Prodi Ilmu Sejarah UNEJ Sambut MBKM dengan Magang
Berita Baru Jatim, Jember — Merdeka Belajar Kampus Merdeka disingkat MBKM adalah kebijakan yang dikeluarkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang bertujuan mendorong mahasiswa untuk menguasai berbagai keilmuan yang berguna untuk memasuki dunia kerja. Berbagai program yang ditawarkan dalam kegiatan MBKM di antaranya magang bersertifikat, pertukaran mahasiswa merdeka, kampus mengajar dan studi proyek independen.
Kampus Merdeka dicanangkan untuk menyiapkan SDM lulusan perguruan tinggi yang tangguh dalam menghadapi tantangan yang terus berkembang di era revolusi industri 4.0. Ketika mahasiswa melakukan magang MBKM, mahasiswa dapat memperoleh pengalaman belajar di lapangan, dan dengan penelitian mahasiswa dapat memiliki pengalaman untuk melakukan penelitian termasuk proses penulisan dan penyusunan hasil karya tulis,serta dengan studi Independen mahasiswa dapat berperan aktif dalam kegiatan yang terkait dengan aktivitas seperti lomba-lomba penulisan karya ilmiah mengenai sejarah.
Di antara berbagai tawaran program MBKM tersebut yang paling banyak diminati oleh program studi yang ada di lingkungan Universitas Jember adalah program magang bersertifikat. Tidak terkecuali Prodi Ilmu Sejarah UNEJ yang juga mengadakan program magang bagi mahasiswanya di dua tempat selain yang kompetisi dari Kemendikbud. Dua tempat tersebut adalah di Dinas Kearsipan Jawa Timur dan Disparda Jember.
Kerjasama dengan Disparda Jember disepakati untuk magang di situs-situs peninggalan masa megalithikum yang banyak tersebar di Kabupaten Jember. Alasan tempat pemagangan di situs-situs masa megalitikum ini tidak lain supaya mahasiswa mempunyai ilmu yang dapat mendukung kompetensi kesejarahan yang disandangnya kelak. “Mengingat, banyak juga sejarawan yang bekerja di balai arkeologi sehingga calon sejarawan dengan magang di tempat ini akan dibekali ilmu kearkeologian,”kata Dosen Pedamping Lapangan atau DPL Ratna Endang Widuatie kepada Beritabaru.co, kemarin.
Mahasiswa akan melakukan pengkajian benda arkeologi dengan cara mendokumentasikan, lanjut Ratna menganalisis dan menginterpretasikan data. “Dan secara keprofesionalan tentu saja sangat berguna untuk memperdalam ilmu tentang keheuristikan atau sumber sejarah sebagai syarat dalam penulisan sejarah,”terangnya.
Kegiatan magang di Disparda Jember ini diikuti oleh 54 mahasiswa sejarah yang dibagi dalam tiga kelompok, yaitu kelompok satu sebanyak 14 mahasiswa, kelompok dua sebanyak 28 mahasiswa, kelompok tiga sebanyak 12 mahasiswa. Masing-asing kelompok akan didampingi oleh Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) dari Disparda dan dari UNEJ.
Khusus kelompok 2 karena jumlah situs banyak maka jumlah mahasiswa yang di tempatkan juga menyesuaikan sehingga didampingi oleh dua DPL dari Disparda yaitu Suhartanto, S.Sn dan Frans Oscarno Palawi. Dan dua DPL dari prodi yaitu, Mrr Ratna Endang Widuatie, S.S., M.A dan Suharto S.S., M.A yang ditempatkan di Kecamatan Arjasa dengan sebaran situs megalitikumnya ada 4 yaitu, Duplang, Kebun Jurang, Kendal dan Kamal.
Guna meninjau pelaksanaan magang tersebut maka para pendamping melakukan monitoring langsung dan menemani mahasiswa magang dalam melakukan kegiatan magangnya, serta melakukan evaluasi.
Ratna menjelaskan, berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan pada tanggal 12 Oktober 2021 didapati mahasiswa sudah menerapkan ilmu kearkeologian pada situs-situs yang diteliti. Mahasiswa melakukan survey atau pengamatan langsung di tempat situs arkeologi. Pada tahap ini mahasiswa mengumpulkan data yang selanjutnya data tersebut dikategorikan ke dalam kelompok yang telah ditentukan. Misalkan, diberi penomoran dan diinventarisasikan sesuai dengan kategorinya. “Hasil yang diinventarisir ditemukan 89 buah batu kenong, 3 menhir, 7 dolmen dan masih banyak lagi,”jelasnya.
“Pengkategorian tersebut bertujuan untuk memudahkan tahap selanjutnya yaitu proses analisis data. Tahap ini memakan banyak waktu karena akan dicari keterkaitan atau mencari hubungan antara temuan data. Mahasiswa akan dituntun untuk mencari keterkaitan dari teknik pembuatan, ukuran, warna, hiasan, bekas pemakaian atau hal lainnya. Jenis batuan dari situs-situs tersebut pada umumnya berasal dari batu andesit (batuan beku),”imbuh Ratna.
Sementara, berdasarkan klasifikasi tempat terbentuknya dikategorikan batuan beku lelehan (vulkanic rock) dan berdasar sifat kimia serta komposisi mineralnya termasuk batuan beku intermediate. “Untuk itu proses analisis data ini membutuhkan kesabaran dan ketelitian yang luar biasa dalam mengamati setiap detailnya hingga bisa menghasilkan pelaporan dalam bentuk pertanggungjawaban dari sisi akademis,”terangnya.
Lokasi situs arkeologi masa megalithikum di Kecamatan Arjasa yang menyebar di beberapa desa dan dusun serta terletak di topografi yang tinggi adalah merupakan cerita tersendiri. Belum lagi rendahnya pemahaman masyarakat tentang benda-benda bersejarah menjadi tantangan mahasiswa untuk bisa mengamati langsung benda tersebut. “Ada yang dipakai pondasi, ada juga yang berada di pekarangan rumah penduduk dan juga tertanam di pematang sawah,”ungkap Ratna.
Kendati demikian, persoalan ini dapat sedikit terobati karena adanya ketersediaan para Juru Pelihara (Jupel) dan para Kelompok Sadar Wisata desa (Pokdarwis) yang dibawah bimbingan langsung Disparda. Misalkan saat terjun lapang mahasiswa didampingi dan dipandu oleh Pokdarwis “Kampung Purba” di situs Duplang Kamal yang dikomandani oleh Juhairiyah dan Jupel Sugi. “Bahkan kedekatan mereka terjalin tidak hanya pada lingkup akademis tetapi menjadi seperti keluarga karena merasakan susah senang di lapang bersama dan yang terkadang diselingi dengan jamuan makan bersama,”imbuhnya.
“Keuntungan besar yang diperoleh mahasiswa dalam magang di tempat ini secara akademik tentu saja adanya keterampilan dari disiplin ilmu arkeologi. Dan sinergisitas dengan ilmu sejarah maka mahasiswa akan dapat memanfaatkan sumber-sumber sejarah berupa benda peninggalan arkeologi, letak lingkungan benda berada, bahan dll. Kesemuannya dapat dirangkai menjadi gambaran cerita kehidupan di masa lalu. Dengan belajar sejarah maka kita akan mendapat pengetahuan dan mengerti bagaimana asal muasal serta peristiwa apa saja yang terjadi di masa lalu yang dapat kita ambil hikmahnya untuk masa depan supaya lebih bijaksana. Semangat,”pungkas Ratna.