Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Tadarus Pancasila: Napak Tilas Pemikiran KH Achmad Siddiq
Tadarus Pancasila: Napak Tilas Pemikiran KH Achmad Siddiq

Tadarus Pancasila: Napak Tilas Pemikiran KH Achmad Siddiq



Berita Baru Jatim, Jember – Gelaran Pangkalan Budaya (ke-2) oleh Lesbumi PCNU Jember kali ini bekerjasama dengan Radio Republik Indonesia (RRI) dengan menyajikan tema diskusi yang menarik dan relevan dalam semangat bulan Pancasila, yakni mendaras jejak-jejak atau kiprah KH Achmad Siddiq dalam diskursus Agama dan Negara, khususnya Pancasila, pada Sabtu 26 Juni 2021 pukul 20.00 WIB.

Adapun yang menjadi pemantik diskusi dalam acara tersebut, pertama, Prof. Dr. H. Abd. Halim Soebahar, MA. (Guru Besar UIN KHAS Jember), kedua, Dr. Akhmad Taufiq, M.Pd. (Wakil Ketua PCNU Jember dan Ketua PP ADP IKA-PMII) serta Mas Nizar (RRI Jember) sebagai moderator.

”Tema ini sangat relevan dalam konteks Bulan Pancasila saat ini. Selain itu, kegiatan ini merupakan momentum dalam mengenang dan membedah pemikiran tokoh kebanggsaan nasional yang aseli atau lahir dari tlatah bumi Jember. Maka, sudah sepatutnya sebagai warga Jember bangga dan menghargai mutiara-mutiara pemikiran beliau dalam konteks kehidupan berbangasa dan bernegara,” ujar Fandrik, Cerpenis Nasional-Bendahara Lesbumi PCNU Jember.

Prof Halim Soebahar menyampaikan bahwa Kiai Achmad Siddiq sosok arsitek dalam rancangan NU kembali ke Khittah 1926 dengan menuliskan Khittah Nahdliyyah, risalah penting untuk memahami Khittah NU serta penerimaan Pancasila sebagai asas tunggal organisasi dengan menyusun deklarasi hubungan Pancasila dengan Islam pada tahun 1983-1984.

“Saya bersyukur pernah nyantri sekitar 10 tahun di pesantren beliau, karunia yang luar biasa bagi saya yang telah dipertemukan sosok murabbi yang sabar, arif, cerdas,dan berani,” ungkapnya.

Menurutnya, Kiai Achmad Siddiq merupakan tokoh nasional dari kalangan NU, yang mampu ‘melerai’ ketegangan hubungan antara agama dan Pancasila pada masa 1980-an, tepatnya pada Munas 1983 dan Muktamar NU 1984 di Situbondo.

“Penerimaan asas tunggal Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang disampaikan beliau, mau tidak mau, suka atau tidak suka, adalah mengilhami sepenuhnya bagaimana cara kita berideologi dan bagaimana cara kita menempat ideologi secara semestinya,” ujar Prof Halim Soebahar.

“Mereka beranggapan bahwa menerima Pancasila sebagai asas tunggal berarti mendepak atau melemparkan iman dan menerima asas tunggal Pancasila berarti kafir, sedang kalau menerima keduanya berarti musyrik,” imbuhnya.

Hal ini ditegaskan oleh Kiai Achmad Siddiq sebagai cara berpikir yang keliru. Oleh karena itu, seyogyanya kita warga Jember selalu memperingati sosok Kiai Achmad Siddiq, khususnya pada bulan Pancasila, lebih-lebih generasi muda seperti Lesbumi ini yang masih peduli akan sejarah pemikiran dan perjuangan beliau.

“Jangan lupa juga, mari kita viralkan di media sosial tentang tokoh-tokoh nasional dari Jember,” harap Prof Halim.

Menurut Wakil Ketua PC NU Jember Akhmad Taufiq, berkenaan dengan ketokohan K.H. Achmad Siddiq tidak perlu diragukan lagi, beliau adalah tokoh nasional. Tokoh yang begitu heroik pada tahun 1983 dan 1984. Beliau berani tampil dalam kancah nasional membawa satu panji berkenaan dengan asas tunggal Pancasila. Tentu pada momen itu, adalah momen yang sangat luar biasa karena ada suatu kondisi krisis hubungan antara satu kelompok umat Islam dengan negara.

Ada kelompok umat Islam yang menolak Pancasila. Tentu ketika K.H. Siddiq menerima asas tunggal Pancasila dalam satu situasi ketegangan ideologi yang luar biasa saat itu.

“Tentu saja, ini adalah suatu keberanian yang patut kita akui. Penerimaan asas tunggal Pancasila, tentu akan memberikan implikasi ideologis pada kehidupan berbangsa dan bernegara,” ungakapnya.

“Tidak hanya, pada masa-masa orde baru, tetapi juga implikasinya pada masa-masa sekarang. Yang itu sangat dibutuhkan generasi-generasi saat ini bahwa Pancasila adalah satu konstruksi ideologis yang dibutuhkan oleh bangsa dan negara ini,” kata Akhmad Taufiq.

Selanjutnya Akhmad Taufiq, memberikan pernyataan tegas bahwa “Inilah manhaj wasatiyah, yang senantiasa mengembangkan jalan tengah bagi kehidupan berbangsa dan bernegara; bagaimana moderasi keagamaan menjadi agenda utama bagi bangsa ini. Pancasila diakui atau tidak adalah manhaj ideologi jalan tengah itu, yang secara ideal diakui mampu menaungi seluruh elemen bangsa yang beragam ini. Elemen bangsa yang bersifat multikultural. Sehingga tidak ada upaya-upaya memberontak, mengacau, memecah belah persatuan bangsa dengan tujuan memformalisasikan Islam ke dalam sistem negara seperti yang dilakukan oleh para pengusung khilafah.

“Terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak. Semoga agenda ini dapat memberi manfaat bagi kehidupan kita dalam berbangsa dan bernegara. Tadarus Pancasila sebagai bentuk tadarus ideologi perlu dikumandangkan terus untuk generasi saat ini dan generasi mendatang, tanpa henti,” pungkasnya.

beras