Viral Batik Lamongan, Begini Tanggapan Disbudpar
Berita Baru, Lamongan – Sarung bergambar anjing yang dijual oleh salah satu brand ternama di Indonesia menjadi perbincangan luar biasa warganet. Video yang beredar di media sosial itu berdurasi 29 detik.
Narasi video itu berisi “Assalamuallaikum ibu-ibu solehah, ini kan nanti ada Atlas Harmoni Idaman ya bu ya. Hati-hati ibu-ibu yang nanti mau beli sarung-sarung atau apa, untuk hadiah atau apa, ini tolong ya jangan sampai dibeli. Karena ada gambar seperti ininya, di semua sarungnya. Soalnya kemarin ada orang yang ngasih ya begitu, berapa sarung, ada lima, begitu semua, ada motif anjing di bawah itu. Itu ya syukron.”
Sampai di sana, hal tersebut kemudian diunggah oleh akun Twitter @zeroDemoCRAZY. Ramainya tentang hal ini, juga membuat salah satu tokoh nasional me-retweet postingan tersebut dan dibanjiri oleh banyak komentar bernada sinis dari warganet.
Di ketahui bersama motif tersebut merupakan motif batik singo mengkok yang merupakan batik khas kabupaten Lamongan. Singo mengkok sendiri merupakan warisan dari Sunan Drajat.
Logo singa duduk yang disebut singa mengko merupakan icon yang terdapat pada gamelan Sunan Drajat. Gamelan tersebut dijadikan sebagai media dakwah dengan membawakan tembang pangkur.
Terkait viralnya postingan tersebut Dinas Pariwisata dan kebudayaan Kabupaten Lamongan dengan tegas mengklarifikasi terkait video viral motif sarung singo mengkok.
Kami telah melihat video viral tersebut, motif sarung yang oleh masyarakat diidentikkan menjadi motif anjing adalah motif sarung khusus pesanan kepada salah satu produsen sarung. Motif dimaksud seyogyanya yang diinginkan adalah motif singo mengkok yang merupakan salah satu motif batik khas Lamongan yang diambil dari motif singo mengkok yang terukir pada gamelan peninggalan Sunan Drajat sebagai alat dakwahnya pada saat itu,” tutur Siti Rubikah, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lamongan.
Rubikah menjelaskan ada perbedaan mencolok dari motif yang muncul di sarung dari pakem. Motif batik singo mengkok yang sudah ada lebih mengedepankan unsur flora yakni ornamen bunga tanjung yang dibentuk menyerupai fauna (singomengkok). Sementara di motif sarung pesanan tersebut, tidak muncul unsur flora (bunga tanjungnya).
“Ini cukup sensitif dalam pandangan atau keyakinan umat Islam kenapa pada saat itu unsur flora lebih ditonjolkan karena untuk menghindari multitafsir menggambar makhluk ciptaan Allah SWT yang memiliki nyawa (fauna),” terangnya.
Pemerintah Kabupaten Lamongan dalam hal ini dinas pariwisata dan kebudayaan sejauh ini terus berupaya melestarikan khazanah tradisi budaya lokal Lamongan termasuk pelestarian motif batik singo mengkok tersebut.
“Kami telah menetapkan Busana Khas Lamongan (BKL) sejak tahun 2018, yang terdapat unsur batik singo mengkok. Tahun lalu kita melombakan design batik singo mengkok ini untuk pelajar di Lamongan. Di tahun ini akan kita direncanakan pula festival mural design batik singo mengkok untuk pegiat dan praktisi mural sebagai ajang unjuk kreatifitas sekaligus lebih mengenalkan batik singo mengmokok ke khalayak khususnya para generasi muda,” pungkasnya.