Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Gandeng Komunitas Sastra Atelir Ceremai, HISKI Gelar Workshop Penulisan Kreatif Puisi dan Cerpen Berbasis Kelokalan

Gandeng Komunitas Sastra Atelir Ceremai, HISKI Gelar Workshop Penulisan Kreatif Puisi dan Cerpen Berbasis Kelokalan



Berita Baru, Jakarta – Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI) usai gelar workshop penulisan kreatif sastra berbasis kelokalan untuk komunitas sastra. Acara yang berlangsung di Ruang Serba Iya, Atelir Ceremai, Jakarta pada Kamis (08/08/2024) ini difasilitasi oleh Bantuan Pemerintah melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

Kegiatan yang berlangsung secara hibrid ini dapat diikuti melalui link zoom dan link youtube HISKI.

Kegiatan tersebut mengangkat tema “Workshop Penulisan Kreatif Puisi dan Fiksi (Cerpen) Berbasis Kelokalan”, dengan menghadirkan dua narasumber, Hamzah Muhammad dan Dr. Syaiful Amri, M.M. Bertindak sebagai moderator, Dr. Irsyad Ridho, M.Hum. (Pendiri Komunitas Sastra Atelir Ceremai).

Acara diawali dengan sambutan oleh Ketua Umum HISKI, Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum.

Novi mengatakan bahwa fenomena yang terjadi di kota Jakarta perlu terus dicatat, diwariskan, dan digunakan sebagai basis pengembangan kebijakan pemerintah lokal agar menyentuh permasalahan yang dihidupi oleh masyarakat pendukungnya

“Karya sastra, puisi dan cerpen berpotensi mengemban peran tersebut. Bang Amri dengan karyanya Betawi Ngontrak menjadi bukti konkret bagaimana urbanisasi yang menjadikan Jakarta tidak ramah terhadap masyarakat lokal yang termarjinalkan,” jelas Novi.

Selain itu, lanjut Novi, penyair Hamzah Muhammad juga telah menulis Hompimpa Alaium Gambreng. Judul antologi puisi terebut merupakan ungkapan dalam permainan anak yang harus hidup bersanding dengan teknologi digital dengan semua alternatif berada di sepuluh jari tangan.

Target workshop ini, disampaikan oleh Anoegrajekti, “Hasil karya kita bersama ini akan menjadi dokumen abadi serta berpeluang untuk terus diwariskan dan dikembangkan secara lintas generasi. Hasil karya berupa puisi dan cerpen bersama dari komunitas sastra Banyuwangi dan Yogyakarta akan diterbitkan di penerbit Kanisius dan masing-masing akan mendapatkan satu eksemplar,” jelas Novi.

Gandeng Komunitas Sastra Atelir Ceremai, HISKI Gelar Workshop Penulisan Kreatif Puisi dan Cerpen Berbasis Kelokalan

Sebelum memoderatori, Irsyad memberikan pengantar dengan mengatakan, semenjak ide perpindahan Ibukota diwacanakan, isu kelokalan sudah menjadi kompleks, batas-batas antara lokal, nasional, dan global sudah campur aduk.

“Sehingga nanti, teman-teman mulai memikirkan kelokalan tidak dalam kerangka yang lama. Orang dulu menganggap Jakarta tidak lokal, melainkan nasional. Sehingga ada yang disebut sebagai daerah. Sementara itu, kelokalan diidentikkan dengan daerah,” terang Irsyad.

Oleh sebab itu, lanjut Irsyad, dalam workshop ini akan direnungkan kembali term kelokalan.

“Kita akan berbagi pengalaman kelokalan masing-masing. Lokal tidak dilihat lagi sebagai sesuatu yang sempit,” ujarnya.

Narasumber pertama, Dr. Syaiful Amri, M.M. Membawakan materi berjudul “Menulis Sastra Betawi: Menjelajahi Makna Sejarah, Karakteristik, Tantangan dan Dampaknya terhadap Identitas Jakarta”.

Syaiful menjelaskan bahwa bahasa Betawi terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu Betawi pinggir (udik), Betawi tengah (kota), dan Betawi pesisir.

“Bahasa Betawi adalah bahasa yang diucapkan orang Betawi atau Jakarta yang lahir dan dibesarkan di/atau sekitar Jakarta. Bahasannya secara unik dipengaruhi oleh bahasa Melayu, Jawa, Cina, dan Belanda,” tuturnya.

Selain menerangkan berbagai perkembangan bahasa Betawi, Syaiful juga memetakan beberapa tantangan bahasa lokal seperti maraknya penggunaan bahasa asing, peran pemerintah, dan buku cerita/novel berbahasa Betawi.

“Namun di setiap tantangan ada peluang. Menggunakan platform digital untuk memperluas audiens, memasukkannya ke dalam kurikulum pembelajaran, mengadakan acara literasi dan berkolaborasi dengan berbagai instansi,” pungkas Syaiful.

Gandeng Komunitas Sastra Atelir Ceremai, HISKI Gelar Workshop Penulisan Kreatif Puisi dan Cerpen Berbasis Kelokalan

Narasumber kedua, Hamzah Muhammad. Hamzah mengawali presentasinya dengan sebuah kredo. Menulis puisi seperti mengalami hidup sehari-hari. Hamzah mengatakan bahwa untuk menulis puisi, penyair pemula harus memosisikan dirinya sebagai amatir.

“Tidak usah khawatir atau terlalu hati-hati. Seorang amatir selalu belajar, tulis dengan keterbatasanmu yang tidak mau jadi orang lain. Tidak ada puisi yang disukai semua orang,” tegas Hamzah.

Hamzah menambahkan, bahwa puisi bertolak dari impuls, ia mengandalkan spontanitas. Urusan kontemplasi terhadap bahasa dapat dilakukan sembari berjalan.

“Menulis ibarat menuang air dari gelas, dapat diisi ulang dengan bacaan dan lingkungan. Bertemanlah sebanyak mungkin. Tidak ada yang menarik dari menulis puisi selain menguatkan hidup sehari-hari,” pungkas Hamzah.

Selepas istirahat, acara dilanjutkan dengan pendampingan penulisan kreatif sastra puisi dan fiksi oleh narasumber.

Workshop diselenggarakan secara hibrid. Kegiatan luring berlangsung di Ruang Serba Iya, Komunitas Atelir Cermai, sedangkan yang mengikuti secara daring disediakan link zoom dan diikuti oleh 165 partisipan yang tetap bertahan hingga acara selesai

Gandeng Komunitas Sastra Atelir Ceremai, HISKI Gelar Workshop Penulisan Kreatif Puisi dan Cerpen Berbasis Kelokalan.

beras