Melihat Segoro Topeng Kaliwungu di Lumajang: Menari Diatas Pasir Pantai Watu Pecak
Berita Baru, Lumajang – Ribuan warga Lumajang berbondong-bondong memadati kawasan Pantai Watu Pecak di Desa Selok Awar-awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Minggu (25/8/2024) sore.
Mata para pengunjung seakan tersihir dengan gerakan serempak puluhan anak-anak muda Lumajang menari di atas hamparan pasir hitam pantai tersebut.
Mereka menyajikan Tari Topeng Kaliwungu yang merupakan warisan budaya tak benda asli Kabupaten Lumajang. Kesenian itu ditampilkan bersama warisan budaya tak benda lainnya yang berasal dari Kabupaten Lumajang, yakni Jaran Kencak.
Para penari Topeng Kaliwungu yang berjumlah 75 orang itu terdiri dari siswa-siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) yang ada di Lumajang. Dilengkapi dengan satu ekor kuda hias yang lebih dikenal dengan sebutan jaran kencak.
Tahun ini, para penari mengiringi drama kolosal Legenda Argasonya yang menceritakan kisah Prabu Baladewa dan Kresna mengungsi dan sembunyi di Kademanan Widarakandang sedari kecil karena mendapat ancaman pembunuhan dari Kangsadewe.
Prabu Baladewa berguru pada Batara Brama yang menjelma menjadi seorang resi di pertapaan Argasonya saat masa pengungsiannya dan kemudian diberi dua pusaka setelah selesai berguru.
Kedua pusaka itu ialah nanggala dan alugara. Nanggala berbentuk seperti mata bajak. Sedangkan, alugara merupakan alat pemukul dengan kedua ujung yang runcing.
Nanggala memiliki kekuatan yang lebih hebat dibandingkan dengan alugara. Konon, dalam sekali tebas, nanggala dapat melelehkan gunung, membelah lautan, dan memusnahkan matahari.
Vina, salah seorang pengunjung mengaku sangat takjub dengan penampilan generasi muda Lumajang menarikan Tari Topeng Kaliwungu.
“Bagus sih, mungkin tahun depan bisa ditambah lagi personilnya karena banyakan yang tahun kemarin,” kata Vina di Pantai Watu Pecak Lumajang, Minggu.
Zuniar, salah satu penari Topeng Kaliwungu mengatakan, awalnya ia dan teman-teman penari lainnya cukup kesulitan untuk menampilkan tari kolosal dengan karakter tari Topeng Kaliwungu.
Sebab, selain ada beberapa gerakan yang diubah, lokasi tampil yang begitu luas dan bersama banyak orang juga membuat para penari perlu melakukan adaptasi.
Ditambah, tekstur pasir pantai yang membuat setiap langkah penari terasa lebih berat dan membutuhkan tenaga ekstra. Apalagi, waktu untuk latihan hanya empat minggu.
Meski demikian, Zuniar merasa senang dan bangga bisa jadi salah satu penari yang dipilih untuk menampilkan tarian khas Lumajang di depan ribuan warga.
“Latihannya empat minggu, kira-kira empat kali latihannya itu. kesulitannya tempatnya berpasir kan jadi agak berat, tapi alhamdulillah lancar,” ungkapnya.
Sementara, Penjabat (Pj) Bupati Lumajang Indah Wahyuni mengatakan, Segoro Topeng Kaliwungu adalah acara puncak dari gelaran South Beach Festival.
Sebelumnya, di Pantai Watu Pecak juga diadakan lomba layang-layang sehari sebelumnya sebagai satu rangkaian South Beach Festival.
Menurutnya, festival tari topeng sengaja ditempatkan di lokasi wisata supaya kunjungan wisata bisa meningkat serta menggerakkan ekonomi di Lumajang.
“Mengenalkan dan meningkatkan kunjungan wisatawan ke destinasi wisata yang ada di Lumajang. Dengan event seperti ini juga menggerakkan ekonimi Lumajang termasuk seniman kita juga jadi semangat,” kata Indah.