Bicarakan Penelitian Bahasa dan Sastra, FIB UGM Adakan Ceramah Pakar
Berita Baru, Yogyakarta – Departemen Bahasa dan Sastra FIB UGM Gelar Ceramah Pakar: Bidang Linguistik Bertema “Menghilirkan Penelitian-PKM Bidang Bahasa dan Sastra bagi Masyarakat serta Menguatkan Jejaring”, pada Kamis, (03/11).
Mendatangkan dua narasumber, yakni Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum (Universitas Negeri Jakarta) dan Dr. Sastri Sunarti Sweeney, M.Hum (Badan Riset dan Inovasi Nasional) webinar dimoderatori Dr. Djarot Heru Santosa, M.Hum (Universitas Gadjah Mada).
Acara dibuka oleh Dr. Sudibyo, M.Hum., Ketua Departemen Bahasa dan Sastra Indonesia, FIB Universitas Gadjah Mada.
Dalam sambutannya, Sudibyo menyampaikan bahwa kegiatan ini merespons keluhan mengenai kemungkinan hilirisasi serta riset dan pengabdian kompetitif dalam bidang kebahasaan dan kesastraan.
“Pada kesempatan ini kami menghadirkan peneliti dari BRIN, Dr. Sastri Sunarti Sweeney, M.Hum. dan peneliti senior dari UNJ, Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum. yang berpengalaman mendapatkan hibah penelitian dan melaksanakan penelitian secara kolaboratif,” ujar Sudibyo.
Pembicara pertama, Novi memaparkan materi dengan judul Kiat-kiat Mengembangkan “Desain Penelitian PKM: Hilirisasi Riset Sastra dan Budaya yang Bernilai Kompetitif”.
Ia menjelaskan bahwa desain penelitian merupakan perencanaan penelitian mulai dari tahap persiapan sampai pelaporan. Secara umum penelitian memerlukan kejelasan masalah, kejelasan konsep/teori, kejelasan metode, kejelasan data, ketajaman analisis, dan kualitas luaran.
“Kiat sebagai cara yang bersifat personal terbangun melalui perjalanan panjang yang terasah melalui pengalaman dalam melakukan serangkaian kegiatan penelitian. Soliditas tim peneliti, kualitas relasi dengan birokrat, pemuka masyarakat, pelaku seni, dan mitra penelitian menjadi bagian dari penentu kualitas hasil penelitian,” jelasnya.
Lebih lanjut, Novi mengatakan bahwa desain penelitian yang lentur dan terbuka membuka peluang cepat beradaptasi dengan kondisi konkret di lapangan serta mendapatkan data-data baru untuk mendukung dan menguatkan hasil penelitian.
“Optimalisasi riset mulai dari perencanaan sampai hilirisasinya memerlukan kerja kolaboratif lintas bidang untuk menghasilkan inovasi yang komprehensif dan implementatif. Hiliriasi berpotensi dikaitkan dengan peningkatkan kualitas pembelajaran dan peningkatan kualitas hidup masyarakat,” ujarnya.
Novi yang memiliki jejaring kerja sama lintas bidang dan lintas wilayah saat ini melaksanakan kegiatan penelitian dan pengabdian pada masyarakat di tiga wilayah, yaitu Banyuwangi, Karawang, dan Cianjur.
Samsudin Adlawi, direktur Radar Banyuwangi yang diminta berbicara oleh Novi menyampaikan dinamika budaya khususnya cerita rakyat di Banyuwangi.
“Banyuwangi yang memiliki DNA seni tinggi menunjukkan bahwa sastra lokal tumbuh dan berkembang lebih kuat dibandingkan dengan sastra modern,” jelasnya.
Fenomena tersebut menjadikannya tertarik untuk menulis sastra modern berbasis kelokalan, seperti buku antologi puisinya berjudul Rahim Suci Bunda Sri Tanjung.
Pengalaman lain disampaikan Dr. Arif Firmansyah, M.Pd. yang meneliti carita pantun sebagai puisi tertua Sunda.
“Pembaca carita pantun saat ini tinggal tiga orang,” ujar Arif. Oleh karena itu, ia berterima kasih kepada Prof. Novi karena telah memiliki alternatif dan menjadikan carita pantun sebagai fokus kegiatan pengabdian si Cianjur dan mendapat pendanaan dari DRTPM.
Sementara itu, Librilianti Kurnia Yuki yang memfokuskan penelitian disertasinya pada tiga pilar budaya Cianjur, yaitu Ngaos, Mamaos, dan Maenpo menyampaikan pengalaman lika-likunya mengawali penelitian di Cianjur.
“Ketika akan meneliti dimintai KTP, tujuan, instrumen wawancara dan semua telah dilalui,” jelas Librilianti.
Buahnya, ia bangga karena pada saat menyelenggarakan launching bukunya dihadiri oleh Bupati, Sekda, dan para birokrat serta budayawan dan tokoh masyarakat Cianjur.
Sementara itu, pembicara kedua, Sastri menjelaskan terkait pendanaan dan fasilitasi riset yang disediakan BRIN.
Sastri menerangkan mulai dari jenis pendanaan, skema dan kelompok riset, sampai program unggulan terbaru yang disediakan BRIN.
“Saat ini BRIN memiliki skema penelitian yang beragam dan dapat diakses oleh masyarakat,” ujar Sastri. Dilanjutkannya bahwa masyarakat termasuk kalangan akademisi dapat mengakses dan memilih skema yang sesuai dan diminati.
Penelitian semakin komprehensif dan solutif dalam memecahkan masalah bila dilakukan secara lintas bidang atau secara interdisipliner. Oleh karena itu, ke depan penelitian perlu dilakukan secara lintas bidang, lintas wilayah, dan lintas lembaga.
Khusus dalam bidang pernaskahan dikatakan “Intinya kerja penilitian pernaskahan harus mengarah pada pada literatur, manuskrip dan tradisi lisan,” ujarnya.
Selesai paparan dilanjutkan dengan diskusi yang unik karena semua pertanyaan disampaikan melalui kolom chat. Semoga hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat sudah lebih kuat tradisi tulisnya.
Ihwal prospek perkembangan seni di Banyuwangi, Karawang, dan Cianjur direspons Novi bahwa pemerintah di ketiga wilayah menaruh perhatian terhadap seni dan budaya lokal masing-masing.
Banyuwangi memiliki gandrung dan disosialisasikan melalui fesyen berkelas dunia. Karawang memiliki goyang 3G, yaitu geyol, giteuk, dan geber yang merepresentasikan dinamika dan semangat masyarakat dalam mengembangkan wilayah Kabupaten Karawang.
Cianjur memiliki kisah sejarah yang diekspresikan melalui pawai “Kuda Kosong” sebagai representasi dimensi kesejarahan masyarakat Cianjur dalam berdiplomasi dengan kerajaan besar Mataram dan penghormatan terhadap pemimpin.
Banyuwangi yang mulai lebih dulu tentu sudah banyak yang dilakukan. Sedangkan Karawang dan Cianjur dengan kekayaan budaya serta keunikan wilayahnya masih terbuka untuk dikembangkan oleh pemerintah dan masyarakat serta menanti uluran pemikiran para akademisi.
Sampai akhir acara, jumlah yang hadir di ruang zoom meeting sekitar 125 peserta.