Pertanyaan Cerdas, Jawaban Cadas Baijuri dan Lutfi
Berita Baru, Trenggalek – Debat kandidat Calon Ketua Pengurus Cabang Koordinator (PKC) dan Calon Ketua Kopri PKC Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jawa Timur (Jatim) putaran kedua berlangsung seru. Berjalan dengan tiga segmen, debat itu menjadi wadah para Ketua Pengurus Cabang (PC) dan Ketua Kopri PMII untuk menilai kualitas gagasan dan argumentasi masing-masing kandidat. Bertempat di Kabupaten Trenggalek, adu wawasan itu menyoal Hak Asasi Manusia (HAM) dan Lingkungan Hidup.
Di segmen kedua, masing –masing kandidat memiliki kesempatan untuk menanyakan satu sama lain. Baijuri, kandidat nomor urut 1 melempar tanggapan dan pertanyaan kritis kepada Moh. Lutfi, kandidat nomor urut 2.
Baijuri membangun pondasi dasar argumentasi dengan harapan. Ia berharap PKC Jawa Timur harus memimpin ide dalam gerakan. Harapan itu bertujuan agar PMII menjadi bagian dari komando gerakan di Jawa Timur. Mantan Ketua PC PMII Jember itu menerangkan bahwa PKC harus bisa merancang dan merumuskan strategi gerakan yang baku untuk menjadi bagian transformasi ke cabang-cabang seluruh Jawa Timur.
“Nah pada posisi hari ini ada proyek strategis nasional. Di daerah Pacitan sampai ke Banyuwangi ada jalur lintas selatan. Di mana posisi ini, saya menganalisis ada motif ekonomi dalam ekspansi pertambangan,” urai Baijuri.
Kondisi itu membuat dia menanyakan strategi Lutfi, dalam menanggapi dan merespon pada wilayah pembasisan di internal kader PMII kita ke depan. Sebab bagi Baijuri dalam upaya mendorong dan mengkritisi sistem pemerintahan.
“Yang berupa kebijakan-kebijakan yang sama sekali tidak Pro terhadap nelayan dan tidak Pro terhadap petani?”
Pertanyaan apik itu direspon dengan refleksi kritis oleh mantan Ketua PC PMII Pamekasan itu. Ia melihat bahwa di PMII, mulai tatanan Pengurus Besar (PB), PKC dan PC, tidak pernah ada isu advokasi yang khusus dikawal secara bersama-sama.
“Kalau kita lihat beberapa advokasi yang dilakukan oleh teman-teman cabang baik itu di Tapal Kuda, Blok M, ataupun di wilayah Matraman dan lainnya, itu tidak pernah isu yang dikawal oleh temen-temen cabang itu menjadi isu bersama minimalnya di PMII Jawa Timur,” jawab Lutfi.
Kondisi itu, kata Lutfi melanjutkan, mesti disikapi dengan membentuk gagasan yang bertujuan agar PMII Jawa Timur mempunyai isu bersama. Strategi yang ditawarkan Lutfi yakni adanya rumah aspirasi. Rumah aspirasi ini akan menjadi dapur PMI se Jawa Timur.
Sehingga dari setiap masing-masing kabupaten/kota yang punya advokasi yang berkaitan dengan persoalan pertambangan, dengan persoalan lainnya bisa langsung dimasukkan ke dalam dapur PMII Jawa Timur ini.
“Sehingga apa? Tinggal kita panggil cabang se Jawa Timur ayo ngumpul, ngopi dulu kita mungkin ada isu-isu yang sama yang bisa kita kawal sehingga hal ini juga menjadi atensi di wilayah Jawa Timur tidak hanya menjadi isu di daerah masing-masing kabupaten kota yang ada di cabang masing-masing,” terang Lutfi.
Serangan Balik Ditangkis Apik
Lutfi pun mendapatkan kesempatan untuk bertanya balik kepada Baijuri. Lagi-lagi, Lutfi memulai dengan reflektif. Ia menyadari bahwa setiap advokasi yang dilakukan oleh teman-teman cabang di Jawa Timur. “Untuk sampai terhadap kata sukses itu sangat sulit,” kata Lutfi. Ia menilai bahwa ketidaksuksesan advokasi itu ditengarai karena tidak ada isu bersama di PMII Jawa Timur.
“Sehingga pertanyaannya adalah bisa enggak kira-kira isu lingkungan hidup dan HAM ini menjadi isu bersama di PMI Jawa Timur kalau bisa bagaimana caranya?” tanya Lutfi singkat.
Pertanyaan singkat itu, bagi Baijuri, merupakan pekerjaan yang sangat rumit. Namun bukan takmungkin terjadi. Ia menceritakan pengalamannya saat menahkodai PMII Jember. Ada beberapa hal yang penting bagi Baijuri untuk membangun epicentrum gerakan di Jawa Timur. Pertama, penguatan internal, penanaman ideologi atas kesadaran terhadap prilaku yang sangat sewenang-wenang.
“Nah yang kedua adalah sekolah-sekolah pembasisan. Sekolah pembasisan nanti ada program kerja dari kami yakni pesantren gerakan di mana isu-isu pertambangan ini harus dimasukkan kepada wilayah pembasisan kita,” jelas Baijuri.
Di sisi lain, pria asal Bondowoso ini juga mengatakan bahwa membangun kerja-kerja ideologisasi dengan beberapa para alim dan umaro’ penting digarap. Sebab strategi itu sebagai bagian dari pengejawantahan dari harapan tentang eksplorasi pertambangan.
“Kalau perlu kita, PKC Jawa Timur dengan PWNU harus mengadakan bahtsul masa’il dalam menyikapi persoalan reforma agraria kita ke depan.”