Sesi Kedua Putaran ke-12, Sekolah Sastra HISKI Dalami Kajian Antropologi Sastra
Berita Baru, Jakarta — Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI) usai tuntaskan sesi kedua program Sekolah Sastra di putaran ke-12 dengan topik Antropologi Sastra pada Sabtu (14/12). Acara ini dilaksanakan secara daring melalui Zoom Meeting dan disiarkan secara langsung di kanal YouTube Tribun Jatim Official dan Official HISKI Pusat.
Sama seperti pertemuan sebelumnya, sesi kedua ini dipandu oleh Dr. Endah Imawati, M.Pd., (Tribun Network) sebagai moderator. Serta narasumber Prof. Wan Syaifuddin, M.A., Ph.D., (Universitas Sumatera Utara).
Sebelum pemaparan inti, acara dibuka dengan sambutan Wakil Ketua I HISKI, Prof. Dr. Mohd. Harun, M.Pd. dari Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Harun mengatakan bahwa khazanah kebudayaan kita, baik tradisi lisan maupun tulis masih banyak yang belum diteliti secara maksimal. Oleh karenanya, melalui pertemuan ini akan dikupas oleh narasumber terkait metode-metode dalam kajian antropologi sastra.
“Pertemuan ini tentu akan lebih menarik dibandingkan minggu lalu karena masih banyak pertanyaan yang belum terjawab,” terangnya.
Harun melanjutkan, di sesi kedua peserta akan diajak untuk mendalami hubungan antara sastra dan budaya dengan fokus pada metode analisis antropologi sastra.
“Seperti teknik-teknik untuk mengkaji representasi budaya dalam karya sastra, termasuk penggalian simbol, ritus dan narasi yang merefleksikan kehidupan sosial masyarakat. Semoga melalui forum ini akan ditemukan pemikiran-pemikiran baru, dan juga berkemungkinan untuk terbit buku baru tentang antropologi sastra,” harap Harun.
Acara dilanjutkan dengan pemaparan Prof. Wan. Prof Wan mengawali presentasinya dengan menjalaskan bahwa pemahaman bahasa sebagai alat komunikasi dan jembatan menyampaikan informasi tentang budaya dan fenomena yang terjadi dalam masyarakat dan alam.
“Maka, karya sastra dapat dipahami sebagai bahasa tertentu yang berbeda dari bahasa umumnya,” ujarnya.
Prof Wan menggunakan kumpulan Sajak Langit Panai (SLP) yang ditulis para seniman yang tumbuh besar di negeri Panai, Billah dan Kotapinang sebagai contoh. Di kumpulan karya tersebut berkembang dan diketahui kisah-kisah terkait dengan masyarakat, budaya serta kondisi kultural dan alamnya.
“SLP berfungsi sebagai alat ekspresi dan alat untuk mempengaruhi perilaku masyarakat, serta untuk menyampaikan sesuatu yang terkait dengan keharmonisan sesama makhluk dan kosmos alam. SLP mengandung strategi mempererat ikatan warga di wilayahnya, sekaligus menjelaskan makna tanda-tanda yang dianggap abstrak terkait fenomena alam di sekitarnya,” terangnya.
Puisi-puisi dalam SLP, lanjut Porf. Wan. kerap bersandar pada lokalitas, unsur budaya, tradisi, lingkungan dan pengalaman hidup sehari-hari di komunitas tertentu. Puisi-puisinya mencerminkan kearifan lokal dan kerap berfungsi sebagai upaya melestarikan dan memperkenalkan identitas budaya lokal kepada pembaca yang lebih luas.
“Dalam sajak SLP, para penyair menggali pengalaman hidup, kepercayaan, mitos, bahasa, adat isstiadat, lalu mengemukakannyaa ke dalam bentuk puisi yang estetik dan reflektif,” pungkasnya.
Acara dilanjutkan dengan diskusi interaktif antara narasumber dan audiens. Sampai akhir acara, Sekolah Sastra kali ini diikuti sekitar 222 peserta di Zoom Meeting dan telah ditonton 152 kali di akun Youtube HISKI.
Melalui diskusi interaktif, peserta diajarkan studi kasus karya sastra yang menonjolkan elemen budaya lokal dan universal. Pendekatan ini memberikan wawasan tentang bagaimana sastra tidak hanya mencerminkan identitas budaya, tetapi juga menjadi alat untuk mendekonstruksi stereotip dan memahami dinamika sosial.
Pertemuan ini memperkuat kemampuan peserta untuk melihat sastra sebagai medium yang kaya akan nilai-nilai antropologis dan sosial, sekaligus memberikan perspektif baru dalam memahami dan menafsirkan teks sastra.
Sebagai informasi, Sekolah Sastra merupakan salah satu program kegiatan HISKI Pusat untuk meningkatkan kompetensi dan bekal pengetahuan bagi para anggota HISKI yang tersebar dari Aceh hingga Papua. Sekolah Sastra ini digelar setiap bulan di minggu pertama dan kedua. Sementara itu, untuk minggu ketiga digelar agenda Tukar Tutur Sastra yang menjadi agenda rutin HISKI Pusat yang dipimpin Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum.
Untuk tahun 2024 atau di sesi ke-12 ini, kajian Antropologi Sastra menjadi sesi pamungkas di agenda Sekolah Sastra. Kemungkinan besar HISKI akan melanjutkan Sekolah Sastra di tahun 2025. Sementara Tukar Tutur Sastra akan diadakan di minggu depan. Program-program ini diharapkan terus berkontribusi pada perkembangan kajian sastra sebagai ilmu yang adaptif terhadap perkembangan zaman.