Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Tukar Tutur Sastra ke-14: HISKI Angkat Isu Filsafat, Gender, dan Pembelajaran Sastra

Tukar Tutur Sastra ke-14: HISKI Angkat Isu Filsafat, Gender, dan Pembelajaran Sastra



Berita Baru, Jakarta – Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI) usai gelar Tukar Tutur Sastra edisi ke-14 pada Sabtu, (22/03/2025). Acara digelar melalui Zoom Meeting serta disiarkan secara langsung di kanal Youtube HISKI dan Tribun Network.

Acara yang berlangsung dari pukul 10.00 hingga 12.00 WIB ini menghadirkan tiga narasumber dari tiga daerah di Jawa Timur, yaitu Jember, Malang, dan Probolinggo yang mengeksplorasi keanekaragaman sastra dan budaya masing-masing.

Dimoderatori Dr. Endah Imawati, M.Pd, ketiga pemateri tersebut adalah Ahmad Sahidah, M.Ed., Ph.D. (Anggota HISKI dari Universitas Nurul Jadid Probolinggo), Prof. Dr. Sugiarti, M.Si. (HISKI Komisariat Malang), dan Dr. Fitri Amilia, M.Pd. (HISKI Jember).

Sebelum paparan ketiga narasumber, acara dibuka dengan sambutan Wakil Sekretaris Jenderal 1 HISKI Pusat, Dr. Pujiharto, M.Hum. Dalam sambutannya, Pujihartato menekankan bahwa terselenggaranya Tukar Tutur Sastra ke-14 menjadi bukti HISKI terus berupaya membuat ruang diskursus dengan isu-isu mutakhir di bidang yang relevan dengan kesusastraan.

“Ada tiga narasumber yang akan membahas berbagai tema seputar kesusastraan dan topik-topik yang beragam. Saya kira acara pada hari ini sangat relevan dengan kerja HISKI mengenai kesusastraan. Selama ini HISKI sudah mencoba mengakomodasi berbagai topik di tanah air dan bidang kesusastraan yang bersifat interdisipliner dan multidisipliner.”

Dengan berbagai topik yang dibicarakan, lanjut Pujiharto, menjadikan HISKI menjadi terus berperanan penting dalam kancah pengajian kesusastraan dan juga hal-hal yang berkaitan dengannya.

“Kami mewakili pengurus HISKI, berterima kasih. Semoga acaranya dapat membawa manfaat bagi kita semua,” harapnya.

Tukar Tutur Sastra ke-14: HISKI Angkat Isu Filsafat, Gender, dan Pembelajaran Sastra

Narasumber pertama, Ahmad Sahidah membawakan materi “Filsafat Sejarah dan Bahasa dalam Novel Laut Bercerita: Sebuah Kajian Hermeneutika”. Dalam presentasinya, Sahidah mengkaji sekaligus mengeksplorasi aspek filosofis dan historis dalam novel Laut Bercerita, serta bagaimana bahasa berperan dalam menyampaikan narasi sejarah.

“Novel adalah media yang paling luwes dalam menyajikan pelbagai ilmu alam dan sosial dalam satu tubuh. Sebagai karya sastra Laut Bercerita jelas tidak sedang menyuguhkan sains dan sejarah dalam pengertiannya yang ketat. Tetapi, dalam uraian, psikologi (sains) dan sejarah menjadi rujukan dan menyusun cerita,” terang Sahidan.

Sahidan menambahkan, makna karya fiksi Laut Bercerita tidak sepenuhnya dimiliki oleh pengarang dan teks, tetapi juga oleh pembaca. Cakrawala pendaras turut memberikan makna pada karakter, alur, dan dialog, sesuai dengan horizon yang dimiliki.

“Subjektivitas pembaca memperkaya penafsiran terhadap teks dengan andaian bahwa pandangannya bertumpu pada pokok persoalan yang diangkat dalam novel, yakni gerakan mahasiswa dan rakyat berada dalam cita-cita bersama untuk menolak kekuasaan diktatorial, politik kekerasan, perilaku rasial, dan praktik kronisme,” pungkasnya.

Tukar Tutur Sastra ke-14: HISKI Angkat Isu Filsafat, Gender, dan Pembelajaran Sastra

Berlanjut ke pembicara kedua, Sugiarti, membawakan paparan berjudul “Rekonstruksi Cerita Rakyat Jawa Tengah, Jawa Barat dalam Perspektif Gender Sebagai Media Literasi Sastra”. Ia memaparkan materi dengan mengupas bagaimana cerita rakyat dikaji dari sudut pandang gender dan digunakan sebagai media literasi yang inklusif.

“Relasi gender dalam cerita rakyat Jawa Tengah dan Jawa Barat, laki-laki masih memegang peran penting di wilayah publik dengan berbagai atribut yang harus dilakukan. Dominasi perempuan dalam cerita sangat sedikit serta kesetaraan antara laki-laki dan perempuan belum signifikan,” terangnya.

Faktor penyebab adanya, pemahaman tentang budaya yang menempatkan laki-laki pada peran yang sangat penting. Di samping itu, Sugiarti melanjutkan, pola pikir masyarakat yang cenderung seksis dalam melihat identitas gender yang mengarah pada stereotipe.

“Rekontruksi yang dilakukan dengan cara memosisikan laki-laki dan perempuan secara seimbang dalam beberapa hal sehingga nafas kesastraan tampak dalam cerita. Cerita rakyat berperspektif gender berpotensi sebagai media literasi sastra untuk anak-anak dan remaja,” pungkasnya.

Tukar Tutur Sastra ke-14: HISKI Angkat Isu Filsafat, Gender, dan Pembelajaran Sastra

Narasumber ketiga, Fitri Amilia, membawakan materi berjudul “Revitalisasi Sastra Melalui Pembelajaran”. Dalam paparannya, Amilia menguraikan upaya pembelajaran sastra yang lebih dinamis dan relevan dengan perkembangan zaman. Di awal pemaparan, ia mengutip Johann Wofgang van Goethe yang menyatakan, “Kemunduran sastra menunjukkan kemunduran suatu bangsa”.

“Sastra adalah media yang mendidik dan mengajarkan untuk melahirkan manusia berkualitas. Sementara karya sastra adalah karya kreatif yang dimanfaatkan sebagai konsumsi intelektual dan emosional. Karya sastra memberikan kepuasan estetik dan intelektual bagi pembaca,” ujarnya.

Amilia menambahkan, bahwa pembelajaran sastra di sekolah melahirkan beberapa capaian dan beberapa fase. Ada fase membaca, menyimak, berbicara, dan mempresentasikan dan menulis.

“Esensi pendidikan dapat dicapai melalui bersastra. Sastra memuat unsur edukatif yang menginspirasi. Guru yang mengajarkan sastra dapat mencapai fungsi sastra,” tandasnya.

Seusai pemaparan narasumber, acara dilanjutkan dengan diskusi interaktif antara audiens dengan narasumber yang dipandu oleh moderator. Sampai akhir acara, webinar ini diikuti oleh 226 peserta dan ditonton sebanyak 210 kali di kanal Youtube HISKI dan Tribun Jatim.

Sebagai informasi tambahan, acara Tukar Tutur Sastra ke-14 kali ini merupakan agenda HISKI Pusat yang dinahkodai oleh Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum. Di sepanjang tahun 2024, Tukar Tutur Sastra terselenggara setiap bulan sekali pada minggu ketiga. Di tahun 2025, Tukar Tutur Sastra diselenggarakan dua bulan sekali.

Tukar Tutur Sastra ke-14: HISKI Angkat Isu Filsafat, Gender, dan Pembelajaran Sastra

beras