Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Kebijakan Ramah Pemodal, Lingkungan Terancam

Kebijakan Ramah Pemodal, Lingkungan Terancam



Berita Baru Jatim, Batu – Saban tahun di tanggal 21 November, setiap pegiat lingkungan dan kelestarian alam selalu memperingati Hari Pohon Sedunia. Begitupun Aliansi Selamatkan Malang Raya. Mereka menggelar aksi tanam pohon dan diskusi di Sumber Kasinan, Minggu (21/11/21).

Aliansi ini terdiri dari WALHI Jawa Timur KLH 12 Reg Malang dan SPD, jaringan muda alumni Sekolah Ekologi WALHI Jatim yang tergabung dalam Sindikat Aksata, serta organisasi jaringan seperti MCW Malang, GEBRAK (Gerakan Bersama Masyarakat Kasinan), Nawakalam, Bulukerto bersama kaum muda dari UIN Malang dan Universitas Brawijaya dengan didukung oleh Intrans Publishing, Komunitas Kalimetro, Terakota.id dan lain-lain.

Kegiatan ini diikuti oleh 60 orang, dengan jumlah bibit kurang lebih 400 pohon yang dikumpulkan secara swadaya. Pohon yang ditanam mayoritas tanaman buah, seperti alpukat, nangka, dondong, durian dan beberapa berupa tanaman keras. Tujuan dari aksi ini sendiri, selain untuk memperingati hari pohon sebagai respons atas kondisi lingkungan yang semakin kritis, serta sebagai bentuk langkah kecil melawan perubahan iklim, lebih khusus lagi sebagai bentuk upaya merevitalisasi Sumber Kasinan.

Perlu diketahui bencana tempo hari di Kota Batu menjadi pelajaran bagi masyarakat, terutama untuk meningkatkan kepedulian mereka terhadap kawasan hutan. Apalagi Kota Batu merupakan wilayah hulu yang rentan bencana, seperti banjir bandang dan longsor, seperti yang terjadi tempo hari di wilayah Kecamatan Bumiaji, tepatnya Desa Bulukerto dan sekitarnya.

Terancamnya Mata Air di Kota Batu

Sumber Kasinan berada di Desa Pesanggrahan, Kecamatan Batu, secara spesifik berada di area hutan lindung yang menjadi wilayah kelola Perhutani. Wilayah ini sempat akan dialihfungsikan menjadi wisata buatan yang dalam pembangunannya berdampak pada menurun drastisnya Sumber Kasinan.

Kegiatan itu mendapatkan penolakan warga, terutama para petani yang menjadi pihak paling terdampak. Melalui perjuangan panjang akhirnya izin wisata dicabut, lalu Sumber Kasinan sementara berhasil diselamatkan.

Dewo, salah seorang warga menuturkan, penolakan itu terjadi karena area Kasinan memiliki sumber mata air yang vital dan berbeda dengan sumber lainnya seperti Gemulo di wilayah Bulukerto dan Punten, Bumiaji.

“Sumber di sini bukan kayak umbulan yg dalam, tapi sumber permukaan. Lalu ada wisata, terus pemotongan pohon, pembangunan, lalu air mulai menueun debitnya. Kesepakatan awal wisata alam, tetapi ternyata ada penyelewengan, ternyata ada penebangan pohon, lalu ada pembangunan wisata buatan,” tutur Dewo.

Terdapat beberapa titik sumber mata air di area Kasinan yang tersebar ke setiap penjuru hutan lindung. Sumber-sumber tersebut sempat hampir mati karena pembangunan wisata buatan. “Sumber yang di dekat posisi tanam, sekitar 200 meter sumber itu mau dibuat semacam hall,” jelasnya. Dewo mengaku, saat hall itu dibangun, sumber embek (permukaan) mengering. Efeknya tandon debitnya berkurang.

Tak hanya itu, dampak pengrusakan juga berimbas lada sektor pertanian. “Sumber mati mengancam pertanian, karena sumbernya cuma satu. Sehingga orang-orang bergerak menyelamatkan alas kasinan,”tegas Dewo.

Dalam upaya menyelamatkan Sumber Kasinan, warg telah menempuh pelbagai cara. Baik mendesak pemerintah desa hingga pemerintah kota. “Tetapi tidak jelas hasilnya.” Melihat mandegnya desakan tersebut, warga terus bergerak. Menghimpun usaha yang lebih besar. Menambah jaringan dan masyarakat yang resah.

Gayung bersambut, beberapa kali aksi, audiensi maupun hearing Sumber Kasinan dilindungi dari alih fungsi kawasan. “Akhirnya dari peristiwa tersebut memberikan pelajaran, yakni harus menjaga mata air dengan menyelamatkan hutan. Artinya alihfungsi bisa membuat mata air terancam,” kata Dewo.

Ancaman hilangnya mata air di Kota Batu tidak hanya di Sumber Kasinan. Sumber mata air lainnya pun terancam. Sumber Gemulo, Banguning, hingga di sekitar Oro-Oro Ombo dan Sumberejo. Sumber-sumber itu adalah tumpuan bagi wilayah Malang Raya. Kota Batu merupakan wilayah hulu dari DAS Brantas yang kaya akan sumber air.

Indra salah satu fungsionaris WALHI Jatim, mengatakan bahwa salah satu ancaman terbaru terkait potensi kerusakan dan alih fungsi hutan yakni adanya wacana kereta gantung yang melewati Kasinan. Di samping itu pembangunan aneka hotel dan rest area yang menjasi ancaman bagi Sumber Gemulo dan Sumber Banyuning. “Kalau wilayah Kota Batu rusak ya malang terimbas,” katanya.

Wacana pembangunan kereta gantung demi memanjakan wisatawan dengan spot-spot cantik, bagi Indra, justru mengancam Hutan Kasinan dan beberapa sumber mata air. Kondisi ini diperparah dengan proyeksi geothermal yang menyebut wilayah kasinan dalam rencana pengembangan blok Sanggoriti. “Sementara di wilayah lain yakni geothermal Arujono-Welirang. Jadi sebenarnya siapa yang diuntungkan dengan pembangunan ini,” jelas Indra.

RANPERDA RTRW Kota Batu Bermasalah

Segendang-sepenabuhan dengan Indra, Atha Nursasi Koordinator MCW menyebutkan ada pelanggaran ruang pelik di Kota Batu. Berdasarkan data MCW, di Kota Batu pada tahun 2020 ada 76 bangunan yang tidak berizin di sektor jasa dan wisata. Alih fungsi menjadi ancaman yang serius bagi masa depan kawasan esensial mata air.

Ia menilai kebijakan hari-hari ini hanya berfokus pada investasi saja. “RANPERDA tata ruang berbahaya karena akan berpotensi mengubah kawasan hutan untuk kebutuhan investasi,” ungkapnya. PERDA ini, ia menegaskan, menjadi ancaman bagi kawasan hutan dan mata air. Karena membuka peluang pada investasi ekonomi secara masif dan lebih luas demi target capaian investasi.

“Pendauran ulang bencana akan ada di kota batu, jika PERDA RTRW Baru ini disahkan. Kita hanya punya waktu satu sampai dua bulan sebelum Perda dikembalikan ke Pemkot. Maka kita harus mengawal bahwa RANPERA harus direvisi dengan menekankan perlindungan kawasan hutan, mata air dan wilayah resapan,” tegasnya. Ia mendedahkan, Perda RTRW yang ada sudah cukup bagus. “Itu saja masih dilanggar. Apalagi Perda yang memfasilitasi investasi. Tentu akan lebih berbahaya.”

Aris pegiat lingkungan Nawakalam, mengatakan persoalan bencana banjir sebenarnya pernah terjadi di tahun 2004. Menurut catatan bencana, pada tahun itu wilayah Banyuning dilanda banjir bandang yang menghancurkan beberapa jembatan dan fasilitas publik.

“Secara struktur kawasan Kota Batu banyak lembah dan gunung, yang rawan bencana,” ujarnya. Menurut Aris, kondisi ini seharusnya menjadi perhatian pengambil kebijakan. Baginya, kebijakan yang ada mesti bikak dan mengedepankan keselamatan manusia. “Jangan hanya bicara PAD saja, tetapi keselamatan manusia diabaikan. Siapa yang menikmati PAD,” tegasnya.

Lebih lanjut Aris mengatakan, jika sekarang persoalan tata ruang yang kacau di Batu menjadi ancaman bagi keberlanjutan lingkungan hidup. Terutama pada poin hilangnya narasi perlindungan sempadan sumber mata air. Aris melihat dalam RANPERDA sempadan sumber mata air disebutkan bukan lagi menjadi kawasan lindung setempat.”Akhirnya ini akan menjadi ancaman bagi eksistensi mata air.”

Ia mengatakan Kota Batu merupakan daerah hulu DAS Brantas. Bagi Aris Persoalan Kota Batu ini bukan hanya urusan warga Kota Batu. “Tetapi juga Malang Raya.” Ia mewanti-wanti jika kebijakan itu diteken. “Belum ada RANPERDA ini saja Gemulo sudah dikelilingi hotel.”

beras