Sebuah Catatan Kekecewaan atas Pidato M. Abdullah Syukri
Oleh: Muhiddin M Nur*
DALAM ketegangan yang terus memuncak antara PBNU dan PKB sudah seharusnya PMII mengambil posisi yang netral, atau jika kita ingin menjadi entitas problem solver akan sangat elok jika PB PMII menjadi jembatan penghubung antara PBNU dan PKB.
Momentum Kongres PMII harusnya menjadi panggung terakhir untuk menunjukkan kapasitas seorang M. Abdullah Syukri sebagai Leader, sebagai pemimpin yang tidak partisan. ia harusnya tampil dan menggunakan momentum Sambutan terakhirnya sebagai penyejuk di tengah eskalasi yang membuncah antara Kramat Raya 164 Dan Raden Saleh.
Tetapi M. Abdullah Syukri telah membakar dirinya sendiri, ia telah membakar potensinya untuk menjadi jembatan diantara dua ketegangan.
Dalam momentum pidato pembukaan kongres Syukri justru mempersembahkan PMII sebagai bemper politik untuk Abdul Muhaimin Iskandar, dengan Pongah ia berkata “izin gus Muhaimin, saya pastikan siapapun yang akan anda hadapi, dan kondisi apapun yang nanti akan anda alami saya pastikan ratusan, ribuan bahkan jutaan kader PMII Berdiri di belakang sampean,”teriaknya dengan lantang dan rasa tak bersalah dan kemudian disambut dengan gelengan kepala ratusan kader yang hadir seperti tak percaya pemimpinnya telah menggadaikan oganisasi yang kita banggakan ini sebagai bemper politik atas ketegangan yang belum pasti siapa salah dan siapa benar.
Abdullah Syukri sekali lagi membuat PMII menangis, setelah secara etik jatuh dalam kubangan politik praktis dengan mencalonkan diri sebagai kepala daerah sebelum purna tugas organisasi, kini ia menyodorkan PMII sebagai bemper atas kepentingan politiknya. Kami prihatin.