Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Sesi ke-12 Sekolah Sastra, HISKI Angkat Topik Antropologi Sastra

Sesi ke-12 Sekolah Sastra, HISKI Angkat Topik Antropologi Sastra



Berita Baru, Jakarta Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI) menggelar sesi pertama program Sekolah Sastra putaran ke-12 bertema Antropologi Sastra pada Sabtu (7/12). Acara ini dilaksanakan secara daring melalui Zoom Meeting dan disiarkan secara langsung di kanal YouTube Tribun Jatim Official dan Official HISKI Pusat.

Dipandu oleh Dr. Endah Imawati, M.Pd., (Tribun Network) sebagai moderator, Sekolah Sastra putaran ini menghadirkan narasumber Prof. Wan Syaifuddin, M.A., Ph.D., (Universitas Sumatera Utara).

Sebelum pemaparan inti, acara dibuka dengan sambutan Wakil Ketua I HISKI, Prof. Dr. Mohd. Harun, M.Pd. dari Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Dalam sambutannya, Prof. Harun menyampaikan apresiasi atas inisiatif HISKI dalam menghadirkan kajian sastra yang relevan dengan studi budaya.

“Kegiatan ini memperkuat komitmen HISKI untuk menjadikan sastra sebagai medium eksplorasi nilai-nilai budaya dalam masyarakat,” tuturnya.

Harun berharap melalui paparan Prof. Wan dalam Sekolah Sastra putaran ini dapat melahirkan inspirasi seperti harapan ketua HISKI Pusat, Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum untuk menulis buku dengan tema serupa.

“Antropologi sendiri melingkupi sisi kehidupan manusia. Saya sendiri belum paham, maka juga saya akan ikut sampai akhir,” tutur Harun.

Sesi ke-12 Sekolah Sastra, HISKI Angkat Topik Antropologi Sastra

Acara dilanjutkan dengan pemaparan Prof. Wan, yang membahas hubungan antara antropologi dan sastra sebagai upaya memahami dinamika sosial dan budaya. Prof. Wan memberikan pengantar bahwa disiplin antropologi sastra merupakan pendekatan interdisipliner sebagaimana sosiologi dan politika sastra.

“Isu mengenai antroplogi sastra pertama kali muncul tahun 1977 melalui kongres folklore and literary antrophology yang berlangsung di Calkuta, India. Sastra menjadi cerminan identitas masyarakat, sehingga pendekatan antropologi membantu kita memahami makna di balik teks,” jelas Prof. Wan.

Ia juga menyoroti pentingnya membangun perspektif multidisiplin dalam studi sastra, termasuk mengaitkannya dengan fenomena sosial dan tradisi lokal. Diskusi semakin menarik dengan studi kasus beberapa karya sastra Indonesia yang mencerminkan keberagaman budaya dan nilai-nilai yang dihidupi masyarakat.

“Konsep dasar antropologi sastra adalah memandang sastra sebagai cerminan budaya dan identitas suatu masyarakat. Karya sastra tidak hanya menjadi medium artistik tetapi juga sebagai dokumen yang merekam praktik budaya, kepercayaan, dan nilai-nilai sosial,” tambah Prof. Wan.

Melalui studi teori dan analisis kasus, lanjut Prof. Wan, audience diajak memahami bagaimana antropologi sastra dapat membantu dalam menginterpretasi karya sastra secara lebih representatif dan kontekstual. Salah satu fokus kajian yang digunakan sebagai contoh adalah Hikayat Perang Tanding cerita, 1, 2, 3, dan 4.

Sesi ke-12 Sekolah Sastra, HISKI Angkat Topik Antropologi Sastra

Selain itu, pada masyarakat Melayu terdapat ungkapan verbal, yaitu“Politik daun salam”. Ungkapan berbasis budaya rural agraris tersebut berkaitan dengan kuliner. Daun salam pada saat memasak menjadi penyedap untuk menguatkan kelezatan masakan. Setelah masak daun salam menjadi bagian yang disingkirkan. Itulah politik kepentingan.

“Topik-topik seperti representasi budaya dalam teks sastra, hubungan antara sastra dan mitos serta pengaruh konteks sosial terhadap penciptaan karya sastra adalah beberapa hal yang menjadi fokus pembicaraan, jika menyangkut antropologi sastra,” pungkasnya.

Acara dilanjutkan dengan diskusi interaktif antara narasumber dan audiens. Sampai akhir acara, Sekolah Sastra kali ini diikuti sekitar 168 peserta di Zoom Meeting dan telah ditonton 87 kali akun Youtube.

Sekolah Sastra merupakan salah satu program kegiatan HISKI Pusat untuk meningkatkan kompetensi dan bekal pengetahuan bagi para anggota HISKI yang tersebar dari Aceh hingga Papua. Sekolah Sastra ini digelar setiap bulan di minggu pertama dan kedua. Sementara itu, untuk minggu ketiga digelar agenda Tukar Tutur Sastra yang menjadi agenda rutin HISKI Pusat yang dipimpin Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum.

Untuk sesi kedua tema Antropologi Sastra, acara dijadwalkan berlangsung pada Sabtu (14/12), dengan melibatkan pembahasan lebih mendalam terkait tema tersebut. Program ini diharapkan terus berkontribusi pada perkembangan kajian sastra sebagai ilmu yang adaptif terhadap perkembangan zaman.

Sesi ke-12 Sekolah Sastra, HISKI Angkat Topik Antropologi Sastra

beras