Malam Mingguku Sendu, dik
Malam ini ada yang bersedih
di malam minggu
seorang pemantra rindu
jiwanya gersang
padahal hujan telah gegap gempita menemuinya
Malam minggu yang hangus
ia sama-sekali tidak mau mengingat sebuah malam minggu
karena telah lama berjarak dengannya
Baginya, malam minggu adalah malam yang buruk
dulu, di jam-jam segini
kumenunggumu; bergincu
lalu lanjut bercinta
di pojok kota
sekarang, dengan sepinya kumerapalnya.
November
kemana kita akan pergi, dik
tetapkah kita di labirin kerinduan
atau kita akan bertapa di lobang kesepian
bagaimana kalau kita ke pantai saja, dik
yang bagus senjanya
yang hangat pasirnya
yang mesra ombaknya
disana kita gelar tikar pertemuan
yang sudah sejak lama berjerijit
apakah kamu akan terima tawaranku ini, dik?
November
Nampaknya ia akan lengah
tidak sempat menyiapkan payung atau mantel
sedangkan langit sudah keseringan hitam
tapi November akan kedinginan
bersama mantel dan payung
yang bertengger di dekat kulitnya
ooh November
dengan sejuta karung perasaannya
meraih bunga-bunga yang akan segera indah lagi
meraup akar-akar pohon
yang menjalar panjang-panjang
demikianlah November di tanggal kedua
Apakah pak sufyan pak dekan?