Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Nelayan Banyuates bentangkan sepanduk penolakan pertambang minyak dan gas oleh Petronas. (Foto: Beritabaru.co/ Ulfatus Soimah)
Nelayan Banyuates bentangkan sepanduk penolakan pertambang minyak dan gas oleh Petronas. (Foto: Beritabaru.co/ Ulfatus Soimah)

Rusak Laut, Nelayan Banyuates Tolak Petronas Tanpa Syarat



Berita Baru Jatim, Sampang – Penolakan eksploitasi minyak dan gas milik Petronas Carigali Indonesia kembali bergelombang. Kali ini penolakan datang dari Perkumpulan Masyarakat Nelayan Kecamatan Banyuates.

“Nelayan Banyuates menolak aktivitas Petronas tanpa syarat,” kata ketua Perkumpulan Masyarakat Nelayan Kecamatan Banyuates, Muhlis, saat dikonfirmasi oleh Beritabaru.co, pada Rabu (03/02/2021) siang.

Muhlis menegaskan, hadirnya pengeboran Petronas di dasar laut, selain merusak ekologis juga merugikan masyarakat nelayan secara ekonomi.

“Hasil tangkapan nelayan berkurang karena harus menambah jarak tempuh dan harus pindah lokasi sekaligus menambah biaya solar”, ungkapnya.

“Sebelum adanya Petronas nelayan membutuh kan 5 liter, hari ini menambah 8 sampai 10 liter,” tambahnya.

Kemudian ia menjelaskan dasar penolakan nelayan Banyuates karena masyarakat tidak pernah dilibatkan. Sementara masyarakat ingin mengetahui pada aspek perizinan dan analisis dampak lingkungan.

Lebih lanjut, Muhlis menambahkan dalam prosesnya patut diduga ada praktik manipulasi data. “Ada oknum yang meminta KTP nelayan dengan dalih untuk bantuan dan proyek pembangunan tapis laut,” ujarnya.

Salah satu nelayan Banyuates, Suhaidi berharap kepada pemerintah untuk menolak aktivitas Petronas yang beroperasi di lokasi tangkapan para nelayan.

“Bahasa nelayan tidak ada lagi, kecuali menolak karena resikonya sangat besar terhadap nelayan,” harapnya.

Suhaidi mengatakan sebelum ada pengeboran Petronas, penghasilan nelayan kisaran Rp. 2.000.000 tetapi hari ini nelayan harus pulang dengan tangan kosong.

Sedangkan kebutuhan nelayan sangat banyak, seperti biaya solar, jaring, pelampung dan kebutuhan keluarga serta biaya pendidikan.

“Anak saya kuliah, saya berjuang di laut karena saya takut anak lapar dan tidak sekolah, ” tutupnya.

beras