Sekilas Profil Presiden Jokowi
Berita Baru, Tokoh – Joko Widodo atau Jokowi merupakan Presiden ke-7 Republik Indonesia. Pria kelahiran Surakarta, 21 Juni 1961 merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan Widjiatno Notomihardjo dan Sudjiatmi. Ayahnya adalah pengusaha kayu di Solo.
Berkat pekerjaan ayahnya, Jokowi memutuskan untuk mempelajari struktur, pemanfaatan teknologi, dan alur hulu-hilir perkayuan dengan menempuh pendidikan sarjana kehutanan di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Jokowi berkuliah selama empat tahun.
Pada 1985, Jokowi selesai menempuh pendidikannya dan bekerja di kawasan perhutanan pohon pinus merkusi milik PT Kertas Kraft di Dataran Tinggi Gayo, Aceh. Setahun bekerja, Jokowi kemudian menikah dengan Iriana dan dikaruniai tiga anak, yaitu Gibran Rakabuming Raka (1987), Kahiyang Ayu (1991), dan Kaesang Pangarep (1994).
Pengalaman kerja Jokowi di perusahaan pelat merah itu tidak lama. Jokowi muda kembali ke Solo pada 1988 untuk bekerja di perusahaan kayu milik pamannya, Miyono bernama Roda Jati. Tak puas, dia pun mendirikan perusahaan sendiri bernama Rakabu yang berfokus kepada jual-beli kayu.
Sayangnya, usaha Jokowi berjalan dengan pelan dan sempat mengalami kerugian. Bahkan akibat peristiwa tersebut, Jokowi sampai harus meminjam modal Rp30 juta dari ibunya.
Setelah mendapatkan modal, Jokowi bertemu dengan Bernard Chene, seorang warga negara Prancis, untuk melakukan kerja sama ekspor kayu. Kerja sama inilah yang membuat perusahaan Jokowi semakin besar sampai Amerika Serikat, Eropa, dan Timur Tengah.
Pada 2003, Jokowi dan beberapa rekan pengusaha kayu mendirikan organisasi pengusaha mebel nasional bernama Asosiasi Pengusaha Mebel Indonesia (Asmindo). Di sana, Jokowi menjabat sebagai Ketua Asmindo.
Berkat organisasi tersebut, Jokowi bertemu dengan orang-orang politik yang membuatnya bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) pada 2004.
Tidak butuh waktu lama, Jokowi maju dalam Pemilihan Wali Kota Solo berpasangan dengan FX Hadi Rudyatmo. Keduanya berhasil memenangkan kontestasi demokrasi tersebut dan terpilih menjadi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Solo periode 28 Juli 2005 hingga 28 Juli 2010.
Di bawah kepemimpinan Jokowi, Solo mengalami sejumlah perubahan, seperti adanya bus Batik Solo, pengaspalan yang menghubungkan Jalan Besar Slamet Riyadi dan Ngarsopuro, serta merelokasi dan membangun kembali kawasan permukiman kumuh dan pasar. Hal itu pun membuat Jokowi dan Hadi kembali terpilih menjadi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Solo periode 28 Juli 2010 hingga 28 Juli 2015.
Pada 2012, Jokowi melakukan program pengadaan seluruh mobil dinas digantikan dengan Esemka Rajawali. Peristiwa itu menjadi viral karena Esemka merupakan produk buatan dalam negeri, tepatnya SMKN 2 Surakarta.
Pada tahun yang sama, Jusuf Kalla mendengar kinerja kepemimpinannya dan meminta Jokowi mencalonkan diri dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Jusuf Kalla juga meminta langsung kepada Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri untuk mengirim Jokowi ke bursa pemilu ibu kota.
Jokowi akhirnya memutuskan keluar dari jabatannya sebagai Wali Kota Solo untuk mengikuti Pilgub DKI Jakarta. Kepemimpinan Wali Kota Solo digantikan oleh FX Hadi Rudyatmo dengan dukungan koalisi PDI-P, PKS, PAN, dan Partai Damai Sejahtera.
Selanjutnya, Jokowi diberi mandat untuk maju berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok di Pilgub DKI Jakarta pada 2012. Selama pemilihan, calon pasangan Jokowi-Ahok menggunakan strategi kampanye baru melalui media sosial dan blusukan mendatangi pemukiman sempit serta kumuh di Jakarta.
Selain itu, kemeca bercorak kotak-kotak yang kerap dipakai Jokowi dan Ahok menjadi daya tarik tersendiri dalam kampanye. Hal itu pun menarik antusiasme warga Jakarta untuk memilih keduanya dalam Pilgub DKI.
Jokowi bersama Ahok menang dan terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta pada periode 2012 hingga 2017. Hasil kerja kepemimpinan Jokowi-Ahok, seperti pembenahan saluran air, merelokasi dan menata Waduk Pluit, groundbreaking Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta, relokasi pedagang Tanah Abang, serta membuat program Kartu Jakarta Pintar dan Kartu Jakarta Sehat.
Jokowi juga mencetuskan beberapa program bidang seni, seperti Jakarta Night Festival (yang sekarang berganti nama Jakarta Fair), Festival Keraton Sedunia, dan melarang atraksi topeng monyet di DKI Jakarta.
Pada 2014, Jokowi kembali tidak menyelesaikan masa jabatan sebagai pimpinan daerah karena mendapatkan mandat PDI-P untuk maju ke Pemilu Presiden (Pilpres). Jokowi maju mencalonkan diri berpasangan dengan Jusuf Kalla yang dirukung koalisi PDI-P, Nasdem, PKB, dan Hanura.
Modal kepemimpinannya di Jakarta berhasil mengantar Jokowi terpilih menjadi Presiden ke-7 Republik Indonesia masa periode 20 Oktober 2014 hingga 20 Oktober 2019. Jokowi juga merupakan Presiden Indonesia pertama yang tidak berasal dari militer atau elite politik.
Di bawah kepemimpinannya sebagai presiden, Jokowi memfokuskan programnya terhadap pembangunan infrastruktur yang dilakukan secara merata. Dia mencetuskan pembangunan jalan tol dipercepat untuk membantu kelancaran perekonomian negara, pembangunan fasilitas kesehatan di daerah tertinggal, terpelosok dan terjauh (3T), serta pembangunan bandara sejumlah wilayah .
Tak hanya itu, dia juga menginisiasi sejumlah program bantuan sosial, seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Indonesia Sehat (KIS), Program Keluarga Harapan (PKH), mengalokasikan program dana desa rata-rata Rp1,4 miliar, dan menaikkan tunjangan para guru.
Selain itu, Jokowi mengupayakan reforma agraria. Salah satunya dengan melakukan percepatan penerbitan sertifikat hak atas tanah untuk mengurangi terjadinya sengketa lahan karena ketiadaan sertifikat.
Pada 2019, Jokowi kembali mencalonkan diri sebagai presiden berpasangan Ma’ruf Amin sebagai wakilnya.
Pasangan ini diusung oleh sembilan parti politik. Selanjutnya, Jokowi kembali terpilih menang atas Pemilu menjadi presiden dan dilantik masa periode 20 Oktober 2019 hingga 20 Oktober 2024.