4 Keutamaan Merayakan Maulid Nabi
Berita Baru, Surabaya – Maulid artinya kelahiran. Orang-orang memaknai Maulid Nabi Muhammad SAW sebagai hari kelahiran Baginda Rasul SAW yang diperingati setiap 12 Rabiul awal bulan Hijriah setiap tahunnya.
Maulid nabi menjadi hari penting sehingga umat Muslim mengadakan kegiatan keagamaan serentak untuk memperingati hari besar tersebut, biasanya majlis taklim mengadakan salawatan dengan dihadiri oleh banyak jamaah dan dilanjut dengan acara syukuran.
Menurut sejarah, peringatan Maulid Nabi awalnya dilakukan oleh seorang Penguasa Ibril Raja Mudzaffar Abu said Al-Kukburi bin Zainuddin Ali bin Buktikin. Beliau merupakan rasa yang cerdas namun rakyatnya saat itu sedang rusak moral sehingga mengadakan Maulid Nabi agar mengingat dan dikenalkan kepada Baginda Rasul SAW.
Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW memiliki banyak tujuan, di antaranya mengenalkan anak keturunan kepada Nabi Muhammad SAW dan meningkatkan rasa cinta kepada beliau, mencontoh dan meneladani akhlak Rasulullah SAW seperti shidiq, amanah, fatanah, dan tabligh, dan terakhir tujuannya supaya kita bersemangat dalam menjalankan serta menyebarkan ajaran Islam rahmatan lil alamin yang telah diperjuangkan oleh Nabi Muhammad SAW terutama salat wajib dan puasa.
Berikut 4 alasan kenapa umat islam dianjurkan untuk memperingati Maulid Nabi.
1. Merayakan Maulid Nabi sebagai wujud rasa bahagia dan gembira atas kelahiran Baginda Nabi Muhammad saw memberikan manfaat di dunia dan akhirat. Sebab, diceritakan bahwa Abu Lahab, seorang yang membenci dakwah Nabi, mendapatkan keringanan siksanya di setiap hari Senin mengingat sosoknya bergembira dengan kelahiran Nabi Muhammad. Bahkan, saking bahagianya, Abu Lahab sampai memerdekakan budaknya yang bernama Tsuwaibah.
2. Nabi Muhammad banyak bepuasa di hari Senin sebagai ungkapan rasa syukur atas kelahirannya. Tentu, umat Islam sebagai pengikut Nabi harus mengungkapkan rasa syukurnya atas kelahiran Baginda Nabi Muhammad saw dengan merayakannya.
3. Perayaan Maulid Nabi merupakan bid’ah hasanah (baik) kerap diisi dengan ceramah agama dan nasihat yang bermanfaat serta suguhan makanan yang diberikan kepada para hadirin. Dalam pandangan Sahabat Abdullah bin Mas’ud, perkara yang dilihat umat Islam sebagai perkara yang baik maka perkara tersebut baik di sisi Allah, dan perkara yang dilihat umat Islam sebagai perkara yang buruk maka perkara tersebut buruk disisi Allah” (HR Ahmad). Di sisi yang lain, para ulama fiqh menetapkan kaidah, bahwa “Setiap wasilah perbuatan dihukumi sesuai dengan tujuannya.”
4. Perayaan Maulid Nabi kerap diisi dengan pembacaan sejarah kehidupan Nabi, mulai dari kelahiran, budi pekerti, ciri-ciri fisik, kemuliaan serta mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi. Hal demikian tentu dapat menumbuhkan rasa cinta kepada Nabi Muhammad serta meneguhkan keimanan kita.