Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Tim Periset UNJ Lakukan Penelitian Lapangan di Banyuwangi: Festival sebagai Destinasi Wisata

Tim Periset UNJ Lakukan Penelitian Lapangan di Banyuwangi: Festival sebagai Destinasi Wisata



Berita Baru, Jakarta – Tim Periset Universitas Negeri Jakarta telah menyelenggarakan serangkaian kegiatan penelitian lapangan di Banyuwangi.

Penelitian dengan fokus pengembangan festival sebagai destinasi wisata dunia tersebut diketuai oleh Prof Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum. dengan anggota (1) Dr. Ifan Iskandar, M.Hum., (2) Prof. Dr. Ninuk Lustyantie, M.Pd., (3) Dr. Siti Gomo Attas, M.Hum., dan (4) Sudartomo Macaryus, M.Hum.

Kegiatan festival di Banyuwangi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang berasal dari masyarakat dan masih dihidupi oleh masyarakat pendukungnya dan yang dikreasi dalam bentuk fesyen untuk memperkenalkan budaya lokal Banyuwangi kepada masyarakat internasional.

Temuan tersebut disampaikan oleh Anoegrajekti di sela-sela kesibukannya menangani berbagai kegiatan dalam kapasitasnya sebagai Koordinator Program Studi S2 Linguistik Terapan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta, sebagai Ketua Umum HISKI, dan sebagai Ketua Tim Periset yang diraihnya.

“Penelitian kolaboratif ini didukung oleh para kolega dosen dari Universitas Negeri Jakarta dan dari Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta,” jelas Anoegrajekti.

Festival Tradisional dan Inovatif

Festival tradisional adalah kegiatan budaya yang berasal dari masyarakat dan terus dihidupi oleh masyarakat pendukungnya. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus adalah ritual Seblang Olehsari, Gelar Pitu Dusun Kopen Kidul, Kebokeboan Desa Alasmalang, dan Petik Laut, Kecamatan Muncar.

“Kami, tim periset memutuskan untuk mengambil dua tipe ritual, yaitu yang berbasis budaya agraris dan budaya maritim,” ujar Anoegrajekti.

Tim Periset UNJ Lakukan Penelitian Lapangan di Banyuwangi: Festival sebagai Destinasi Wisata

Selanjutnya disampaikan pemilihan budaya agraris karena masyarakat Banyuwangi, sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani. Penentuan budaya maritim karena Banyuwangi memiliki wilayah Pantai Pelabuhan Nelayan besar yang berada di Kecamatan Muncar.

“Sejak masa pemerintahan Bupati Aswar Anas, kegiatan budaya yang tersebar di berbagai wilayah Kabupaten Banyuwangi tersebut disatukan dalam Calender Banyuwangi Festival yang dipublikasi melalui Web resmi pemerintah dan dapat diakses oleh masyarakat global,” papar Anoegrajekti.

Peristiwa budaya berupa tradisi tempat penyelenggaraannya dipertahankan di tempat asal budaya masing-masing, termasuk Seblang, Gelar Pitu, Kebo-keboan, dan Petik Laut.

Tim Periset UNJ Lakukan Penelitian Lapangan di Banyuwangi: Festival sebagai Destinasi Wisata

Selanjutnya, Sudartomo Macaryus yang menjadi anggota tim dalam riset ini menyampaikan bahwa kegiatan budaya yang merupakan inovasi dan kreasi baru diselenggarakan di pusat kota Banyuwangi, seperti BEC, Gandrung Sewu, dan Kuwung.

“BEC terakhir yang digelar 13 Juli 2024 mengangkat tema “Ndharu Deso” untuk menunjukkan potensi wilayah-wilayah di Banyuwangi dalam bidang hasil bumi, hasil laut, keindahan alam (seperti pantai, gunung, hutan), hasil industri lokal, dan destinasi wisata,” jelas Sudartomo.

Tema BEC tersebut menunjukkan bawa dalam perkembangan terakhir ini, tema festival juga menjadi ajang sosialisasi dan promosi produk lokal Banyuwangi. Selain itu diangkat juga tantangan yang dihadapi oleh masyarakat dalam mempertahankan ekosistem alam yang terancam oleh adanya pencemaran lingkungan berupa beragam limbah industri.

beras