Mengenal Pegiat Literasi Anak Pustaka Gerilya dan Perilaku Altruisme
Berita Baru, Ponorogo – Pustaka Gerilya merupakan organisasi non-profit yang bergerak dibidang literasi anak-anak yang didirikan sejak 23 April 2018 di Kabupaten Ponorogo Jawa Timur. Pustaka Gerilya berangkat dari komunitas baca Mahasiswa yang tergabung di dalam komunitas Omah Shoro dengan ruang lingkup terbatas pada mahasiswa. Kemudian berubah menjadi Pustaka Gerilya dengan tujuan memperluas ruang lingkup komunitas masyarakat yang bisa bergabung atau mengakses komunitas tersebut. Komunitas ini memiliki visi besar untuk menyebarkan akses pengetahuan kepada masyarakat luas. Pusataka gerilya memiliki tujuan untuk menumbuhkembangkan ilmu pengetahuan serta memberikan akses alternatif masyarakat umum terhadap ilmu pengetahuan.
Pustaka Gerilya memiliki anggota sekitar 30 orang hingga saat ini dengan bermacam-macam latar belakang ekonomi dan pendidikan. Motif bergabungnya anggota Pustaka Gerilya mayoritas didorong oleh ketertarikan mereka terhadap kegiatan sosial dan literasi anak-anak. Pustaka Gerilya memiliki pandangan bahwa akses terhadap ilmu pengetahuan harus adil dan setara sebagaimana yang dicantumkan dalam akta notaris dan spirit perjuangan anggotanya.
Hal menarik yang dapat dijumpai dalam organisasi ini adalah komitmen mereka terhadap penyebaran akses pengetahuan kepada masyarakat. Meskipun mereka organisasi non-profit dan non-pemerintah, mereka tidak pernah menarik biaya sepserpun kepada pihak yang ingin mengakses perpustakaan ataupun berkolaborasi dalam kegiatan yang bertemakan literasi anak. Dalam pembiayaan operasional mobil perpustakaan, Pustaka Gerilya mengandalkan iuran kolektif anggotanya. Fenomena ini apabila dipandang dari kacamata psikologi sosial dapat disebut sebagai perilaku altruisme.
Altruisme dalam tinjauan psikologi merupakan perilaku yang memperhatikan orang lain tanpa mementingkan diri sendiri. Perilaku ini dilakukan untuk memberikan pertolongan kepada orang lain dan tanpa mengharapkan balasan apa-apa untuk orang yang melakukannya (Baron, 2005). Sedangkan menurut Comte, altruistik merupakan dorongan menolong dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahtraan orang lain sesuai dengan asal kata altristik (autrui) dari bahasa Perancis yang berartikan orang lain (dalam Taufik, 2012). Konsep altruistme ini sudah ada sejak era pemikiran filsafat dan etika namun akhir-akhir ini menjadi sebuah perbincangan psikologi, terutama bagi psikologi evolusioner.
Altruisme dapat dibedakan dengan loyalitas dan kewajiban, karena keduanya memusatkan perhatiannya pada tuntutan moral individu seperti Pemerintah, raja, organisasi khusus atau konsep abstrak lain. Sehingga kita dapat menarik kesimpulan bahwa perilaku altruisme ini merupakan tindakan sukarela yang dilakukan oleh individu ataupun kelompok untuk menolong orang lain dengan tanpa mengharapkan imbalan dan balasan apapun kepada si penolong. Dalam hal ini, Pustaka Gerilya memiliki perbedaan yang mendasar dengan model perpustakaan keliling yang dijalankan oleh pemerintah daerah ataupun perguruan tinggi di Ponorogo. Pustaka Gerilya menjalankan program mereka tanpa dukungan anggaran dan desakan kewajiban sebagaimana instansi pemerintah, tetapi atas dasar kesadaran kolektif.
Seseorang atau kelompok yang melakukan perilaku altruis didasari oleh motivasi altruistik atau keinginan untuk selalu menolong orang lain. Dalam bahasa Yunani, perilaku ini diistilahkan sebagai tindakan kasih atau esgape. Perilaku altruistik selalu bersifat konstruktif, membangun, menumbuhkan dan mengembangkan kehidupan sesama dan tidak dimasuki oleh kepentingan-kepentingan individu atau kelompok tertentu.
SebagaimanaPustaka Gerilya bergerak atas dasar kedaran dan tanggung jawab sosial serta pandangan mereka terhadap keadilan dan kesetaraan terhadap akses ilmu pengetahuan.
Namun perilaku altruis dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendorong individu atau kelompok memiliki perilaku altruis berdasarkan pendapat Taylor (2009), yakni: emphayt (empati), belief on a just world (keadilan dunia), social responbility (tanggung jawab sosial), internal LOC (kontrol diri), low egocentricm (egosentri yang rendah). Faktor ini menimbulkan dorongan sebagaimana yang terjadi pada kelompok yang tergabung dalam Pustaka Gerilya. Mereka memberikan sumbangan keuangan, tenaga dan keahlian tertentu secara sukarela dan tanpa meminta upah atau imbalan terhadap mereka.
REFERENSI:
Al-Barii, Adzka Haniina. Hasil Wawancara. Pada Kamis, 15 Juni 2023.
Baron, R.A. & Byrne. (2005), Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga
Shelley E. Taylor, Letitia Anne Peplau, David O. Sear . (2009). Psikologi social.; penerjemah, Tri Wibowo B.S. Depok : Prenadamedia Group.
Taufik. (2012). Empati: Pendekatan Psikologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo.