Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Warga Sedayulawas Gelar Kupatan di Gunung Menjuluk

Warga Sedayulawas Gelar Kupatan di Gunung Menjuluk



Berita Baru, Lamongan – Bulan Syawal selalu identik dengan hari raya kupat atau yang biasa dikenal sebagai Kupatan. Di berbagai daerah, Kupatan sudah menjadi tradisi turun turun yang diadakan seminggu setelah hari raya Idul Fitri. Tradisi kupatan ini biasanya bisa di temui di berbagai daerah Jawa Timur, Jawa, atau semua orang Indonesia yang merayakan Lebaran.

Ada yang unik dalam tradisi Kupatan yang dilakukan oleh masyarakat di desa Sedayulawas, Brondong, Lamongan, Jawa Timur. Bagi mereka Kupatan selalu jadi pelengkap lebaran. Bahkan tak jarang, Kupatan dapat lebih meriah dibanding lebaran itu sendiri. Sebab mereka akan berbondong-bondong mendaki Gunung Menjuluk, salah satu gunung kecil dengan ketinggian kurang dari 300Mdpl yang terletak di selatan desa Sedayulawas.

“Perlu waktu sekitar 30 menit untuk sampai punggung gunung. Kami lalu menikmati makanan itu di atas gunung sambil melihat pemandangan di bawah sana,” jelas Maman, salah satu warga Sedayulawas, Senin, (09/05).

Maman menambahkan biasanya masyarakat desa Sedayulawas akan membawa ketupat, lepet, dan jajan sisa Lebaran untuk naik gunung.

Menurut keterangan dari Sumiah, salah satu warga Sedayulawas yang mengikuti acara kupatan di Gunung Menjuluk, ada yang berbeda dalam pembuatan ketupat di daerah Sedayulawas.

“Ketupat yang pada umumnya terbuat dari janur, di desa kami dibuat dari daun lontar (Jawa: gladakan). Selain berbentuk segi empat seperti ketupat pada umumnya, warga kami juga biasa membuat ketupat berbentuk ayam jago. Ketupat ini disebut jekekrek. Isinya ya sama saja, beras yang sudah dicuci sehingga agak bercampur air,” ungkapnya.

Sebagai pelengkap, warga membuat lepet, makanan terbuat dari beras ketan yang direbus dalam bungkusan janur. Tanpa lepet, kupat itu tak ada bedanya dengan kupat pada hari biasa.

“Saat ini, kupatan memang makin beda caranya. Biasalah. Selalu ada yang berubah. Makin sedikit orang yang membawa kupat, lepet, apalagi jajan untuk kupatan di atas gunung. Tapi tetap saja banyak yang naik gunung untuk kupatan. Selain dari desa kami, waga dari desa lain pun memenuhi gunung kecil yang secara administratif milik Desa Sedayulawas. Maka, banyak orang tumplek blek di atas gunung,” jelasnya.

Karena banyak orang itu, maka Kupatan pun jadi waktu untuk bermaaf-maafan atau sekadar ketemu teman lama. Kupatan juga jadi waktu untuk bertemu dengan teman-teman sekolah.

beras