Meneladani Kisah Nabi Ibrahim AS: Idul Adha Adalah Tentang Keikhlasan dan Kepercayaan
Oleh: Cindy Shangri*
IDUL Adha merupakan Hari Raya yang diperingati oleh umat Muslim di seluruh penjuru dunia untuk mengenang kisah teladan pengorbanan Nabi Ibrahim AS atas putranya yakni Nabi Ismail AS. Kala itu, Allah SWT memerintahkan Ibrahim (melalui mimpinya) untuk menyembelih Ismail putra yang sangat ia cintai.
Kondisi tersebut menghadapkan Ibrahim di posisi yang teramat sulit, yaitu mengikuti nalurinya sebagai seorang Ayah untuk menyelamatkan putra kesayangannya atau justru harus mentaati perintah Allah SWT untuk menyembelih Ismail.
Kondisi demikian akhirnya membuat Ibrahim memantapkan diri untuk teguh pendirian menjalankan perintah Allah SWT dan Ismail pun juga siap dan ikhlas untukmenjalankan perintah Allah SWT tersebut, hingga akhirnyaturunlah firman Allah SWT: “Dan kami panggillah: WahaiIbrahim, sesungguhnya engkau telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini sebagai ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS As-Saffat: 104-107).
Dewasa ini mungkin sulit untuk diterima oleh akal, dimana Ibrahim telah menukar mimpinya dengan keimanan. Tak dapat dibayangkan seorang anak di kurbankan secara ikhlas bila tanpadidasari oleh keimanan. Salah satu pelajaran yang dapat dipetikadalah, Allah SWT tidak memerintahkan Ibrahim untuk menyembelih Ismail yang notabene adalah putra kesayangannya, hal tersebut semata-mata hanya untukmenyembelih “rasa kepemilikan” Ibrahim terhadap Ismail karena sesungguhnya semua adalah milik Allah SWT dan hanyaakan kembali kepadaNya (QS: Al Baqarah 156).
Perayaan Idul Adha merupakan sejarah peradaban manusiauntuk mengenang arti cinta dan pengorbanan. Kisah Nabi Ibrahim AS menunjukkan kepatuhan dan cinta yang luar biasa terhadap sang Pencipta. Mengajarkan kita untuk tetap menjunjung tinggi keteguhan hati dalam menjalani setiap ujian hidup, dan meyakini sepenuhnya bila setiap pengorbanantidaklah ada yang sia-sia. Justru akan memunculkan kebangkitan setelahnya.
Seperti halnya yang dituliskan oleh Jared Diamond dalam bukunya yang berjudul Collapse: Runtuhnya Peradaban-Peradaban Dunia, dimana buku yang memiliki 731 halamantersebut menceritakan tentang apa saja penyebab runtuhnya peradaban dunia, lalu bagaimana upaya masyarakat untukbangkit di kemudian hari. Salah satu kisah yang diangkat oleh Diamond adalah peternakan Huls dan Gardar yang mengalamikeruntuhan peradaban akibat beberapa sebab seperti perang, perubahan iklim dan bencana alam.
Awal mula kedua peternakan tersebut sangat berpengaruh terhadap perekonomiandi Montana, sebelah barat Amerika Serikat. Kedua pemilik peternakan tersebut tak menyangka bahwa usaha mereka yang tadinya memuncak bakal runtuh akibat keadaan yang tak bisa dihindarkan. Walau awalnya ikhlas untuk menerima kenyataan, tetapi keduanya berusaha bangkit dengan memanfaatkan sentuhan teknologi dan pengetahuan yang terus berkembang. Yakin bahwa setelah hujan pasti akan ada pelangi.
Idul Adha sebagai momentum untuk mengingatkankembali tentang arti keikhlasan dan kepercayaan. Dua hal yang sulit untuk di implementasikan secara bersamaan, namun kita sebagai manusia harus tetap berikhtiar untuk meneladani kisah Nabi Ibrahim AS tersebut. Wallahualam.