Tata Cara Puasa di Bulan Sya’ban: dari Hukum, Niat hingga Keutamaan
Berita Baru, Surabaya – Simak tata cara puasa di Bulan Sya’ban, dari hukum, niat hingga keutamaannya!
Salah satu keutamaan di Bulan Sya’ban ialah memperbanyak puasa.
Dikutip dari lama Nu Online, puasa Sya’ban merupakan puasa yang dilakukan di bulan Sya’ban. Hukumnya sendiri ialah sunnah.
Hal ini berdasarkan hadits shahih dari Nabi Muhammad SAW:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ: لَا يُفْطِرُ؛ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ: لَا يَصُومُ. وَمَا رَأَيْتُرَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلَّا رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَامًا فِي شَعْبَانَ. (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ، وَاللَّفْظُلِمُسْلِمٍ)
Artinya, “Diriwayatkan dari ‘Aisyah ra, ia berkata: ‘Rasulullah saw sering berpuasa sehingga kami katakan: ‘Beliau tidak berbuka’; beliau juga sering tidak berpuasa sehingga kami katakan: ‘Beliau tidak berpuasa’; aku tidak pernah melihat Rasulullah saw menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali Ramadlan; dan aku tidak pernah melihat beliau dalam sebulan (selain Ramadhan) berpuasa yang lebih banyak daripada puasa beliau di bulan Sya’ban’.” (Muttafaqun ‘Alaih. Adapun redaksinya adalah riwayat Muslim).
Hadis lain yang menjelaskan tentang puasa di Bulan Sya’ban ialah:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: … كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ، كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلاَّ قَلِيلاً. (رواه مسلم)
Artinya, “Diriwayat dari ‘Aisyah ra, ia berkata: ‘… Rasulullah saw sering berpuasa Sya’ban seluruhnya; beliau sering berpuasa Sya’ban kecuali sedikit saja’.” (HR Muslim).
Terkait kalimat “Beliau sering berpuasa Sya’ban kecuali sedikit saja” menurut Imam An-Nawawi, para ulama menjelaskan bahwa kalimat tersebut menjelaskan kalkmat yang pertama, yakni “Rasulullah saw sering berpuasa Sya’ban seluruhnya”.
Dengan demikian Rasulullah saw sering berpuasa di Bulan Sya’ban pada sebagian besarnya saja (Yahya bin Syaraf an-Nawawi, al-Majmû’ Syarhul Muhaddzab, juz VI, h. 386).
Hadits lain juga menjelaskan tentang keharaman berpuasa pada separuh kedua bulan Sya’ban, yaitu:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا اِنْتَصَفَ شَعْبَانَ فَلَا تَصُومُوا. (رَوَاهُ اَلْخَمْسَةُ)
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, sungguh Rasullah saw bersabda: ‘Ketika Sya’ban sudah melewati separuh bulan, maka janganlah kalian berpuasa’.” (HR Imam Lima: Ahmad, Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i, dan Ibnu Majah).
Berdasarkan hadits tersebut, maka puasa di Bulan Sya’ban pada tanggal 16 haram dilakukan.
Puasa Sya’ban harus dimulai sebelum tanggal tersebut, yakni dari tanggal 1 hingga maksimal tanggal 15 Bulan Sya’ban .
Dalam penjelasan lebih lanjut, as-Sayyid al-Bakri menjelaskan tiga pengecualian keharaman puasa separuh kedua bulan Sya’ban.
Pertama, disambung dengan puasa pada hari-hari sebelumnya, meskipun dengan puasa tanggal 15 Sya’ban.
Semisal berpuasa pada tanggal 15 kemudian terus dilanjutkan pada hari-hari berikutnya, maka tidak haram.
Kedua, bertepatan dengan kebiasaan puasanya. Semisal sudah terbiasa puasa pada Senin-Kamis atau puasa Dawud.
Ketiga, merupakan puasa nazar atau puasa qadha’, sekalipun qadha dari puasa sunnah (Zainuddin bin Abdil Aziz al-Malibari, Fathul Mu’în pada I’ânatut Thâlibîn, [Beirut, Dârul Fikr], juz II, h. 273-274).
Hikmah Puasa Sya’ban
Memperbanyak puasa di Bulan Sya’ban dapat memperoleh hikmah yang sangat banyak.
Hikmah yang paling utama ialah karena Bulan Sya’ban adalah bulan yang sering dilalaikan manusia sebab terjepit di antara dua bulan mulia yaitu Rajab dan Ramadhan.
Selain itu, di Bulan Sya’ban setiap amal manusia dilaporkan kepada Allah SWT melalui para malaikat, sehingga kita disunnahkan puasa di Bulan Sya’ban.
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW:
عن أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ، قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنَ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ. قَالَ: ذَاكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍوَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ. (رواه النسائي وأبو داود وابن خزيمة. صحيح)
Artinya, “Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid ra: ‘Aku berkata: ‘Wahai Rasulullah, saya tidak pernah melihat anda berpuasa satu bulan dari berbagi bulan sebagaimana puasa anda dari bulan Sya’ban.’ Beliau menjawab: ‘Sya’ban itu bulan yang dilupakan manusia di antara Rajab dan Ramadhan. Sya’ban adalah bulan yang di dalamnya amal-amal dilaporkan kepada Tuhan semesta alam, maka aku senang amalku dilaporkan sementara aku sedang dalam kondisi berpuasa’.” (HR An-Nasa’i, Abu Dawud, dan Ibnu Khuzaimah. Shahîh).
Sedangkan keutaman puasa di Bulan Sya’ban di antaranya adalah mendapatkan syafaat Rasulullah SAW di hari kiamat Nanti.
Syekh Nawawi Al-Bantani menjelaskan bahwa puasa di Bulan Sya’ban merupakan salah satu kecintaan Baginda Nabi.
Dengan demikian, barang siapa yang berpuasa di Bulan Sya’ban makan akan memperoleh syafaat Rasulullah SAW di hari Kiamat kelak (Muhammad bin Umar Nawawi al-Jawi, Nihâyatuz Zain fi Irsyâdil Mubtadi-în, [Bairut, Dârul Fikr], h. 197).
Tata Cara Puasa di Bulan Sya’ban
Pertama, niat. Niat puasa di Bulan Sya’ban Ialah sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ شَعْبَانَ لِلّٰهِ تَعَالَى
Sebagaimana niat puasa sunnah pada umumnya, niat puasa Syaban dapat dilakukan sejak malam hari hingga pagi sebelum matahari tergelincir ke barat.
Kedua, makan sahur. Meski hukumnya tidak wajib, setiap orang yang hendak berpuasa, baik wajib atau sunnah, lebih diutamakan untuk makan sahur saat sebelum imsak.
Ketiga, menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa. Seperti makan, minum dan lainnya.
Keempat, menjaga diri dari hal-hal yang membatalkan pahala puasa. Seperti berkata kotor, bermaksiat, dan segala perbuatan dosa lainnya.
Rasulullah saw bersabda:
كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعِ وَالْعَطَشِ (رواه النسائي وابن
ماجه من حديث أبي هريرة)
Artinya, “Banyak orang yang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali rasa lapar dan kehausan.” (HR an-Nasa’i dan Ibnu Majah dari riwayat hadits Abu Hurairah ra).
Kelima, menyegerakan berbuka puasa saat tiba waktu maghrib.
Itulah tata cara puasa di Bulan Sya’ban lengkap dengan hukum, niat dan keutamaannya. Semoga bermanfaat.