Tafakkur Rahim Ibu| Puisi Milatul Maftah
Maaf untuk rahimmu yang koyak.
Semalam kulihat engkau bercakap dengan rembulan
Menghitung air mata pada sepetak angkasa di halaman rumah
Menghidupkan kembali lautan, membawa ombak kembali ke tepian
Mengarak ikan agar tersangkut di kail perahu para nelayan.
Ada do’a yang sunyi di garis-garis jemari
Melipat takdir yang terlanjur hierarki
Kau berbisik padaku;
”Adakah yang lebih rupa daripada duka para petani
Ketika mengais-ngais mimpi yang berlumpur dibawah jerami?”
Menjelang matahari terbenam,
Kau bakar senja agar kelak aku tak belajar dalam gelap
Sebab kini cahaya pun harus terbayar dengan airmata dan udara yang pengap.
Di kedalaman ngarai sukmamu
Kau tulis ketakutan-ketakutan membungkam sepi di balik arlojimu
yang detaknya senada dengan dentuman tangis marsinah.
Mengapa kau membisu saja? Mengapa kita diam saja?
Ibu, kucari engkau di bendera-bendera yang kehilangan warna
Di pentas-pentas yang kehilangan budi
Di kelas-kelas yang kehilangan moral
Di jalan-jalan yang kehilangan arah
“Aku disini,”
ucap pemulung buta yang kehilangan tongkatnya.
Milatul Maftah. Lahir di Jember 21 tahun yang lalu. Diciptakan oleh Tuhan yang maha puitis. Hobi nulis dan baca buku. Mencintai segala hal yang disediakan Semesta secara cuma-cuma. Bisa dijumpai di @maha_mela13.