Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Solusi Daging Mahal saat Lebaran dengan Tradisi ala Masyarakat Madura
(Fareh Hariyanto/Mojok.co)

Solusi Daging Mahal saat Lebaran dengan Tradisi ala Masyarakat Madura



Berita Baru, Surabaya – Tradisi perayaan Lebaran di Madura cukup beragam. Salah satunya yaitu tradisi Ngakan Jhuko’ Sapeh (makan daging sapi). Sebab itu, dipastikan hampir semua warga Madura menyiapkan menu daging sapi saat Lebaran. Kemudian, untuk menghindari dampak kenaikan harga daging menjelang lebaran, warga Pamekasan memiliki tradisi tong patong dan ejjhuggen.

Sikap gotong royong masyarakat Madura terjalin sejak lama. Kepedulian kepada sesama, terutama dengan tetangga, tetap lestari hingga saat ini. Salah satunya dalam menyikapi potensi kenaikan harga daging saat lebaran.

Masyarakat desa memiliki tradisi koloman. Sekelompok warga setiap malam tertentu melakukan pertemuan yang diisi dengan kegiatan keagamaan. Kadang pengajian, kadang membaca Yasin bersama. Jauh-jauh hari sebelum lebaran, anggota koloman diajak urunan untuk membeli sapi.

Di Desa Bungbaruh, Kecamatan Kadur cara ini disebut jukkan. Uang koloman dipakai untuk membeli seekor sapi. Sehari sebelum lebaran, sapi itu disembelih.

Dagingnya dibagi sesuai jumlah anggota dan nominal uang urunan. Cara ini dipilih karena warga bisa mendapatkan daging di bawah harga pasar.

“Ini khusus anggota koloman saja. Misal uangnya terkumpul Rp10 juta, maka dibelikan sapi seharga Rp10 juta. Kalau uangnya tidak cukup untuk membeli sapi, maka warga di luar anggota kolom bisa ikut bergabung, sampai cukup untuk membeli sapi,” ungkap Kepala Desa Bungbaruh Achmad Fauzi.

Selain ejjhuggen, metode lainnya yaitu tong patong. Seseorang yang memiliki sapi akan mengumumkan kepada warga, bahwa sapinya akan dipotong sehari sebelum lebaran. Biasanya, sapi yang dipotong yakni sapi ternaknya sendiri. Pemilik mengharap untung dari hasil penjualan daging .

Warga yang ingin membeli dagingnya, bisa mendaftar kepada pemiliknya. Cara ini lebih banyak dipilih. Selain karena harganya lebih murah dari harga pasar, warga tidak diharuskan membayar saat itu juga. Yang mendaftar, bisa datang mengambil daging, saat sapi disembelih.

Bahkan, warga diberi keringanan membayar sampai dua bulan. Sebab, saat lebaran Idul Adha akan dilakukan tong patong kembali. Banyak keuntungan yang didapat warga dari tradisi ini. Warga juga akan mendapatkan seluruh bagian dari tubuh sapi. Mulai dari daging, tulang, hingga daging has dalam.

“Semuanya dibagi rata. Agar warga dapat semuanya, meski hanya sedikit. Kalau kulit, biasanya dijual, lalu uangnya untuk kas koloman,” tambah Fauzi.

Tradisi yang sama juga dilakukan oleh warga Desa Samatan, Kecamatan Proppo. Bahkan masjid juga memfasilitasi warga dalam memenuhi kebutuhan daging. Remaja masjid (remas) menggunakan kas masjid untuk membeli seekor sapi. Lalu jemaah bisa melakukan tong patong kepada remas.

“Misal pakai kas masjid, remas membeli sapi seharga Rp10 juta. Jemaah tong patong di situ. Misal hasil penjualan daging sampai Rp12 juta, maka Rp2 juta itu dimasukkan ke kas masjid,” ulas Kepala Desa Samatan Mohammad Tamyis.

beras