HISKI Gelar Tukar Tutur Sastra ke-12, Angkat Eksplorasi Keanekaragaman Sastra dan Budaya Lokal
Berita Baru, Jakarta – Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI) usai gelar Tukar Tutur Sastra edisi ke-12 pada Sabtu, (21/12/2024). Acara digelar melalui Zoom Meeting serta disiarkan secara langsung di kanal Youtube HISKI dan Tribun Network.
Acara yang berlangsung dari pukul 10.00 hingga 12.00 WIB ini menghadirkan tiga narasumber dari tiga daerah di Indonesia yang mengeksplorasi keanekaragaman sastra dan budaya masing-masing.
Dimoderatori Dr. Endah Imawati, M.Pd. Ketiga pemateri tersebut adalah Eta Farmacelia Nurulhady, M.Hum., M.A., Ph.D. (HISKI Universitas Diponegoro), Dr. Rasiah, M.Hum. (HISKI Sulawesi Tenggara), dan Falentinus Bata, M.Pd. (HISKI Flores).
Sebelum memulai presentasi, acara dibuka dengan sambutan Ketua Umum HISKI Pusat, Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum.
Novi menyampaikan bahwa Tukar Tutur Sastra ke-12 kali ini merupakan agenda penghujung HISKI di tahun 2024.
“Telah genap 36 ketua komisariat hadir secara virtual sebagai narasumber. Kehadiran 36 narasumber mengasumsikan 36 permasalahan kesusastraan di wilayahnya masing-masing berikut dengan pembahasannya,” urai guru besar Universitas Negeri Jakarta tersebut.
Dalam forum tersebut, Novi juga mengingatkan kepada 36 narasumber untuk menuliskan kembali apa yang disampaikan secara daring untuk diterbitkan dan dipublikasikan dalam buku bersama.
“Jika Sekolah Sastra ada 12 tema, di Tukar Tutur Sastra ada 36 topik. Ketiga puluh enam data yang terkumpul dan dapat diakses oleh semua orang. Dengan demikian hasil kajian sekaligus juga menjadi semacam data raya kesusastraan dan sebagai bukti kinerja HISKI periode ini,” ujarnya.
Novi juga menyampaikan di awal tahun mendatang, yakni di bulan Januari 2025, kantor sekretariat HISKI Pusat yang lama akan ditempati kembali. “Ini berkat dukungan segenap komisariat HISKI dari Aceh hingga Papua. Sekretariat bersama HISKI yang terletak di Graha STR Jalan Ampera Raya akan dapat ditempati kembali awal tahun depan,” pungkasnya. Terima kasih kepada Ibu Sri Teddy Rusdi yang telah menyediakan fasilitas untuk HISKI.
Narasumber pertama, Eta Farmacelia membawakan materi “Semarang dari Sudut Pandang R.A. Kartini”. Eta mengelaborasi perspektif sastra dan sejarah dari tokoh perempuan emansipasi Indonesia.
Dalam paparannya, Eta membahas hubungan Kartini dengan Semarang melalui korespondensinya dengan para tokoh penting di kota ini, yang tercermin dalam Surat-surat Kartini.
“Pengaruh pengalaman Kartini di Semarang terhadap pandangan hidupnya, khususnya dalam memperjuangkan pendidikan perempuan. Refleksi budaya Semarang pada era Kartini merepresentasikan keberagaman, kemajuan, dan tantangan sosial di awal abad ke-20,” terangnya.
Dengan pendekatan sastra dan sejarah, Eta memberikan wawasan baru tentang bagaimana Kartini melihat Semarang tidak hanya sebagai tempat geografis tetapi juga simbol perubahan sosial dan emansipasi.
Berlanjut ke pembicara kedua, Rasiah, membawakan paparan berjudul “Kearifan Ekologis dalam Cerita Rakyat Muna”. Dalam paparannya, Rasiah mengeksplorasi hubungan erat antara sastra rakyat dan pelestarian lingkungan.
“Muna adalah sebuah kabupaten di Sulawesi Tenggara. Narasi-narasi tradisional masyarakat Muna merefleksikan hubungan harmonis manusia dengan alam. Terdapat simbolisme ekologis dalam cerita rakyat, seperti hutan, laut, dan hewan, yang menjadi metafora untuk menjaga keseimbangan ekosistem,” ujarnya.
Rasiah melanjutkan bahwa masyarakat Muna menggunakan sastra lisan untuk menyampaikan pesan pelestarian lingkungan kepada generasi muda. Cerita rakyat berfungsi sebagai hiburan dan sarana edukasi serta penyadaran lingkungan.
Sementara untuk narasumber ketiga, Falentinus Bata, membawakan materi berjudul “Bahasa Adat Ende Lio dalam Upaya Seremonial sebagai Bentuk Revitalisasi Bahasa Lokal”. Sebuah pendedahan mendalam untuk melestarikan bahasa dan budaya daerah.
“Bahasa adat Ende Lio sebagai bagian integral dari identitas budaya dan spiritualitas masyarakat setempat. Bahasa ini digunakan dalam upacara seremonial seperti ritus kelahiran, pernikahan, dan kematian, yang mengandung nilai-nilai filosofis tinggi,” paparnya.
Falentinus menegaskan bahwa melestarikan bahasa adat tidak hanya mempertahankan komunikasi, tetapi juga menghidupkan kembali nilai-nilai tradisional yang melekat pada budaya masyarakat Ende Lio.
Seusai pemaparan narasumber, acara dilanjutkan dengan diskusi interaktif antara audiens dengan narasumber yang dipandu oleh moderator. Sampai akhir acara, webinar ini diikuti oleh 170 peserta dan ditonton sebanyak 42 kali di kanal Yotube HISKI dan Tribun Jatim.
Sebagai informasi, sama halnya dengan Sekolah Sastra, acara Tukar Tutur Sastra ini merupakan salah satu agenda dari HISKI Pusat yang dipimpin oleh Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum. Di sepanjang tahun 2024, Tukar Tutur Sastra terselenggara setiap bulan sekali pada minggu ketiga, dan edisi ke-12 ini merupakan tayang yang terakhir.