Syahchroini: Caleg Muda Pembawa Nafas Segar di Surabaya
Berita Baru, Surabaya – Dua puluh delapan tahun lalu, pria itu lahir. Bahagia menyelimuti keluarga. Awal tahun di akhir bulan ia lahir dengan nama Moh. Syahchroini. Lahir dan besar di Kota Metropolitan, Syahchroini kecil hidup bahagia.
Bermain, berantem, menangis, tertawa, dan bermain lagi, adalah kehidupannya. Laiknya anak-anak seumurannya, Syahchroini tumbuh besar dengan permainan dan perkawanan.
Pelukan hangat keluarga dan “kerasnya” Surabaya mewarnai masa kanak-kanaknya. Tiga tahun sebelum Soeharto tumbang, ia dididik penuh kasih sayang. Syahchroini terus tumbuh menjadi anak-anak yang baik. Tak ada kenakalan yang membuat orang tuanya mengelus dada. Di lingkungan Hangtuah, Kelurahan Ujung, Semampir, ia terus tumbuh dengan bahagia.
Syahchroini menjadikan kedua orang tuanya sebagai tauladan. Sang bapak adalah kiai kampung dan tukang rongsokan. Saban hari, Syahchroini melihat sang bapak mengajar ngaji, menjadi imam sholat, dan juga menjadi modin.
Besar di lingkungan yang ala kadarnya, Syahchroini belajar tentang kesederhanaan. Sang bapak memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan bertanggung jawab dengan mencari rongasokan. Sejak pagi hingga sore berangkat berkeliling mencari barang-barang bekas yang layak jual.
Kehidupan itu tak membuat Syahchroini minder. Ia bangga memiliki bapak yang bertanggung jawab mencari rezeki halal. Di titik lain. tak ada sebersit pun muncul dalam benak Syahchroini kecil untuk meminta dan merengek meminta mainan. Ia sadar akan kondisi keluarganya.
Enam tahun berselang, Syahchroini mulai mengenakan seragam. Kehidupan agamis mengantarkannya untuk mengeyam di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Ghozali Surabaya. Di sekolah itu, ia terus tumbuh dengan riang gembira. Bermain masih menjadi kebiasaan yang kental di kehidupannya.
Hanya saja, di usia itu, Syahchroini mulai belajar tanggung jawab. Ia dididik untuk bermain tahu batasan. Saat jam belajar, ia mau tak mau menyudahi hore-horenya. Namun, namanya juga anak-anak, sesekali ia membandel. Ia terus bermain tak mengindahkan panggilan orang tua untuk pulang. Di masa-masa MI ia memang sedikit mbeling.
Kenakalan-kenakalan itu tak membuat Syahchroini lalai sholat. Kedua orang tuanya cukup ketat. Bila tak salat maka Syahchroini kecil akan kena damprat. Bagi sebagian orang didikan itu mungkin tak layak. Tapi, titik itulah yang menjadi kawah candradimuka seorang Syahchroini.
2006 ia melepas seragam MI. Setelan putih-dongker menjadi penanda Syahchroini menginjak usia remaja. Ia melanjutkan di satuan pendidikan yang sama, satu payung ketika di MI, yakni SMP Al-Ghozali Surabaya. Menginjak usia belasan tahun tak membuat ia terbawa arus. Kehidupan Surabaya tak mampu menarik Syahchroini ke jurang kenakalan remaja.
Ia mampu menahan pelbagai godaan. Wanti-wanti dari orang tua tak sekali-dua ia terima. Di titik lain, mentalitas Syahchroini kecil sangat membekas. Kental dalam kepala, hati, dan jiwa. Tiga tahun kemudian, seragam abu-abu berlogo SMA Ta’miriyah ia kenakan. Di tahun 2009 itu ia kian tumbuh menjadi pria dewasa. Tak ada perubahan berarti. Alih-alih nakal, Syahchroini justru kian menjadi pemuda bertanggung jawab, aktif di sekolah, dan giat belajar.
Sebelum mengeyam pendidikan di SMA Ta’miriyah, Syahchroini sempat nyantri di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang. Namun, ia hanya bertahan hingga tahun 2011. Selepas itu, ia kembali ke tanah Surabaya.
2012 menjadi tahun yang membahagiakan bagi Syahchroini dan keluarga. Ia diterima melalui jalur mandiri di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya. Syahchroini memilih jurusan Hukum Pidana Islam, Fakultas Syariah. Meski acap distempeli sebagai kota yang keras, Syahchroini enggan angkat kaki dari Surabaya.
Di kampus di Jln Ahmad Yani itu, keaktifan Syahcroini menemukan tempatnya. Pelbagai organisasi ia geluti. Kapasitas intelektual Syahchroin dibentuk di organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Dua tahun belajar dan berproses di organisasi biru kuning itu, ia kemudian diamanahi sebagai Sekretaris Rayon PMII Syariah UIN Sunan Ampel Surabaya.
Pelbagai gebrakan di kepengurusan Syahchroini muncul. Kembang-kembang gerakan mulai bermekaran. Ghiroh semangatnya kian membara. Ia tak henti belajar. Meski di tengah kesibukan administratif, ia menyempatkan diri membaca buku. Ia masih terus berdiskusi. Ia tak berhenti menuangkan gagasan-gagasannya dalam sebuah tulisan. Syahchroini berusaha meniru dan mencontoh Sang Pendekar Pena Mahbub Djunaidi.
Setahun kemudian, ia tak lagi sibuk mengurusi surat-menyurat. Di tahun 2015, posisi bendahara Komisariat UIN Sunan Ampel menjadi tempat belajar Syahchroini. Semangat berprosesnya tak padam. Di tahun 2016, ia berusaha menyebrang. Sedari awal bergelut di organisasi ekstra kampus, ia pun mulai belajar di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UIN Sunan Ampel.
Di momen ini, benih-benik ketertarikan Syahchroini akan dunia politik mulai tumbuh. Di organisasi mahasiswa ini, ia ditempatkan di Koordinator Bidang Sosial dan Politik. Rasa penasaran akan politiknya makin menggeliat. Ia juga aktif mengawal pusparagam kasus. Advokasi-advokasi kepentingan mahasiswa menjadi jalan yang ia pilih.
Tak dinyana, semesta seakan mendukung pilihannya. Setahun di organisasi intra kampus, ia pulang. Ia kembali aktif dan berkecimpung di PMII. 2017 adalah tahun yang membuat Syahchroini mau tak mau nyemplung ke dunia gerakan. Ia menduduki posisi Koordinator Biro Advokasi Pengurus Cabang (PC) PMII Surabaya.
Seusai aktif di dunia organsiasi dan akrivisme, ghirah akademisi Syahchroini kembali menggebu. Di tahun 2021, ia memantapkan niat melanjutkan Strata 2 (S2) di Universitas Bhayangkara Surabaya. Setahun kuliah magister, semesta menunjukkan jalan anyar bagi Syahchroini. Ia menduduki posisi Sekretaris Gemasaba Surabaya tahun 2022-2025.
Kini, pemuda asli Surabaya itu memilih melanjutkan ketertarikannya. Baginya, politik dan aktivisme adalah dua sisi mata uang yang tak dipisahkan. Syahchroini sadar, pembelaan terhadap kaum mustad’afin mesti dilakukan dari banyak sisi. Dan di titik ini, ia memilih untuk berjuang dari dalam.
Syahchroini memantapkan niat maju sebagai Calon Legislatif (Caleg) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Surabaya. Dari Partai Kebangkitan Bangsa, Syahchroini akan berangkat memulai perjuangannya.
Syahchroini akan mencalonkan diri untuk mewakili masyarakat di Daerah Pemilihan (Dapil) 2, yakni Kecamatan Semampir, Tambaksari, Pabean, Cantian, dan Kenjeran. Bagi Syahchroini berjuang di Bumi Surabaya adalah keharusan.
Bukan tanpa alasan, di kota itulah ari-ari Syahchroini ditanam. Di Kota Pahlawan itulah ia lahir dan tumbuh besar. Maka adalah sebuah bentuk dosa bila ia melupakan Surabaya. Sebagai anak muda, Syahchroini akan membawa nafas segar bagi Surabaya.