Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Reffrain yang Menggema dalam Doa Kami
CNN Indonesia

Reffrain yang Menggema dalam Doa Kami




Reffrain yang Menggema dalam Doa Kami

oleh: Alif Raung Firdaus

Panggung mulai sepi. Kesedihan menggenang di sahutan kendang. Sebaris reffrain melempar gemanya ke dinding kota yang sedang sakit. Lagu terakhir berkelindan dengan riuh tepuk tangan, antara tangis dan umpatan. Patah hati yang gagal diselamatkan. –sebab kehilangan tetaplah luka. Entah mengering atau menganga, bekasnya tetap jadi jelaga, mengorek ceruk-ceruk dada. Lagu apakah yang sanggup menyuntikkan opium lewat sepasang telinga? Siapa lagi yang sanggup merawat denyut kemarau di dada kami setelah pekabar yang lihai menawar rasa sakit itu pergi? Kami masih menyimpan keinginan yang selalu pagi. Bergerombol di loket pembayaran, mengantri untuk sebuah perjamuan, memanjakan gemetar jantung di bawah jemari yang melambai dengan gemulai. Tapi di panggung yang makin sepi itu, sayup-sayup irama terdengar getir. Riwayat kematian datang serupa cuaca yang memar. Seorang penyanyi mengakhiri pertunjukannya. Penonton pulang dengan tengadah tangan menampung air matanya. Air mata yang mempertemukan mereka dalam nasib yang sama: tegar sekaligus rapuh dalam urusan cinta. Sementara ia, mengemas tualang dan sisa suara yang memburu kepala kami, pulang ke surga. Merayakan pahit kenangan dengan irama yang paling purba. Selembar tiket dan histeria penonton, dilipatnya dalam pejaman mata. Jambu hijau dan rumput teki. Tinggal kenangan dalam manekin bocah kami. Matahari yang memucat, pagi itu, karam dalam maraton sungkawa televisi.

Dulu, dari terminal, stasiun, dan tempat-tempat yang gemar merawat perjalanan, selalu ia riwayatkan: betapa pahitnya melepas kepergian, betapa pedihnya dada yang ditinggalkan. Kini di panggung yang lain, barangkali, ia masih terus bernyanyi: loro atiku, atiku keloro-loro. Rasane nganti tembus ning dodo.

Bondowoso, 2020.


Alif Raung Firdaus, penyair yang tinggal di Bondowoso. Selain menulis puisi, juga berkhidmat dalam seni pertunjukan. Beberapa karyanya pernah dimuat di beberapa media dan termaktub dalam beberapa antologi bersama, antara lain: Agonia – Antologi Puisi Penyair Muda Jember-Jogja (Indie Book Corner, 2012), Indonesia dalam Titik 13 (Dewan Kesenian Pekalongan, 2013), Dialog Taneyan Lanjang (Majelis Sastra Madura, 2013), Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia III (HMGM Indonesia, 2015), Menapak ke Arah Senja; sepilihan puisi sastra digital 2011-2014 (Penerbit Buku Sastra Digital, 2017), Merupa Ujung Tanah Timur Jawa (Forum Sastra Timur Jawa, 2017), Timur Jawa: Balada Tanah Takat (Forum Sastra Timur Jawa, 2018), dan lain-lain. Bisa dijumpai di [email protected].

beras