Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Puisi Karawang Bekasi Chairil Anwar
(Dok. Foto: Twitter.com)

Puisi Karawang Bekasi Chairil Anwar



Berita Baru, PuisiChairil Anwar lahir di Medan, 26 Juli 1922. Ia merupakan putra mantan Bupati Indragiri Riau, dan masih memiliki ikatan keluarga dengan Perdana Menteri pertama Indonesia, Sutan Sjahrir. 

Chairil Anwar sering kali disebut sebagai pelopor angkatan ’45 dalam sejarah sastra Indonesia. Karya-karya Chairil Anwar banyak bertemakan tentang kematian, eksistensialisme dan individualisme.

Puisi-puisi Chairil Anwar tidak hanya berbahasa Indonesia namun juga diterjemahkan dalam bahasa asing. Hal itu membuktikan bahwa karya Chairil Anwar juga diakui dunia.

Meskipun hidupnya tergolong singkat dan meninggal dalam usia muda Chairil Anwar meninggalkan jejak yang sangat berarti bagi dunia sastra Indonesia dan kepenyairan tanah air.

Salah satu puisi karya Chairil Anwar yang sering dibacakan dan dibahas menjelang peringatan Kemerdekaan adalah Karawang Bekasi.

Berikut Puisi Karawang Bekasi Chairil Anwar:

Krawang Bekasi

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi

tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi,

Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,

terbayang kami maju dan mendegap hati?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi

Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.

Kenang, kenanglah kami

Kami sudah coba apa yang kami bisa

Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan

arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan

Tapi kami adalah kepunyaanmu

Kaulah lagi ada yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan

kemenangan dan harapan

atau tidak untuk apa-apa,

Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata

Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi

Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami

Teruskan, teruskan jiwa kami

Menjaga Bung Karno

menjaga Bung Hatta

menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat

Berikan kami arti

Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami

yang tinggal tulang-tulang diliputi debu

Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi. 

beras