Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

WALHI Jatim Menggelar Sekolah Keadilan Energi untuk Mendorong Keterlibatan Anak Muda

WALHI Jatim Menggelar Sekolah Keadilan Energi untuk Mendorong Keterlibatan Anak Muda



Berita Baru, Mojokerto – Pada tanggal 16-19 Desember 2021, WALHI Jawa Timur menggelar Sekolah Keadilan Energi yang diselenggarakan di PPLH Seloliman, Trawas, Mojokerto. Kegiatan ini diselenggarakan sebagai salah satu respons atas situasi dan kondisi lingkungan hidup yang sangat mengkhawatirkan. Salah satu problem yang dihadapi adalah perubahan iklim, di mana dampaknya sangat luas, dari bencana hidrometeorologi, dampak sosial seperti keterancaman pangan hingga masa depan generasi yang akan datang turut terancam.

Salah satu yang menyebabkan perubahan iklim ini adalah gas efek rumah kaca yang ditandai dengan semakin tingginya tingkat emisi karbon. Emisi ini dihasilkan akibat aktivitas manusai seperti deforestasi baik untuk perkebunan, pertambangan maupun peruntukan lainnya. Energi menjadi salah satu faktor yang turut menunjang lepasan karbon, terutama energi berbasis bahan tambang seperti batubara yang masih mendominasi, sebab PLTU masih menjadi sumber utama listrik masyarakat. Transisi energi meski sudah menjadi perbincangan baik dari level internasional hingga nasional dalam konsep Energi Baru Terbarukan (EBT) masih sebatas wacana dan belum serius diimplementasikan.

Tetapi problem lain ialah soal energi baru terbarukan juga masih menjadi perdebatan, teruama biofuel, geothermal dan nuklir yang secara dampak berbahaya bagi keberlanjutan lingkungan. Jika biofuel akan mendorong deforestasi, sementara geothermal akan memperentan kawasan mata air dan nuklir akan menyebabkan paparan kimia berbahaya, sehingga sebagai energi baru terbarukan menjadi sangat riskan dan rentan terutama tinggi resiko. Padahal potensi energi surya, angin dan gelombang laut di Indonesia sangat besar, tetapi belum menjadi prioritas. Sehingga muncul pertanyaan besar, seperti apa energi yang berkelanjutan itu dan bagaimana praktiknya?

Wahyu Eka Setyawan, Direktur Eksekutif WALHI Jawa Timur mengatakan Sekolah Keadilan Energi ini mendorong pemahaman bahwa energi bukan hanya soal konsumsi, tetapi bagaimana distribusinya, dia berasal darimana, siapa yang menguasai dan siapa pihak yang terdampak. Generasi muda harus memahami mengenai darimana saja energi mereka berasal, serta seperti apa rancangan energi ke depan yang lebih mendukung keberlanjutan lingkungan dan adil.

“Selama tiga hari peserta diajak melihat situasi kondisi energi yang ada di Indonesia. Seperti menurut yang mengungkapkan bahwa persoalan energi ini bukan sekedar kita berganti energi dari PLTU yang memakai batubara ke sumber energi yang baru terbarukan saja. Tetapi harus melihat juga terkait energi baru terbarukan seperti apa yang ingin dimanfaatkan dan bagaimana pengelolaannya.” Ungkap Wahyu
Wahyu juga menambahkan penting kiranya melihat energi baru terbarukan ini dalam kerangka bagaimana cara kerjanya, lalu siapa yang menguasainya, bagaimana kelolanya?

“Jika masih memakai pola lama dikuasai segelintir orang dan peruntukannya untuk segelintir orang, maka energi baru terbarukan yang dimaksud juga tak jauh beda dengan yang lama. Meski rendah karbon tapi potensi destruksinya juga besar” jelas Wahyu.

Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Lila Puspita selaku Manajer Kampanye WALHI Jawa Timur, ia mengungkapkan bahwa energi baru terbarukan diperbanyak tapi PLTU masih tetap ada, apalagi seperti adanya geotermal yang tujuannya adalah menyokong industri dan pemodal, maka itu jauh dari harapan energi hijau yang berkeadilan.

“Dengan situasi tersebut, maka sekolah ini harapannya adalah memberikan sudut pandang baru. Bahwa untuk melawan perubahan iklim hingga mendorong keadilan lingkungan, maka dibutuhkan peran serta masyarakat, khususnya pemuda. Maka sekolah ini hadir sebagai upaya untuk mendorong bagaimana anak muda sebagai generasi yang akan datang terlibat dalam penyelamatan bumi mereka. Salah satunya ialah mendorong penggunaan energi yang adil dan berkelanjutan.” Kata Lila.

Sejalan dengan itu perwakilan sekolah bernama Luki Wahyu juga menyampaikan terkait sekolah ini merupakan langkah yang penting bagi keterlibatan anak muda dalam mendorong perubahan kebijakan lingkungan guna menyelamatkan bumi, salah satu perihal energi yang menurutnya menjadi masalah jika tidak segera beralih dari energi kotor ke energi bersih.

“Saya memimpikan bahwa anak-anak muda di sini bisa aktif dalam menyuarakan hak atas lingkungan, salah satunya mendorong energi baru terbarukan yang berkelanjutan dan berkeadilan. Sebab tanpa konsep tersebut jatuhnya sama, yakni energi yang dikuasai segelintir orang dan sifatnya eksploitatif. Seperti energi surya, jika memakai corak lama yang kapitalistik ya sama saja, solar panel dari tambang. Kalau konsepnya bisnis seperti biasa, energi surya tak jauh beda dengan fosil, merusak.” Pungkas Luki.

Ke depan diharapkan sekolah ini mampu mendorong anak-anak muda yang sadar akan pentingnya energi baru terbarukan dan berkelanjutan serta adil. Paling tidak mereka memahami bahwa energi seharusnya menjadi milik bersama atau commons yang juga menjadi tanggung jawab setiap masyarakat. Keadilan energi adalah bagaimana energi ke depan tidak dikuasai segelintir orang dan merusak lingkungan, serta pengelolaanya kembali ke komunitas.

Seperti PPLH Seloliman secara praktik mengelola energi dengan memanfaatkan arus sungai dengan teknologi mikrohidro yang listriknya digunakan oleh warga satu dusun dan dikelola secara bersama-sama, sehingga energi yang dihasilkan mendorong peningkatkan keterikatan mereka dengan alam, paling tidak mereka menjaga kawasan mereka agar tetap lestari, karena kerusakan kawasan akan mendorong hilangnya sumber energi mereka.

beras