Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Tadarus Budaya, Suluk KH Agus Sunyoto dan KH. Muchtar Djamil Dibedah Lesbumi NU Gresik
dok. foto: Lesbumi NU Gresik

Tadarus Budaya, Suluk KH Agus Sunyoto dan KH. Muchtar Djamil Dibedah Lesbumi NU Gresik



Berita Baru, Gresik – Lesbumi NU Gresik melanjutkan rangkaian acara Suluk Kebudayaan dalam upaya pengejawantahan ‘Ziarah Situs Menempa Ritus’, yaitu Tadarus Budaya ‘Mengenang Pendak Setahun KH Agus Sunyoto dan 40 hari KH Muchtar Djamil’ di Pendopo Alam Tunggal, Desa Surowiti, Rabu (27/4/2022).

Ketua Panitia Suluk Kebudayaan #1, Zuhdi Amin mengatakan, Suluk Kebudayaan merupakan jalan yang ditempuh pelaku (salik) kebudayaan untuk ‘nguri-nguri budoyo’.

“Kita bergerak dengan nurani. Suluk kebudayaan ini berangkat dengan hati. Matur nuwun Pak Son [Kades Surowiti. Red],” kata Zuhdi Amin.

Ketua Lesbumi NU Gresik, Lukman Hakim menambahkan bahwa untuk mewujudkan laku budaya tersebut, strategi yang digunakan adalah dengan memahami dan menelaah strategi budaya nasional, lokal dan budaya NU, sehingga sebagai pelaku budaya di kalangan Nahdliyyin bisa menempuh cara merawat jagat, merajut dan membangun peradaban Nusantara.

“Terima kasih, kepada Kepala Desa Surowiti, Sonhaji, ngapuntene ngerepoti (maaf telah merepotkan). Mugi-mugi suluk kebudayaan dapat mengantarkan kita semua untuk terus ‘nguri-nguri budoyo’,” harap Lukman Hakim.

Acara juga diramaikan dengan tembang Macapat oleh Ki Marmo Wedotomo, Penampilan Gamelan oleh Widya Budaya SMAHI’S dan Pameran Buku Karya Kiai Agus Sunyoto.

Sementara itu, Kepala Desa Surowiti dan juga Pengampu Padepokan Alam Tunggal, H. Sonhaji berpesan, melestarikan kebudayaan dan tradisi leluhur bukan suatu hal yang mudah.

“Tapi saya, sebagai generasi penerus, berupaya untuk tetap menjaga dan memegang tradisi leluhur dan kebudayaan tersebut,” kata Sonhaji yang juga merupakan Ketua Ikatan Dukun Nusantara (IDN) Korwil Gresik.

Sonhaji menyebutkan bahwa Surowiti merupakan salah satu petilasan dari Sunan Kalijaga. Hal itu juga diamini oleh salah satu Dewan Majelis Kebudayaan Lesbumi NU Gresik, KH. Mudhofar Usman.

“Desa Surowiti dimulai dari Ki Ageng Suro, murid dari kanjeng Sunan Kalijaga untuk menempati Desa Surowiti. Sehingga, pasti masih banyak petilasan Sunan Kalijaga di sini,” Kata KH. Mudhofar Usman.

Pada gilirannya, Pengampu Majelis Wedhatama, Diaz Nawaksara mengatakan kebudayaan Nusantara mempunyai kekayaan yang luar biasa dan perlu dilestarikan dengan berbagai cara, terutama dalam mental.

“Kita perlu membangun mental, yaitu pertama mental bangga, percaya diri bahwa kita tidak kalah ilmiah dan tidak kalah produktif dari luar. Kedua, Kita harus loyal mencari jati diri kita dibanding dihegemoni jati diri luar,” kata Diaz Nawaksara.

Tadarus Budaya, yang merupakan Undakan Keempat Suluk Kebudayaan Lesbumi NU Gresik, juga dilakukan dalam memperingati 40 hari (Alm) KH. Muchtar Djamil, yang juga merupakan anggota Dewan Majelis Kebudayaan Lesbumi Gresik.

Bercerita mengenai KH. Muchtar Djamil, KH. Mudhofar Usman mengatakan bahwa KH. Muchtar Djamil merupakan sosok yang humoris dan terbuka.

“Waktu beliau cerita tentang sejarah Peganden, yang mengatakan Islam Peganden berasal dari Giri. Lalu saya membantah, bahwa Islam di Peganden lebih dulu dari Giri karena ada pondoknya Maulana Malik Ibrahim. Lha, bayangkan, saya yang masih muda, berpendapat seperti itu, Kiai Muchtar menerima bantahan saya, nanti didiskusikan. Bayangkan, betapa terbukanya beliau,” ungkap KH. Mudhofar Usman.

Di samping itu, Tadarus Budaya juga dilakukan dalam rangka memperingati haul Pendak Setahun KH. Agus Sunyoto. Hadir dalam acara tersebut Gus Zulfikar Muhammad Al-Ghufron, anak KH. Agus Sunyoto. Dalam kesempatan tersebut, Gus Zulfikar mengatakan bahwa ayahnya merupakan sosok yang lengkap, Zuhud dan menekankan pentingnya berbagi.

“Abi saya, panggilan saya ke bapak, itu orangnya Zuhud. Ketika berdoa itu, Allah ahyini miskinan… Saya anaknya, gak mampu. Wes Abi ae. (cukup Abi saja) Hanya Supra fit 2007, harta milik ayah. Pondok, dan sebagainya, itu wakaf,” tutur Gus Zulfikar.

“Bapak saya mengajarkan pentingnya berbagi. Ayah saya memberikan uang saku 500-1.000 rupiah. Tapi itu harus selalu dibagikan ke teman-teman, terutama anak yatim. Sehingga sering saya pulang nggandol cikar (ikut menumpang angkutan yang dikendarai oleh sapi/kerbau),” kata Gus Zulfikar.

Gus Zulfikar, yang juga anggota Divisi Pengembangan dan Penguatan Internal dan Eksternal Lesbumi PBNU, juga menyampaikan KH. Agus Sunyoto dulu sangat suka nyantri di berbagai pondok.

“Saya bangga menjadi anak ayah saya, meskipun sering ditinggal. Karena memang ayah saya itu jam ngeloyongnya sudah ngeri,” kata Gus Zulfikar, menambahkan KH. Agus Sunyoto awal mula digembleng NU di GP Ansor.

Hadir juga dalam acara Tadarus Budaya, Suluk Kebudayaan Lesbumi NU Gresik #1, diantaranya: Dewan Majelis Kebudayaan Lesbumi NU Gresik dan pengasuh Pondok Pesantren Al-Ikhlas, KH. Alfin Sunhaji, H. Tajuddin, Sejarawan Eko Jarwanto, Beberapa Perwakilan Lembaga dan Banom PCNU Gresik, Perwakilan Komunitas Seniman dan Budayawan Gresik: Sanggar Pasir, Majelis Legian, Ikatan Dukun Nusantara, Majelis Wedhatama, beberapa pemerhati budaya lokal, dan warga setempat.

Sebelumnya, Suluk Kebudayaan Lesbumi NU Gresik telah menggelar beberapa acara (undakan), yaitu: 1) Pameran Rempah-rempah dan Diskusi Publik bertema Kedudukan Pengetahuan Etnomedisin dan Rempah-Rempah dalam Sistem Kesehatan Masyarakat Indonesia; 2) Pameran Buku dan Bedah Film ‘Ngidul’; 3) Safari Ramadan di Acara Tradisi Sanggring Kolak Ayam Gumeno.

beras