Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Sekolah Sastra Putaran 8 Angkat Topik Sastra Poskolonial

Sekolah Sastra Putaran 8 Angkat Topik Sastra Poskolonial



Berita Baru, Jakarta — Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI) kembali gelar Sekolah Sastra putaran ke-8. Acara disiarkan secara langsung di kanal Youtube HISKI dan Tribun Network, Sabtu (03/08). Kegiatan ini difasilitasi oleh Bantuan Pemerintah Penguatan Komunitas Sastra yang dikelola Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Pada putaran ini, Hiski sebagai inisiator Sekolah Sastra mengangkat topik Sastra Poskolonial dengan narasumber Dr. Sudibyo, M.Hum (Universitas Gadjah Mada) serta dimoderatori oleh Dr. Ari Ambarwati, M.Pd.

Acara dibuka oleh Wakil Ketua III HISKI, Dr. Sastri Sunarti, M.Hum. Ia mengatakan bahwa Sastra Poskolonial merupakan salah satu pendekatan yang cukup tren dan diminati salam penelitian teks-teks sastra.

“Salah satu karya narasumber, Pak Sudibyo, yang pernah saya baca adalah artikelnya yang mengkaji Tetralogi Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer. Saya masih ingat sebab saya pernah mengutipnya,” ujar Sastri.

Di pertemuan ini, Sastri berharap para peserta dapat menyimak pemaparan narasumber dengan baik serta terinspirasi untuk melakukan penelitian dengan model pendekatan yang sama.

“Melalui Sekolah Sastra, HISKI berkomitmen untuk menyebarkan ilmu pengetahuan, dan menyebarkan kebaikan. Semoga ini menjadi amal bagi penyelenggara. Selamat menikmati dan selamat belajar bersama,” harapnya.

Sekolah Sastra Putaran 8 Angkat Topik Sastra Poskolonial

Acara berlanjut ke pemaparan inti. Sudibyo membawakan materi presentasi dengan judul “Poskolonialisme dan Studi Sastra”. Sebagai awalan, Sudibyo menegaskan bahwa dalam kuliah singkat tersebut, poskolonialisme tidak dipahami sebagai periode sejarah atau suatu era tertentu.

“Poskolonialisme dipahami sebagai representasi, praktik membaca, dan nilai-nilai yang bergerak melintasi jurang pemisah antara kekuasaan kolonial dan indepedensi nasional,” terangnya.

Sudibyo menambahkan, bahwa pembacaan poskolonial merupakan kegiatan membaca kembali teks metropolitan maupun kebudayaan kolonial. Tujuannya untuk mencermati kemutlakan dan intensitas efek kolonisasi pada produksi sastra, catatan antropologis, historis, tulisan ilmiah dan administratif.

“Pembacaan itu merupakan bentuk pembacaan dekonstruktif, biasanya diterapkan pada karya-karya penjajah (bisa juga terjajah) untuk menunjukkan keluasan teks-teks itu menyangkal asumsi-asumsi yang mendasarinya, dan mengungkapkan ideologi dan proses kolonialisme,” jelas Sudibyo.

Sebagai strategi membaca dalam konteks karya sastra, lanjut Sudibyo, praktik teoretis poskolonialisme bergerak di tiga hal berikut.

“Pertama, membaca teks-teks sastra yang ditulis pengarang dari negara yang memiliki sejarah kolonialisme. Kedua, membaca teks-teks sastra yang ditulis oleh pengarang yang bermigrasi dari negara-negara yang memiliki sejarah kolonialisme. Ketiga, dalam kaitannya dengan wacana kolonial, membaca teks-teks sastra yang ditulis era kolonialisme, baik yang menyuarakannya langsung ataupun tidak,” pungkas Sudibyo.

Selanjutnya, Sudibyo menerangkan beberapa situs kajian poskolonialisme, seperti bahasa, sejarah, nasionalisme, politik tubuh, ruang, dan hibriditas.

“Salah satu contohnya adalah hibriditas. Ia berkaitan dengan penciptaan bentuk-bentuk transkultural baru dalam zona kontak sebagai akibat dari kolonisasi, hubungan penjajah-terjajah yang bersifat mutualistis dan saling bergantung serta berkaitan dengan ruang antara,” terangnya.

Tak lupa, Sudibyo juga mencontohkan masing-masing situs kajian poskolonialisme dan penggunaannya dalam karya sastra terdahulu.

Sekolah Sastra Putaran 8 Angkat Topik Sastra Poskolonial

Acara dilanjutkan dengan diskusi interaktif antara narasumber dan audiens. Sampai akhir acara, Sekolah Sastra kali ini diikuti sekitar 360 peserta di Zoom Meeting dan telah ditonton sebanyak 160 kali di kanal Youtube, hingga berita ini dirilis.

Sebagai informasi, Sekolah Sastra merupakan salah satu program kegiatan HISKI Pusat untuk meningkatkan kompetensi dan bekal para anggota HISKI yang tersebar dari Aceh hingga Papua.

Sekolah Sastra ini rutin digelar setiap bulan di minggu pertama dan kedua. Sementara itu, untuk minggu ketiga digelar agenda Tukar Tutur Sastra.

Minggu kedua di putaran ke-8 ini, akan digelar pada tanggal 10 Agustus 2024 dengan topik yang sama.

Sekolah Sastra Putaran 8 Angkat Topik Sastra Poskolonial

beras