Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Bahas Pemikiran Chairil Anwar, HISKI Jember Kembali Gelar Webinar Nasional
dok. foto: Hiski Jember

Bahas Pemikiran Chairil Anwar, HISKI Jember Kembali Gelar Webinar Nasional



Berita Baru, Jember  – Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia Komisariat Jember (HISKI Jember) kembali sukses gelar Webinar Nasional bertajuk NGONTRAS#9 (Ngobrol Nasional Metasastra ke-9), Sabtu (2/4/2022).

Mengulik pemikiran Chairil Anwar, acara ini bekerja sama dengan Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Univesitas Jember (FIB UNEJ), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember (FTIK UIN KHAS Jember), dan Kelompok Riset Pertelaahan Sastra Konteks Budaya (KeRis PERSADA).

Webinar Nasional bertema “Meneruskan Pemikiran Chairil Anwar” ini diselenggarakan secara daring melalui Zoom Meeting. Menghadirkan Prof. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., Ph.D., Guru Besar Universitas Udayana (UNUD); Isnadi, S.S., M.Pd. (UIN KHAS Jember), dengan moderator Dra. Supiastutik, M.Pd., dan pewara Zahratul Umniyyah, S.S., M.Hum.; keduanya dosen FIB UNEJ dan anggota HISKI Jember.

Dalam sambutannya, Dekan FTIK UIN KHAS Jember, Mukni’ah, mengatakan bahwa kegiatan webinar semacam ini mampu membangkitkan kembali semangat dan motivasi untuk melanjutkan pemikiran penyair Chairil Anwar.

“Kita harus melanjutkan semangat dan pemikirannya, demi perkembangan dunia sastra,” jelas Mukni’ah.

I Nyoman Darma Putra, sebagai pembicara pertama, menjelaskan bahwa puisi-puisi Chairil Anwar yang menonjol bukan sekadar menunda kekalahan, melainkan juga menanti pemaknaan. Dikatakannya dengan mengutip bagian dari puisi Kerawang Bekasi, bahwa “Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata/Kaulah sekarang yang berkata”.

Artinya, karya-karya Chairil perlu dilakukan pemaknaan sesuai dinamika zaman. “Kitalah yang diberi tugas oleh Chairil Anwar untuk memaknai puisi-puisi penyair Binatang Jalang tersebut,” kata Darma, yang kini menjadi Koordinator Prodi S-3 Kajian Budaya, UNUD.

Darma juga mengungkapkan bahwa banyak potensi dan peluang untuk pemaknaan terhadap puisi-puisi Chairil. Kajian yang dapat dikembangkan di antaranya dekonstruksi, poskolonial, dan feminisme atau kajian gender.

Dijelaskannya bahwa puisi-puisi Chairil Anwar bukanlah merupakan masa lampau, tetapi merupakan masa depan. “Chairil Anwar memang sudah lama pergi, tetapi dia terus menjadi bagian dari masa kini kita. Bahkan masa depan. Termasuk bagian dari kehidupan bangsa dan dinamika pengetahuan,” kata Darma.

Isnadi, sebagai pembicara kedua, memaparkan bahwa puisi-puisi Chairil Anwar menekankan puisi sebagai teks, bukan sebagai pertunjukan. Hal tersebut berimplikasi pada pemunculan potensi kebahasaan. Menurutnya, puisi-puisi Chairil tidak muncul unsur dramatisasi dan aspek musikalnya. Di sisi lain, potret Chairil dari berbagai cover buku dan penerbitan lain, cenderung tidak berubah. Hal tersebut mengidentifikasikan bahwa Chairil menuliskan puisinya sebagai upaya pencarian dan penyelidikan diri. “Dunia yang paling akrab adalah pikiran dan asap rokoknya,” kata Isnadi

Isnadi juga menjelaskan bahwa dalam perkembangan puisi Indonesia, nama Chairil dan puisi-puisi Chairil masih memberi inspirasi bagi penulisan puisi hingga sekarang. Dijelaskannya bahwa puisi-puisi Chairil pada masa akhir kepenyairannya lebih menekankan pada intensi kesadaran, bukan intensi bunyi-bunyi yang melenakan.

Kegagalan yang sering muncul dari pembaca, menurut Isnadi, adalah menjembatani antara puisi Chairil sebagai teks dan sebagai pertunjukan. “Pertemuan dan diskusi semacam ini diharapkan mampu membuka peluang untuk menemukan upaya menjembatani antara sisi dunia teks dan dunia pertunjukan pada karya-karya Chairil Anwar,” kata Isnadi

Acara NGONTRAS#9 dihadiri sekitar 300 peserta, berdiskusi interaktif hingga acara berakhir. Sesi penutupan dilakukan oleh pewara dengan pantun: Jika Chairil Anwar adalah Binatang Jalang, Kerawang Bekasi tetap terukir dalam sejarah. Terima kasih atas diskusi yang panjang, membuat pemikiran kita semakin terarah.

beras