahun.
Anies kecil dikenal sebagai anak yang mudah bergaul dan juga punya banyak teman, serta sudah memiliki bakat sebagai organisator. Ini terlihat pada saat dirinya berusia 12 tahun, sudah membentuk kelompok bernama ‘Kelabang’ atau Klub Anak Berkembang, yang memiliki anggota berusia 7 sampai 15 tahun. Kelompok Kelabang ini aktif mengadakan berbagai kegiatan olahraga dan kesenian di kampungnya.
Setelah tamat pendidikan dasar, Anies melanjutkan pendidikan menengah di SMP Negeri 5 Yogyakarta, di mana dirinya terus aktif dalam kegiatan organisasi, yakni Organisasi Intra Sekolah (OSIS) dan memiliki jabatan pengurus bidang Hubungan Masyarakat.
Setelah lulus, Anies melanjutkan studinya di SMA Negeri 2 Yogyakarta. Di jenjang pendidikan menengah atas ini, Anies terpilih menjadi wakil ketua OSIS dan mengikuti pelatihan kepemimpinan bersama tiga ratus pelajar Ketua OSIS di seluruh Indonesia. Dari situlah, Anies terpilih menjadi Ketua OSIS seluruh Indonesia pada 1985.
Masa Pendidikan Tinggi
Setelah menyelesaikan SMA, Anies masuk ke Fakultas Ekonomi di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Ia menyandang gelar sarjana ekonomi pada usia 26 tahun. Lulus dari UGM, Anies langsung aktif di lembagai kajian ekonomi di almamaternya di Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi UGM.
Saat kuliah, Anies mendapatkan beasiswa Japan Airlines Foundation bidang Asian Studies di Universitas Sophia Tokyo, Jepang. Setelah lulus kuliah, Anies sempat bekerja di Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi di UGM. Selama bekerja Anies juga mendapat beasiswa Fulbright untuk pendidikan Master Bidang International Security and Economic Policy di Universitas Maryland, College Park.
Ia menempuh pendidikan S2 di University of Maryland, School of Public Policy, College Park, Amerika Serikat dan S3-nya di Northern Illinois University, Department of Political Science, Dekalb, Illinois, Amerika Serikat.
Mengutip www.gramedia.com, pada saat menempuh jenjang pendidikan tinggi di UGM, Anies tetap aktif berorganisasi. Saat kuliah, ia bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Islam dan menjadi salah satu Majelis Penyelamat Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam UGM.
Selain itu, Anies pernah menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa di Fakultas Ekonomi UGM pada 1992 dan turut membantu lahirnya kembali Senat Mahasiswa setelah dibekukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Anies kemudian membentuk Badan Eksekutif Mahasiswa atau BEM sebagai lembaga eksekutif dan mempromosikan senat sebagai lembaga legislatif yang disahkan kongres pada tahun 1993.
Di BEM UGM ini, Anies memulai gerakan berbasis riset, yakni sebuah tanggapan atas tereksposnya kasus Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh yang menyangkut putra Presiden Soeharto, Hutomo Mandala Putra. Anies juga turut menginisiasi demonstrasi melawan penerapan Sistem Dana Sosial berhadiah pada November 1993 di kota Yogyakarta.
Karier Anies Baswedan
Mengutip populis.id, Anies pernah bekerja sebagai National Advisor bidang desentralisasi dan otonomi daerah di Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, Jakarta (2006-2007). Anies juga pernah menjadi peneliti utama di Lembaga Survei Indonesia (2005-2007).
Pada 15 Mei 2007 silam, Anies Baswedan dilantik menjadi rektor termuda di usia 38 tahun di Universitas Paramadina. Anies menjadi rektor menggantikan posisi Nurcholish Madjid.
Bahkan, Majalah Foreign Policy memasukan Anies dalam daftar 100 Intelektual Publik Dunia. Selanjutnya pada 2008, Anies merintis Program Beasiswa di Universitas Paramadina bernama Paramadina Fellowship, yang mengadopsi konsep dari universitas-universitas di Amerika Utara dan Eropa dengan menyematkan nama sponsor sebagai predikat penerima beasiswa.
Pada 2009 Anies menginisiasi gerakan Indonesia Mengajar, yang merupakan tindak-lanjut ide yang pernah diutarakan (alm) Prof. Koesnadi Hardjasoemantri. Gerakan ini dimaksudkan untuk mendorong kemajuan pendidikan di Indonesia, bukan melalui seminar dan diskusi tetapi melalui program konkret mengirimkan sarjana terbaik Indonesia menjadi guru SD.
Terjun ke Dunia Politik
Memasuki 2013, Anie resmi terjun ke dunia politik, dengan menjadi peserta konvensi calon presiden (capres) dari Partai Demokrat. Pada 2014, Anies kemudian bergabung dalam tim pemenangan Capres Joko Widodo–Jusuf Kalla sebagai Juru Bicara.
Selanjutnya pada 2014, Jokowi menunjuk Anies Baswedan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Menjabat sebagai menteri, Anies merombak organisasi di lingkup Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), seperti Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dipisah dan digabung dengan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Anies juga membenahi seleksi terbuka Kemendikbud dan melakukan distribusi Kartu Indonesia Pintar (KIP). Membuat program sekolah aman serta mengimbau orangtua agar mengantar anaknya sekolah pada tahun ajaran baru.
Anies juga menerapkan kurikulum pendidikan terbaru serta menyebarkan guru berkualitas agar merata di semua wilayah serta melakukan reformasi ujian nasional. Ia menjabat sebagai Mendikbud mulai 2014 hingga pertengahan 2016. Setelah itu digantikan oleh Muhadjir Effendy.
Usai menjabat menteri pendidikan, Anies kemudian maju dalam putaran pemlihan Gubernur DKI Jakarta ke-19 bersama Sandiaga Uno. Keduanya diusung partai Gerindra pada 2017.
Pada pemilihan umum kepala daerah (Pilkada) DKI Jakarta yang dilaksanakan dua putaran 2017 silam, pasangan Anies dan Sandiaga berhasil mengalahkan pasangan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok serta Djarot Saiful Hidayat.