HISKI dan Tribun Network Kembali Gelar Diskusi Sastra Rempah
Berita Baru Jatim, Surabaya — Tribun Network bekerja sama dengan penulis buku Sastra Rempah dan HISKI kembali gelar diskusi Sastra Rempah pada Rabu, (24/11).
Dimoderatori oleh Endah Imawati dari Tribun Network, diskusi Sastra Rempah seri ke-15 ini menghadirkan 3 narasumber, yaitu: 1. Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum. (Universitas Negeri Jakarta), 2. Prof. Dr. Setya Yuwana Sudikan, M.A. (Universitas Negeri Surabaya), dan 3. Prof. Dr. Djoko Saryono, M.P.d. (Universitas Negeri Malang).
Pembicara pertama, Novi Anoegrajekti memaparkan materi tentang “Sastra Rempah: Mitos Maskulin dalam Festival Kopi Banyuwangi”.
Novi mengawali presentasinya dengan menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkonstribusi mewujudkan buku Sastra Rempah. Ia menyebut beberapa nama, seperti Dirjen Kebudayaan RI, Ketua Umum HISKI, Penulis Prolog dan Epilog, semua kontributor naskan, Penerbit Kanisius, serta Tribun Network yang telah memberi ruang untuk publikasi online hingga 15 kali tayang.
Selanjutnya, ia menjelaskan terminologi maskulinitas dan femininitas. Serta bagaimana pandangan sosial tentang kopi pada masyarakat Using. Baik simbol-simbol dan representasinya.
“Pada masyarakat Using, maskulinitas direpresentasikan dengan budaya minum kopi. Kalau kita di Kemiran, para laki-laki pasti disuguhi kopi, sementara perempuan akan diberi pilihan kopi atau teh,” tutur koordinator penulis dan editor buku Sastra Rempah tersebut.
Fenomena Rempah yang terbentang selama 15 hari dan mencakup wilayah dari Aceh sampai Papua menunjukkan kekayaan rempah Nusantara.
“Rempah membuka kesempatan pada bidang lain untuk bersama membuat proyek jangka panjang, seperti regulasi tentang rempah di Papua, kerja sama antarorganisasi profesi, seperti ATL, Ikadbudi, dan industri farmasi” ujar Novi.
Ia ingin agar kekayaan dan budaya rempah Nusantara meningkatkan kesejahteraan masyarakat pendukungnya, melalui inovasi produk dan hilirisasi riset yang diimplementasikan oleh masyarakat.
“Produser kopi Banyuwangi terus berkreasi dan berinovasi agar kopi memiliki khasiat. Kopi diupayakan memberikan rasa nikmat di lidah serta menjadikan tubuh kuat dan sehat”, demikian penjelasan Novi.
Pembicara kedua, Setya Yuwana Sudikan dari Unesa, memaparkan materi tentang “Politik Rasa Lidah: Kelisanan dalam Kuliner Rempah Khas Suroboyoan”
Ia menuturkan bahwa masyarakat Surabaya adalah orang-orang kreatif dalam mengolah kuliner yang kaya akan rempah.
“Rawon Setan, Pecel Semanggi, Lontong Balap adalah sebagian kecil contoh kekayaan rempah khas Suroboyoan. Tempe Penyet adalah produk dari krisis moneter, ketika orang-orang Surabaya pada waktu itu hanya mampu membeli lauk tempe. Maka, orang Surabaya mengolahnya dengan kreatif. Nasi Bebek yang sampai sekarang dijual di mana-mana itu juga berasal dari Surabaya,” tuturnya.
Yuwana yang gigih mengembangkan etnosains, terus mendukung beragam riset dan kegiatan ilmiah yang mengembangkan khasanah pengetahuan tradisional yang dihidupi oleh beragam etnis di Indonesia.
Pembicara ketiga, Djoko Saryono, menjelaskan materinya yang berjudul “Sihir Rempah”
Ia menjelaskan bahwa kedokteran modern bisa diimbangi dengan kekayaan tradisional seperti doa-doa.
“Buku Sastra Rempah merupakan kesuksesan dalam meracik kekayaan rempah yang terbentang dari Aceh sampai Papua. Meskipun sebenarnya fenomena yang diungkap dalam buku ini memiliki cakupan wilayah yang lebih luas, yaitu Asia, Afrika, dan Eropa” ujarnya.
Buku Sastra Rempah ini merepresentasikan kepiawaian konduktor yang memadukan berbagai ide yang dibawa oleh para penulis di wilayah masing-masing dengan idenya masing-masing dalam satu tema besar yang kemudian dibedakan menjadi empat bagian, rempah dalam sastra modern, tradidi lisan, mitos, manuskrip, budaya populer, dan sastra perjalanan.
Sejalan dengan yang disampaikan Novi, “ke depan keberhasilan menghimpun ide universal ini perlu diikuti hadirnya buku-buku dengan tema-tema yang dirancang secara lebih spesifik dan detail yang ditampakkan melalui pembagian bab-bab yang mendukung satu tema yang utuh” ujar Djoko.