Tragedi Kanjuruhan: Cerita Suporter Arema Setelah Pertandingan Berakhir
Berita Baru, Sepakbola – Sabtu lalu, 1 Oktober 2022 menjadi hari yang kelam bagi sepakbola Indonesia. Tragedi Kanjuruhan Malang terjadi setelah pertandingan Arema vs Persebaya.
Laga Liga 1 2022/2023 di Stsdion Kanjuruhan yang berakhir dengan kekalahan tuan rumah 2-3 itu berujung ricuh. Sebanyak 125 orang meninggal menurut data kepolisian dan ratusan orang luka-luka.
Fawwaz Regan Ahnaf (Ega), Aremania (sebutan pendukung Arema FC) asal Mojokerto, menjadi salah satu saksi dari tragedi di Stadion Kanjuruhan tersebut.
Ia bersama sekitar 30 orang pendukung Arema FC dari Mojokerto berangkat dengan lima mobil dan lima motor menyaksikan pertandingan tersebut. Ega berangkat lebih dulu dibandingkan rekan-rekannya yang lain.
“Saya berangkat pagi karena mau ke rumah yang di Malang terlebih dahulu. Sedangkan teman-teman saya berangkat Sabtu siang. Kami ketemuan di Stadion Kanjuruhan. Kemudian kami masuk ke dalam stadion itu jam 19.16 WIB. Saya berada di Tribun Selatan,” kata Ega kepada Tempo, Senin sore, 3 Oktober 2022.
“Selama pertandingan tidak ada masalah. Aremania menyanyikan lagu-lagu yel-yel seperti biasanya,” ujar pelajar SMA ini
Setelah pertandingan selesai, para pemain Arema FC mendatangi Tribun Timur untuk meminta maaf. Menurut Ega, saat pemain Singo Edan meminta maaf tidak terjadi apa-apa.
“Setelah itu, ada dua atau tiga orang yang turun, dan saat itu para pemain Arema sudah kembali berjalan untuk masuk ke kamar ganti. Baru setelah itu dari Tribun Timur dan Selatan banyak orang yang turun,” ujar dia.
“Setelah banyak penonton yang turun, kemudian ditertibkan dengan anjing K-9. Penonton yang dari Tribun Timur dan Selatan kembali ke tribun. Kami sebenarnya yang masih duduk di tribun itu tidak ngapa-ngapain, kami juga tidak tahu kok tiba-tiba ada tembakan gas air mata ke arah tribun,” katanya.
Ega mengungkapkan, penembakan gas air mata yang paling parah terjadi di Tribun Selatan. Setelah penembakan gas air mata, ia tidak bisa melihat apa-apa.
“Saya berada di dekat pintu sehingga tidak terlalu parah. Kemudian saya segera menuju pintu keluar. Tapi ya itu ternyata sudah desak-desakan dorong-dorongan, untung pintu 10 sudah dibuka,” tuturnya.
“Waktu saya keluar, kanan-kiri saya sudah ada yang pingsan. Ada yang keinjek ada juga yang sesak napas,” kata Ega.
Para korban dibawa oleh Aremania ke rumah sakita dengan kendaraan pribadi (ada yang naik motor dan mobil). Menurut Ega, mereka di bawa ke dua rumah sakit di dekat Stadion Kanjuruhan yang jarak yang tidak terlalu jauh dari stadion.
“Setahu saya di luar stadion tidak ada kericuhan. Malah semua fokus membantu korban. Saya juga membantu beberapa orang untuk ambil air karena mata kan perih. Memberikan minuman untuk teman-teman Aremania. Kami saling membantu saja,” ujar dia.
Ega dan teman-temannnya berhasil selamat dari tragedi Stadion Kanjuruhan tersebut. Ia sampai di rumahnya di Malang pada Minggu dinihari, pukul 1.30 WIB.
“Kalau saya tidak kapok nonton pertandingan lagi. Tapi orang tua yang khawatir, entah sampai berapa tahun lagi boleh,” katanya.