Putaran 10 Sekolah Sastra, HISKI Angkat Topik Sastra Anak
Berita Baru, Jakarta — Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI) kembali gelar Sekolah Sastra putaran ke-10. Acara digelar via Zoom Meeting serta disiarkan secara langsung di kanal Youtube Official HISKI Pusat dan Tribun Network, Sabtu (12/10).
Pada putaran 10 kali ini, Sekolah Sastra mengangkat tema “Sastra Anak” dengan narasumber Prof. Dr. Mohd. Harun M.Pd. (HISKI Universitas Syiah Kuala Banda Aceh), dengan moderator Dr. Endah Imawati, M.Pd. (Tribun Network).
Sebelum pemaparan materi, acara dibuka dengan sambutan Wakil Ketua II HISKI, Prof. Dr. Farida Nugrahani, M.Hum. Farida mengungkapkan bahwa karya sastra selain berfungsi untuk memberikan hiburan bagi pembaca/penikmatnya juga memberi pendidikan atau pesan-pesan moral.
Farida berharap topik Sastra Anak ini dapat dijadikan inspirasi untuk penelitian-penelitian dan kajian bagi para mahasiswa, dosen, dan peneliti sastra anak.
“Semoga apa yang disampaikan Prof. Harun dari HISKI Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ini memperluas wawasan keilmuan kita khususnya mengenai sastra anak dan menjadi sumber inspirasi untuk menindaklanjuti dengan kajian dan penelitian,” jelas Farida.
Acara berlanjut ke pemaparan inti. Harun membawakan presentasi berjudul “Berkenalan dengan Sastra Anak”. Harun mengawali presentasinya dengan mengutip pendapat Nurgiyantoro (2005: 6) bahwa Sastra Anak adalah sastra yang secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan dipahami oleh anak, yang umumnya berangkat dari fakta yang konkret dan mudah diimajinasikan.
“Cerita anak-anak adalah cerita sederhana yang kompleks. Kesederhanaan itu ditandai oleh syarat wacananya yang baku dan berkualitas tinggi, namun tidak ruwet, sehingga komunikatif,” terang Harun.
Di samping itu, lanjut Harun, pengalihan pola pikir orang dewasa kepada dunia anak-anak dan keberadaan jiwa dan sifat anak-anak menjadi syarat cerita anak-anak yang digemari. Dengan kata lain, cerita anak-anak harus berbicara tentang kehidupan anak-anak dengan segala aspek yang berada dan memengaruhi mereka.
Harun juga menerangkan bahwa konsep Sastra Anak tak jauh berbeda dengan kredo kesusastraan klasik yang berbunyi dulce et utile.
“Konsep dulce et utile diartikan bahwa sastra memiliki dua muatan, yakni menghibur dan mendidik. Fungsi utama Sastra Anak adalah memberi kesenangan dan juga sebagai media untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan,” ungkap Harun.
Harun menambahkan bahwa dalam Sastra Anak, karakter protagonis harus sangat kuat. Latar dalam cerita anak juga perlu dijelaskan secara detail.
“Pembaca anak akan mengidentifikasikan dirinya kepada tokoh protagonis sehingga sikap dan tingkah laku tokoh tersebut seolah-olah diadopsi menjadi sikap dan tingkah laku dirinya. Latar juga harus dijelaskan secara baik dan runut agar mudah untuk dipahami,” tutur Harun.
Selain menjelaskan definisi, teori, dan jenis Sastra Anak, Harun juga memberikan contoh-contoh Sastra Anak atau bacaan yang cocok untuk anak di akhir presentasinya.
“Tokoh yang cerdik seperti rubah dan cerita lucu berbasis bahasa berpotensi berpotensi digali dan dikembangkan dari sastra lokal,” jelas Harun. Hal tersebut sekaligus sebagai media untuk menginternalisasikan potensi dan fenomena yang hidup di lingkungan anak.
Acara dilanjutkan dengan diskusi interaktif antara narasumber dan audiens. Sampai akhir acara, Sekolah Sastra kali ini diikuti sekitar 127 peserta di Zoom Meeting dan telah ditonton 106 kali akun Youtube.
Sekolah Sastra merupakan salah satu program kegiatan HISKI Pusat untuk meningkatkan kompetensi dan bekal bagi para anggota HISKI yang tersebar dari Aceh hingga Papua.
Sekolah Sastra ini digelar setiap bulan di minggu pertama dan kedua. Sementara itu, untuk minggu ketiga digelar agenda Tukar Tutur Sastra yang menjadi agenda rutin Hiski Pusat yang dipimpin Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum.