Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

FBS UNESA Gelar Kuliah Umum dan Orientasi Akademik Mahasiswa Baru S2 dan S3

FBS UNESA Gelar Kuliah Umum dan Orientasi Akademik Mahasiswa Baru S2 dan S3



Berita Baru, Surabaya – Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Surabaya usai gelar Kuliah Umum dan Orientasi Akademik Mahasiswa Baru S2 dan S3 pada Kamis, (29/08). Acara diselenggarakan secara hibrid, di Kampus 2 UNESA dan Zoom Meeting.

Dekan FBS, Syafi’ul Anam, Ph.D., dalam sambutannya mengatakan bahwa FBS UNESA mendorong para mahasiswa baru untuk menjadi peneliti yang mandiri. “Independen dalam belajar, independen dalam menjadi peneliti,” tuturnya.

Syafi’ul menegaskan bahwa pihak pengajar, promotor, kopromotor, dan supervisor sangat berkontribusi dalam mendampingi mahasiswa baru untuk menyelesaikan studi tepat waktu, termasuk publikasi jurnal ilmiah.

“Kami mendorong mahasiswa baru S2 dan S3 dapat berkontribusi dalam memublikasikan jurnal ilmiah. Jika orang lain bisa, kita juga bisa. Kami, FBS UNESA, akan berupaya untuk mewujudkan impian dan cita-cita para mahasiswa baru,” harap Syaiful.

Acara dilanjutkan dengan pembacaan SK penetapan mahasiswa baru Magister dan Doktor FBS tahun 2024–2025. Wakil Dekan 1, Didik Nurhadi, Ph.D., mengumumkan ada 38 mahasiswa baru di tingkat S2 dan 57 mahasiswa baru di tingkat S3.

Acara berlanjut ke agenda inti, yakni kuliah umum oleh Kaprodi S2 Linguistik Terapan Universitas Negeri Jakarta, Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum.

FBS UNESA Gelar Kuliah Umum dan Orientasi Akademik Mahasiswa Baru S2 dan S3

Dimoderatori oleh, Dr. Welly Suryandoko, M.Pd., Novi membawakan materi berjudul “Desain Penelitian Sastra dan Budaya dalam Konteks Keindonesiaan”.

Novi memaparkan bahwa Kerangka kerja sistematis yang digunakan untuk melaksanakan penelitian ilmiah. Pola desain penelitian dalam setiap disiplin ilmu memiliki kekhasan tersendiri.

“Ciri-ciri penelitian ilmiah adalah sistematis, penelitian dilakukan secara sistemik, terencana. Terkontrol, setiap aktivitas yang dilakukan, baik proses pelaksanaan kegiatan maupun hasil, dan luaran yang dicapai dapat terkontrol. Empirik, sesuai dengan realita/kenyataan bukan yang ada dalam pikiran peneliti. Kritis, terhadap proposisi atas kajian bangunan teoretis sebelumnya,” jelasnya.

Novi menambahkan, secara leksikal keindonesiaan berarti ‘hal atau keadaan Indonesia’, beragam cara pandang dan perspektif mengenai Indonesia. Dalam forum ini dibahas “Sastra dan Budaya dalam Konteks Keindonesiaan”.

“Sastra merepresentasikan kehidupan dan lingkungan alam, sosial, dan budaya masyarakat. Oleh karena itu, pengembangan riset berpeluang sebagai basis pengembangan potensi alam, sosial, dan budaya masyarakat pendukungnya. Konflik, romantisme, dan keberagaman fenomena keindonesiaan yang diangkat dalam sastra memberikan ruang alternatif solusi mengatasi beragam permasalahan yang terjadi di masyarakat,” ujar Novi.

FBS UNESA Gelar Kuliah Umum dan Orientasi Akademik Mahasiswa Baru S2 dan S3

Lebih lanjut, Novi menjelaskan fenomena ke-Indonesia-an berpotensi disosialisasikan dan dipromosikan melalui kegiatan budaya dengan publikasi yang dapat diakses oleh masyarakat internasional. Secara khusus, Banyuwangi mendesain dengan menyatukan kegiatan budaya dalam satu wadah Calender Banyuwangi Festival.

“Sejak tahun 2012, potensi lokal mulai dari produk agraris, maritim, ritual, seni tradisi, keagamaan, destinasi wisata, dan sosial kemasyarakatan diakomodasi sebagai tema BEC 2024 ‘Ndaru Deso’,” pungkas Guru Besar Universitas Negeri Jakarta tersebut.

Secara akumulatif, hasil riset disatukan dengan hasil riset para kolega penulis dan peneliti dari Aceh sampai Papua dalam empat buku “Tetra Kritika Sastra”, yaitu Sastra Pariwisata (2020), Sastra Rempah (2021), Sastra Maritim (2022), dan Sastra Horor (2024).

Ajakan lainnya yang disampaikan adalah bahwa hasil riset supaya berkontribusi untuk peningkatan produktivitas dan kesejahteraan masyarakat pendukungnya, seperti dalam bentuk teknologi tepat guna, rekayasa dampak sosial, dan naskah kebijakan publik yang disampaikan kepada pemerintah lokal.

Acara dilanjutkan dengan diskusi interaktif antara audience dan narasumber. Pertanyaan kritis disampaikan oleh para mahasiswa baru dan direspons dengan baik oleh narasumber. Kuliah umum diikuti sekitar 115 peserta yang tergabung via Zoom Meeting.

beras