Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Profil Harmoko: Dari Jurnalis Hingga Jadi Ketua DPR/MPR
Profil Harmoko: Dari Jurnalis Hingga Jadi Ketua DPR/MPR

Profil Harmoko: Dari Jurnalis Hingga Jadi Ketua DPR/MPR



Berita Baru, JakartaHarmoko, Menteri Penerangan masa Presiden Soeharto meninggal dunia di Rumah Sakit Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Minggu 4 Juli 2021.

Harmoko lahir pada 7 Februari 1939 yang masih diingat oleh masyarakat yang hidup di jaman Orde Baru. Ia sering muncul di media TVRI jika Soeharto mengumumkan kebijakannya.

Ia meninggal pada usia 82 tahun. Pria ini mempunyai karir politik yang cukup cemerlang.

Harmoko menjabat menteri 3 priode dari tahun 1983 hingga 1997 dan juga pernah menjabat Ketua Umum Golkar Periode 1993-1998. Kemudian Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua DPR/MPR tahun 1997-1999.

Harun Muhammad Kohar nama lengkapnya, meniti karir sebagai jurnalis dan kartunis di Majalah Merdeka dan kisahnya dekat dengan Soeharto sejak dia menjadi jurnalis.

Tahun 1964, ia bekerja sebagai wartawan di Harian Angkatan Bersenjata dan lalu bekerja di Harian API tahun 1965.

Jadi Menteri Penerangan Era Soeharto

Namanya meroket dinamika politik Indonesia pada tahun 19 Maret 1983. Ketika itu, ia di percaya Soeharto untuk menjabat sebagai Menteri Penerangan RI ke-22 menggantikan Ali Murtopo.

Selama menjabat Menteri Penerangan hingga 16 Maret 1997, Harmoko membuat sejumlah gebrakan, mulai dari gerakan Kelompok Pendengar, Pembaca dan Pirsawan (Kelompencapir) untuk sebagai alat untuk menyebarkan informasi dari pemerintah.

Harmoko ini pula di nilai berhasil memengaruhi hasil Pemilu melalui Safari Ramadhan.

Jabat Ketua Umum Golkar

Masih menjabat sebagai Menteri Penerangan, pada 1993, Partai Golkar menggelar Musyawarah Nasional (Munas). Dalam Munas disepakati Harmoko sebagai Ketua Umum Golkar.

Harmoko menjadi orang pertama menjadi Ketua Umum Golkar dari sipil. Sebelumnya dipimpin oleh dari kelompok militer.

Jabat Ketua DPR/MPR

Namanya terus berada di lingkaran kekuasaan Soeharto hingga tahun 1997, tiba-tiba dia dicopot Soeharto dari kementerian yang terus menaikkan namanya.

Setelah itu, ia di buatkan pos sendiri oleh Soeharto sebagai Menteri Negara Urusan Khusus dan Harmoko hanya menjabat mulai 6 Juni hingga 1 Oktober 1997.

Tak jelas untuk pos kementerian itu dibuat karena posisi Harmoko berganti menjadi Ketua DPR/MPR RI hingga tahun 1999.

Di pos itulah, Harmoko mengambil posisi antagonis dalam proses berakhirnya Orde Baru dan dikenal sebagai tangan kanan Soeharto selama berpuluh-puluh tahun lamanya dan tiba-tiba berganti menjadi posisi mendorong hancurnya Orde Baru itu sendiri.

Harmoko, pada 18 Mei 1998, mengumumkan bahwa Soeharto harus mau turun. Padahal, beberapa hari sebelumnya, Harmoko masih menolak ada orang lain yang pantas menggantikan Soeharto.

Ia sendiri yang susah-susah melakukan Safari Ramadhan ke daerah-daerah di Indonesia untuk meyakinkan Soeharto bahwa rakyat masih menginginkannya menjadi presiden pada tahun 1997, di dekade ketiga Soeharto memimpin Indonesia.

beras