Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Tim Periset berada di gerbang Makam Mbah Agung Kalong. (Foto: Beritabaru.co/Rizal Kurniawan)
Tim Periset berada di gerbang Makam Mbah Agung Kalong. (Foto: Beritabaru.co/Rizal Kurniawan)

Tim Riset UNEJ Adakan Penelitian Ekowisata Bahari di Banyuwangi



Berita Baru Jatim, Banyuwangi — Tim penelitian DRPM RISTEK/BRIN dari Universitas Jember usai melaksanakan serangkaian kegiatan penelitian optimalisasi potensi budaya pesisiran dan industri kreatif untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan.

Kegiatan berlangsung selama 4 hari sejak tanggal 9‒12 Oktober 2020. Penggalian data dilakukan dengan melibatkan mitra penelitian, Aekanu Hariyono, Ketua Yayasan Kiling Osing Banyuwangi dan HM. Hasan Basri, Ketua HNSI Kabupaten Banyuwangi. Sedangkan tim peneliti yang hadir Novi Anoegrajekti, Asrumi, Sudartomo Macaryus, dan Latifatul Izzah.

Tim Riset UNEJ Adakan Penelitian Ekowisata Bahari di Banyuwangi
Periset berada di lokasi Meriam Jepang 1 Taman Nasional Alas Purwo. (Foto: Beritabaru.co/Rizal Kurniawan)

Aekanu Hariyono, Ketua Yayasan Kiling Osing Banyuwangi mengatakan, sebagai warga asli Banyuwangi, dia merasa bangga bisa terlibat sebagai mitra para periset yang dikomandani oleh Prof Novi Anoegrajekti. Menurutnya, hasil karya nyata mengungkap budaya agraris Osing seperti membuat lomba desain batik motif gandrung kemudian melatih membatik, menerbitkan beberapa modul juga video dokumenter, ini semua sangat membantu masyarakat Banyuwangi.

Dia mengatakan bahwa program ini sangat membantu masyarakat Banyuwangi khususnya masyarakat Muncar yang tidak hanya meningkatkan SDM tapi juga ke depan bisa meningkatkan kesejahteraan mereka.

“Produk budaya pesisir Muncar yang sangat khas berhiaskan alam yang indah bisa dilihat keunggulannya dibandingkan dengan pesisir lainnya. Kekhasan produk budaya pesisir Muncar yang masih alami tradisional jika dipadukan dengan budaya agraris tentu akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang akan berkunjung ke Banyuwangi,” tambahnya.

Tim Riset UNEJ Adakan Penelitian Ekowisata Bahari di Banyuwangi
FGD Optimalisasi Potensi Budaya Pesisiran di Balai Desa Tembokrejo, Muncar Banyuwangi. (Foto: Beritabaru.co/Rizal Kurniawan)

Penelitian hari pertama dilakukan dengan melakukan koordinasi dengan mitra penelitian. Hari kedua Focus Group Discussion (FGD) dengan menghadirkan mitra penelitian, UMKM, BPD Desa Tembokrejo, Panitia Petik Laut tahun 2020, Karang Taruna, dan pengelola hutan mangrove Pantai Cemara.

FGD mengerucutkan program pembentukan badan hukum “Kelompok Bina Seni Budaya Masyarakat Pesisir”, peningkatan kapasitas UMKM melalui pelatihan keterampilan pembuatan bahan olahan dan cendera mata berbahan lokal, dan melakukan perjalanan laut untuk memetakan paket wisata laut di lingkungan wilayah pelabuhan nelayan Muncar.

Hari ketiga melakukan perjalanan laut dari dermaga Muncar menuju Tanjung Sembulungan, ziarah ke makam Mbah Agung Kalong, menyusuri Alas Purwo dengan tujuan Gua dan Meriam Jepang.

Penelitian hari keempat dilakukan dengan menggali informasi mengenai seni tradisi di Banyuwangi yang berpotensi sebagai pendukung wisata bahari. Potensi berupa produk olahan berpeluang disediakan oleh masyarakat Wringin Putih yang telah mengembangkan hutan mangrove dan menjadikannya sebagai destinasi wisata alam.

H. Solichin dari Wringin Putih, Muncar, penggiat penghijauan Pantai cemara menyatakan “Wisatawan saat ini tidak selalu ingin suasana mewah, tetapi suasana aman, nyaman, damai, dengan menikmati kehidupan lokal. Oleh karena itu, dipandang perlu adanya homestay, lokasi kuliner, dan belanja produk khas Pantai Muncar,” terangnya.

Tim Riset UNEJ Adakan Penelitian Ekowisata Bahari di Banyuwangi
Periset berada di lokasi Meriam Jepang 1 Taman Nasional Alas Purwo. (Foto: Beritabaru.co/Rizal Kurniawan)

Beberapa potensi seni tradisi, seperti kuntulan, jaranan, gandrung, dan janger, dan juga produk kuliner lainnya yang khas Banyuwangi, khususnya masyarakat Using adalah kopi. Tiga jenis kopi, robusta, arabika, dan ekselsa semuanya dikembangkan oleh perkebunan dan kopi rakyat. Di Kemiren produk kopi dikhususkan pada jenis robusta dan arabika. Di Songgon terdapat sekitar 12 (dua belas) industri kopi skala rumah tangga yang memproduksi kopi robusta, arabika, dan ekselsa. Sedangkan di Bulu Payung, Kalipuro sedang dirintis pengembangan pengolahan kopi rakyat jenis ekselsa yang sudah berusia puluhan tahun.

“Agar penanganan lebih profesional, perlu segera dibentuk badan hukum yang secara khusus menangani program optimalisasi potensi budaya dan industri kreatif pesisiran,” ujar H. Hasan Basri ketua ANSI Banyuwangi.

beras