Menukik Luka Lama
Aku masih ingat, kapan kita pertama kali berbicara dengan hati terbuka. Pertama kali menatap dengan hangat dan penuh cinta. Ditemani dua cangkir teh yang masih mengepul kita menyelesaikan tanya yang bahkan tak ada jawab. Kita memberi kesempatan pada masing-masing keinginan, kemudian bersepakat dinamai “frekuensi.”
Dua tahun menjadi perjalanan yang mematikan, entah bagimu atau bagiku. Kehebatan kita sama; mampu saling menahan dan menutupi. Siapa akan berpikir bahwa dipertengahan jalan, kita akan menemukan muara. Bahagianya, kita tidak perlu menunggu waktu yang lebih lama untuk sampai pada titik itu. An, ternyata kita lebih dulu sampai!
Ku kira semua yang aku lihat ini adalah suatu bentuk cinta peng-akhiran. Ternyata salah! Momen keheningan menjadi puisi paling rumit, tiba-tiba pembacaan naskah puisi milik Avianti Armand juga menjadi miris di dengar. Suaramu berubah mistis, sangat hati-hati dan menakutkan. Lonceng yang kau berikan juga tiba-tiba berdenting hampir saja memekakkan telinga. Lonceng itu terus saja berbunyi, tidak bisa diam. Sudah ku usahakan tutup dengan bantal, kubawa ke kamar mandi, ku berlari menuju ruangan kedap suara, tapi tetap tidak bisa. Ia memaksa; persis kamu- tidak ingin diam tapi tidak mampu melakukan apa-apa, hanya berbunyi!
Oh ya, projek kita tentang puisi masih belum selesai lho???
Tapi tidak mungkin kita selesaikan dan aku tidak mampu meneruskan. Aku masih saja trauma dengan kata-katamu waktu itu, “aku mencintaimu sangat, dan tak akan pernah selesai”. Sejak itu aku berani menulis sejarah serupa cinta yang bulat, benar-benar utuh untukmu. Aku selalu bisa menculikmu dipertengahan malam dan bertukar napas. Jangan anggap semua itu hanyalah semacam kunang-kunang yang mampir, itu adalah keindahan seperti bintang-bintang An!
Apalagi, mencium aromamu menjadi ibadah paling khusyu untuk dilakukan. Pengenalan parfum Dunhill adalah sebuah momen pertama kalinya yang membuat hidupku penuh dengan kamu. Tidak ada yang salah- seharusnya aku mengetahui bagaimana akhirnya jika Dunhill itu kau ambil alih. Aku yang akan sakit menahan aroma tubuhmu yang sekarat.
Ah sudah, semua itu hanya menjadi memoar yang hilang. Pada semestinya cinta itu perihal tingkah bukan hanya berkata-kata____
Jember, November 2019
Dian Purnawa
Bagus, aku suka.
Tengkyu dik hehe
Begitulah cinta…
Makasih kak