Cegah Ekstremisme, Ponpes Bahrul Ulum Ribath Al-Maliki 1 Gelar Sosialisasi Anti Radikalisme
Berita Baru, Malang – Adanya pandemi COVID-19 menjadikan seluruh aktivitas kehidupan yang semula bertatap muka menjadi virtual terbatas. Tak terkecuali dunia pendidikan di pesantren.
Hal ini menjadikan seluruh individu mengakses informasi melalui internet. Seiring polarisasi virtual yang kian menjadi rutinitas, mengakibatkan setiap individu menghabiskan waktunya berselancar di sosial media.
Faktor tersebut yang dijadikan oleh beberapa oknum untuk menyebarkan informasi negatif seperti penyebaran ekstremisme melalui dunia maya.
Fenomena itu yang kemudian menjadi titik perhatian Dr. Moch. Fauzie said, M.Si selaku dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Brawijaya Malang.
Fauzie kemudian bekerja sama dengan Pembina Pondok Pesantren Bahrul Ulum Ribath Al-Maliki 1 Tambakberas Jombang-Jawa Timur untuk melaksanakan Pengabdian Kepada Masyarakat.
Dalam pengabdiannya, Fauzie mengadakan Sosialisasi tentang Bahaya Penyebaran Radikalisme dan Terorisme Melalui Internet selama Covid-19, pada Minggu (24/07/2022).
Sosialisasi yang dibuka langsung oleh Pimpinan Ponpes KH. Fadlulloh Malik, M.HI berlangsung menarik, pasalnya diikuti oleh banyak peserta diantaranya, santri yang juga siswa MAN 3 Jombang, Madrasah Mu’alimin dan juga Madrasah Aliyah Unggulan K.H. Abd. Wahab Hasbulloh (MAUWH) Bahrul Ulum Tambak beras Jombang.
Dalam pembukaannya, Gus Fad menyampaikan bahwa sudah saatnya pondok pesantren melaksanakan kegiatan ilmiah sebagai bekal para santri, mengingat banyak sekali alumninya yang telah berhasil dan menjadi orang sukses.
“Saya sangat berterima kasih kepada Mas Fauzie, karena beliau berkenan menggelar sosialisasi dan bersilaturahmi di ponpes kita,” ungkap Gus Fad, sapaan akrab Pimpinan Ponpes.
Fauzie dalam sambutannya menerangkan bahwa santri menjadi sasaran empik bagi oknum penyebar radikalisme. Miskinnya pengetahuan tentang agama menjadi faktor mudahnya seseorang bisa terpengaruh oleh paham tersebut.
Ia juga mengingatkan, betapa rentannnya santri menjadi sasaran para oknum penganut radikalisme ini. Sehingga pondok pesantren perlu meningkatkan kedisiplinan dan memberi bekal kepada santri, terutama ketika mereka mulai mengenal internet.
Dalam paparannya Fauzie menegaskan, seorang santri harus memperhatikan prinsip dasar agar terbebas dari radikalisme.
Mengutip dari apa yang pernah disampaikan oleh Rais Aam PBNU (1979-1984) KH. Ali Maksum yaitu:
(1) Paham betul dan yakin terhadap NU serta ajarannya;
(2). Percaya secara sungguh-sungguh ajaran NU untuk diikutinya;
(3). Segala perbuatan dan aktivitasnya berbasis pada nilai-nilai yg diajarkan oleh para ulama NU;
(4). Berjuang di jalan NU;
(5). Sabar dan tetep konsisten berjuang di jalan NU walaupun disaat situasi dan kondisi yang serba sulit, tidak menguntungkan baik secara politik, ekonomi dan sosial.
Terakhir Fauzie berpesan kepada para santri untuk memegang pakem yang menjadi ejaan dari kata santri.
“Pertama huruf “sin” yaitu salik ilal akhirot, artinya seorang santri itu berjalan menuju akhirat. Kedua “nun” santri itu na’ibun anil ulama atau penerus ulama. Ketiga “ta’”santri itu yaitu taarikul ma’ashi (meninggalkan maksiat), Keempat “ro”, yaitu roghibun fil khoirot artinya senang terhadap hal-hal yang positif, kebaikan. Terakhir huruf “ya’”, yarjus assalama fidunya wal akhiro, berharap selamat di dunia dan akhirat,” tutupnya.