Utang Indonesia pada Mei 2022 7.002,24 Triliun, Sri Mulyani: Masih Wajar
Berita Baru, Jakarta – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat posisi utang pemerintah mencapai Rp7.002,24 triliun atau setara 39,09 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sampai akhir Mei 2022. Jumlah itu turun Rp38,08 triliun dari sebelumnya Rp7.040,32 triliun pada April 2022.
“Posisi utang terjaga dalam batas aman dan wajar, serta terkendali,” demikian dikutip dari Buku APBN Kita edisi Juni 2022, Sabtu (2/7/2022).
Utang pemerintah pada Mei didominasi oleh Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp6.175,83 triliun atau sekitar 88,20 persen. Sementara untuk pinjaman tercatat senilai Rp826 triliun atau 11,80 persen.
Besaran utang SBN terdiri dari domestik senilai Rp4.934,56 triliun. Utang tersebut berasal dari Surat Utang Negara (SUN) Rp4.055,03 triliun dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Rp879,53 triliun.
Kemudian untuk valas mencapai Rp1.241,26 triliun, terdiri dari SUN Rp967,67 triliun dan SBSN Rp273,60 triliun. Selanjutnya, utang dari pinjaman dalam negeri Rp14,74 triliun dan pinjaman luar negeri Rp811,67 triliun. Pinjaman luar negeri itu terbagi untuk bilateral Rp280,32 triliun, multilateral Rp488,62 triliun, dan bank komersial Rp42,72 triliun.
Dalam kesempatan terpisah, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimistis pemerintah bisa mengurangi jumlah penarikan utang hingga Rp216 triliun sampai akhir 2022. Kelonggaran pembiayaan utang ini disebabkan karena pemerintah tak akan menarik utang ditengah terus naiknya suku bunga bank sentral dunia.
“Pembiayaan utang kita outlook sampai akhir tahun akan turun jadi Rp750 triliun. Ini Rp216 triliun lebih rendah, ada penurunan tajam sebanyak 22 persen,” kata Sri Mulyani di Gedung DPR pada Jumat (1/7/2022).
Dalam rencana awal APBN 2022, anggaran pembiayaan utang ditargetkan mencapai Rp973 triliun. Namun, jumlahnya diturunkan pada target APBN melalui Perpres Nomor 98 Tahun 2022 menjadi Rp943 triliun. Bendahara Negara itu bahkan kembali menurunkan outlook pembiayaan utang lagi hingga Rp750 triliun.