Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Hiski Lanjutkan dan Dalami Topik Politika Sastra Kedua di Sekolah Sastra

Hiski Lanjutkan dan Dalami Topik Politika Sastra Kedua di Sekolah Sastra



Berita Baru, Jakarta – Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI) Pusat sukses melanjutkan Sekolah Sastra dengan mengangkat tema Politika Sastra. Pertemuan kedua via Zoom Meeting serta disiarkan secara langsung di kanal YouTube Hiski dan juga Tribun Network terlaksana pada Sabtu (11/05).

Sebelum memasuki agenda inti, acara diawali dengan sambutan ketua Hiski Pusat, Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum.

Novi menjelaskan bahwa diskusi ini adalah kelanjutan dari pertemuan pertama.

“Prof Yuwana akan melanjutkan pemaparan topik menarik ini, utamanya dari segi perspektif penelitiannya utamanya yang berkaitan dengan metode, politika sastra dalam perspektif ilmu politik dan perspektif ilmu sastra,”ujarnya.

Novi menambahkan, bahwa Herbert Marcuse mengatakan bahwa seni termasuk sastra tidak dapat mengubah keadaan. Akan tetapi seni termasuk sastra dapat menggerakkan orang untuk melakukan perubahan.

“Di Indonesia, pemerintah cenderung sensitif terhadap buku. Oleh karena itu, buku-buku yang dipandang berpotensi memprovokasi masyarakat dilarang beredar, termasuk koran dan majalah yang sebagian ikut dibredel,” tambahnya.

Novi berharap para peserta dapat memperdalam dan memperluas pemahaman mengenai politika sastra mari kita ikuti pemaparan.

Hiski Lanjutkan dan Dalami Topik Politika Sastra Kedua di Sekolah Sastra

Berlanjut langsung diisi dengan materi Politika Sastra: Perspektif Ilmu Politik oleh dosen Universitas Negeri Surabaya oleh Prof. Dr. Setya Yuwana Sudikan, M.A.

Yuwana menjelaskan beberapa kemungkinan jika politika sastra berkaitan dengan sastra sebagai studi politik, ilustrasi ilmu politik, bentuk pendidikan moral hingga narasi dan identitas. Keempat hal ini memiliki penjelasan yang cukup panjang.

“Kita nanti bisa melihat dan mengamati adanya identitas-identitas tertentu dalam karya sastra, juga akan memahami narasi-narasi politik tertentu dalam karya sastra,”ungkapnya.

Yuwana mengungkapkan, politika sastra sudah ada sejak zaman Plato, Hegel, Karl Marx dan Arendt pada abad ke-20. Ia juga menjelaskan bahwa teori politik berdasarkan 3 (tiga) bidang yakni filsafat, kritik umum dan sastra.

Selain itu, Yuwana juga menyinggung Sosiologi Politika Sastra. Hal ini juga menjadi bahasan yang berbeda, menyangkut pada sikap politik penulis dan konteks politik sastra.

Hal yang menarik dalam penyampaiannya adalah, politikus di luar negeri terutama di Inggris dan Amerika pasti membaca karya sastra untuk pengetahuan politiknya. “Di Indonesia, politikus tak perlu berbekal sastra. Tapi di negara-negara maju, ilmu baca sastra itu menjadi penting (untuk politikus),” ungkapnya.

Yuwana juga menjabarkan bagaimana perkembangan politik dan sastra model Amerika. Bahasan ini cukup memberi khazanah baru bagi para audiens dengan 14 tahap yang dijelaskannya.

“Bapak dan Ibu tolong dicatat, bahwa teori politik Amerika sebenarnya terkandung dalam fiksi Amerika, ini berita penting,” bebernya.

Tak kalah penting, menyebutkan bahwa perkembangan teori politik terakhir juga menjadi salah satu pendorong penyebaran sastra hingga saat ini.

Politika sastra dalam prespektif ilmu sastra juga sempat dibicarakan. Penjelasan meliputi bagaimana politika sastrawan, politika karya sastra dan politika pembaca.

Penjelasan ini langsung Yuwana sambungkan dengan proses perkembangan sastra di Indonesia.

Dimoderatori oleh Dr. Endah Emawati, M. Pd., acara dilanjutkan dengan diskusi interaktif antara narasumber dan audiens. Sampai akhir acara, Sekolah Sastra kali ini diikuti sekitar 262 peserta di Zoom Meeting dan telah ditonton sebanyak 470 kali di kanal YouTube hingga berita ini dirilis.

Sebagai informasi, Sekolah Sastra merupakan salah satu program kegiatan Hiski Pusat yang diketuai oleh Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M. Hum. Sekolah sastra ini rutin digelar setiap bulan di minggu pertama dan kedua, sementara untuk minggu ketiga digelar agenda Tukar Tutur Sastra.

Hiski Lanjutkan dan Dalami Topik Politika Sastra Kedua di Sekolah Sastra

beras