Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Wawancara Eksklusif Yanju Sahara: Neokapitalisme Berdampak pada Warga Nahdliyin di Akar Rumput
Yanju Sahara, Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri dan Jaringan Internasional PB PMII. (Dok. Foto: Beritabaru.co)

Wawancara Eksklusif Yanju Sahara: Neokapitalisme Berdampak pada Warga Nahdliyin di Akar Rumput



Berita Baru, Jakarta – Peta politik internasional terus mengalami pergerakan. Lebih-lebih era globalisasi yang kian massif. Kekuatan ekonomi yang dulunya bertumpu pada negara-negara di Eropa kini pelan-pelan bergeser. Negara di Asia turut andil dalam percaturan politik luar negeri.

Di samping pertarungan ekonomi, wacana-wacana keberislaman turut menjadi bahasan penting. Kampanye Islam Rahmatan lil Alamin terus mengudara hingga ke manca negara. Di saat yang sama problematika di akar rumput, rasa-rasanya tak mampu terjawab.

Di tengah kontradiksi tersebut, elemen mahasiswa memiliki tanggung jawab besar. Wabil khusus kalangan mahasiswa Nahdliyin yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia.

Berikut petikan wawancara Beritabaru.co dengan Yanju Sahara Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri dan Jaringan Internasional, mengenai peta politik luar negeri, keberislaman, dan fenomena warga Nahdliyin di akar rumput.

Bagaimana pembacaan PB PMII melihat peta ekonomi dan politik dunia saat ini?

Pembacaan PB PMII khususnya Bidang Hubungan Luar Negeri dan Jaringan Internasional melihat peta ekonomi dan politik dunia saat ini berada pada era globalisasi. Sejak tahun 1980an fenomena globalisasi begitu masif.

Proses konvergensi globalisasi yang dapat dilihat yaitu tatanan ekonomi politik internasional yang ditandai dengan perubahan poros politik dunia.

Perubahan seperti apa?

Saat ini kekuatan ekonomi dunia sedang bergeser begitu cepat dari Eropa dan Amerika Serikat hingga bergeser ke Asia. Fenomena ini sangat wajar karena perkembangan geopolitik yang mulai berfokus pada kawasan Asia. Mau tidak mau, kekuatan ekonomi dunia saat ini memang sedang bergeser dari Eropa dan Amerika Serikat ke Asia.

Kebangkitan negara-negara Asia setelah krisis moneter 1998 merupakan gambaran awal wajah dunia khususnya Eropa dan AS mengalami degradasi dari sisi geopolitik. Para pengambil kebijakan di bidang ekonomi dari negara-negara Asia sudah mulai memikirkan bagaimana negara-negara di kawasan ini berperan lebih dominan dalam menentukan nasibnya sendiri, tanpa harus berkiblat pada Eropa atau AS.

Pada waktu itu jepang mengusulkan pembentukan Asian Monetary Fund (Bank Dunia versi Asia) untuk menandingi IMF Bank Dunia milik Eropa dan AS. Namun, Eropa dan AS menentang keras pembentukan Bank Asia dikarenakan mereka tidak mau kehilangan pengaruhnya di Asia yang sudah terbangun rapih pasca perang Dunia II.

Kemunculan rival-rival bisnis seperti Korea, Jepang, China dan beberapa negara Asia lainnya membuat Eropa dan Amerika mengalami kegamangan dalam mengambil kebijakan strategis melawan hegemoni perdagangan negara Asia khususnya Trade War dengan China. Pergeseran ekonomi politik internasional dan Kebangkitan negara-negara Asia harus disambut oleh PMII.

Melihat kondisi demikian apa yang harus dipersiapkan kader PMII dalam menghadapi konstalasi Internasional?

Kader PMII harus senantiasa adaptif serta responsible terhadap perkembangan zaman. Hal ini bisa dilakukan dengan cara memperkuat soft skill dan hard skill, pengembangan bahasa, juga memperdalam basic jurusan ilmu di perkuliahan.

Agar ke depan lahir pakar-pakar keilmuan sesuai basic bidang studi, dan bukan hanya menjadi kader-kader yang bertaraf nasional akan tetapi menjadi kader PMII yang mampu mengisi ruang-ruang strategis berskala Internasional.

Lantas, bagaimana strategi PB PMII sendiri?

Dalam membaca peta ekonomi politik internasional dan konstalasi politik dunia PB PMII khususnya Bidang Hubungan Luar negeri dan Jaringan Internasional masa khidmat 2021/2024 mempunyai gagasan merebut dan membangun poros kekuatan di dunia yaitu PMII Global Competence. Yang artinya PMII sebagai organisasi Non-State aktor mampu merebut kuasa makna persaingan global.

Strategi yang dilakukan oleh PB PMII untuk merebut politik kuasa makna persaingan global yakni berperan aktif terhadap kegiatan dunia internasional. Seperti halnya membuka hubungan diplomatik dan Sosial networking dengan kedubes, diplomat, organisasi internasional seperti INGO. NGO, IGO, MNC dan lembaga internasional lainnya.

Dalam merebut kuasa makna persaingan global juga PB PMII melakukan Redistribusi kader untuk terlibat di forum-forum konferensi internasional mendiasporakan gagasannya.

Ada 8 isu strategis global sebagai main objectives yang menjadi kajian ataupun pendalaman wacana PB PMII Bidang Hubungan Luar Negeri dan Jaringan Internasional ke depan.

Apa saja?

Pertama, Information (Data Growth, Access, Social Networking, Information Integrity, Knowledge). Kedua, Technology (Computational, Biotechnology, Nanotechnology, Transhumanism). Ketiga, Economies (Interconnections, Emerging Players, Debt, Poverty). Keempat, Conflict (Causes of Conflict, Nature of Conflict, Conflict Resolution).

Kelima, Governance (State Actors, International Organizations, Multinational Corporations, Non-Governmental Organizations). Keenam, Resources (Food, Water, Energy, Climate). Ketujuh, Population (Growth, Aging, Migration, Urbanization, Social Inclusion). Kedelapan, Religion (Moderation, Spiritualism, Multiculturalism) .

Apa gerakan PMII yang sudah dan akan dilakukan di dunia internasional?

Sejak dilantik 26 Juni 2021 yang sudah dilakukan PB PMII bidang HI yaitu ikut terlibat forum perdamaian dunia AYIC 2021 (ASEAN Youth Interfaith Camp 2021), AUSCU 2021 (ASEAN University Student Council Union 2021) Trust Building Camp 1000 Abrahamic Cyrcel. Wacana yang sedang Bidang HI godok yaitu akan melaksanakan Kongres Pemuda Dunia dalam rangka menyambut G20 di bali 2022.

Juga dalam mendiasporakan kaderisasi bidang HI akan melebarkan sayap pembentukan PCI PMII di negara-negara Eropa, Asia, timur tengah, Australia DLL. Sebelumnya dekat-dekat ini kami akan melakukan international meeting virtual untuk kader-kader PMII yang ada di seluruh dunia untuk sama-sama mendiasporakan PMII.

Hanya itu?

Bukan hanya pembentukan akan tetapi kami sangat selektif betul dalam pembentukan PCI. Dilihat dari kesiapan, kematangan, maupun strategi gerakan yang nantinya PCI ini lakukan akan kami perhatikan.

Wajah islam seperti apa yang dikampanyekan PB PMII di kancah Internasional?

Wajah Islam rahmatan lil Alamin. Islam yang menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan, menjunjung tinggi kebenaran. Bagaimana PMII di pergaulan internasional mampu menjaga Peace making, Peace Keeping, dan juga Peace building.

Keberagaman, perbedaan bagi kami bukan menjadi penghambat untuk bergaul di dunia internasional. Justru kami memiliki pandangan Interfaith Harmony itu bagian dari Life Style PMII.

Politik transaksional dengan dalih sikap moderat padahal itu berdampak buruk pada masyarakat di akar rumput yang merupakan masyarakat Nahdliyin, seperti perampasan ruang hidup hingga kejahatan HAM di daerah Konflik-konflik Agraria yang jauh dari semangat islam transformatif……

Dengan dalih apapun jika rakyat khususnya kaum nahdliyyin yang terkena dampak perampasan ruang hidup, diskriminasi serta mengalami kekerasan. Tanpa alasan PMII harus menjadi garda depan untuk membela.

Sudah sangat jelas termaktub dalam tujuan PMII yaitu mempertahankan cita-cita kemerdekaan Indonesia yang artinya memperjuangkan kebenaran, keadilan, dan juga kejujuran. Siapapun golongan nya yang merampas ruang hidup masyarakat apalagi yang Terdampak kaum nahdliyyin maka wajib hukumnya lawan dan kawal sampai menang.

Apakah konstelasi politik internasional juga berdampak pada konflik-konflik yang dialami warga Nahdliyin di akar rumput?

Ketika kita lihat wajah ekonomi politik dunia saat ini berwajah neokapitalisme. Bisa jadi berdampak.

Seperti apa misalnya?

Salah satu kritik saya soal pembangunan di Indonesia. Pembangunan di Indonesia saya menilai hanya mengedepankan aspek Antroposentrisme tidak mengedepankan aspek Ekosentrisme.

Kenapa demikian?

Hal inilah yang memicu konflik benturan peradaban antara pemerintah dan masyarakat. Yang perlu di ingat oleh petinggi kita adalah. Kita boleh mengadopsi demokrasi dan sistem ekonomi ala barat.

Lantas?

Tapi jangan sekali-kali meninggalkan aspek kebudayaan kita Indonesia. Benang merahnya adalah atas nama pembangunan apapun yang melahirkan korban jiwa tidak dibenarkan adanya.

Pembangunan di Indonesia harus mengedepankan pembangunan yang menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma tidak hanya mengedepankan aspek keuntungan dan kegunaan pemodal semata.

beras