Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Pamflet Seminar Kajian Bahasa dalam Persepektif Linguistik Antropologis
Tangakapan Layar Seminar Kajian Bahasa dalam Persepektif Linguistik Antropologis. (Foto: Beritabaru.co/ Rizal Kurniawan)

Sastra Indonesia UNEJ Gandeng UPI Bandung dan UGM Selenggarakan Diskusi Antropologi Linguistik



Berita Baru Jatim, Jember — Dalam rangka menyikapi kebijakan baru dari Menteri Pendidikan di perguruan tinggi, berupa Kampus Merdeka Merdeka Belajar, Prodi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember, bekerjasama dengan Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI Bandung dan UGM gelar diskusi daring dengan tema “Seminar Kajian Bahasa dalam Perspektif Linguistik Antropologi” pada Selasa, 17 November 2020 melalui Zoom dan YouTube.

Diskusi daring ini menghadirkan 3 narasumber, antara lain; Dr. Suhandano., M.A. (UGM), Dr. Mahmud Fasya, M.A. (UPI), dan Dr. Ali Badrudin, M.A (UNEJ).

Suhandano memaparkan bahwa perbedaan budaya masyarakat dapat dilihat dari perbedaan bahasa yang satu dengan bahasa lainnya. Hal ini dikarenakan studi bahasa dalam konteks sosial budaya penuturnya, bertujuan mengungkapkan makna yang tersembunyi berupa aspek-aspek sosial budaya penutur bahasa yang tercermin pada bahasanya.

“Jadi, perbedaan kata dari satu bahasa ke bahasa lain tidak bersifat kebetulan tetapi berkaitan dengan budaya atau pandangan dunia penuturnya,” paparnya.

Hal itu ditegaskan oleh Mahmud Fasya, dia menyatakan bahwa kekayaan kultural yang terekam dalam bentuk-bentuk lingual (bahasa) memberikan kesempatan bagi munculnya fenomena-fenomena bahasa yang khas di masing-masing daerah.

Dia juga menjelaskan tentang klasifikasi dan deskripsi idiom, fungsi idiom, dan representasi kultural di balik makna dan fungsi idiom dengan nama binatang di dalam bahasa Sunda.

“Nama binatang yang banyak melekat pada idiom yang digunakan masyarakat Sunda adalah mamalia, unggas, dan binatang air. Hal tersebut menunjukkan bahwa sistem idiomatik suatu bahasa sangat dipengaruhi oleh masyarakat tutur bahasa tersebut,” tandasnya.

Mahmud juga menambahkan, selain berhubungan dengan idiom, konstalasi dunia politik di daera, juga tidak terlepas dari permainan antroplogi linguistik.

Sementara itu, Ali Badruddin menerangkan bahwa mengkaji retorika politik di sebuah daerah dan menunjukkan bagaimana pilihan-pilihan teknis penanda tata bahasa dari penutur yang tampak apolitis, sebenarnya memiliki maksud politis.

“Hal tersebut, apabila diletakkan dalam konteks sosial yang sebenarnya, analisis tata bahasa bisa memotret pemahaman yang lebih kritis tentang tata bahasa maupun politik masyarakat,” terangnya.

Sastra Indonesia UNEJ Gandeng UPI Bandung dan UGM Selenggarakan Diskusi Antropologi Linguistik
Pamflet Seminar Kajian Bahasa dalam Persepektif Linguistik Antropologis. (Foto Istimewa)

beras