Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Ratusan Mahasiswa Jatim Suarakan Ancaman Depo Pertamina, Polres Pelabuhan Tanjung Perak Bertindak Brutal
Aksi mahasiswa di Jalan Perak Barat, Surabaya.

Ratusan Mahasiswa Jatim Suarakan Ancaman Depo Pertamina, Polres Pelabuhan Tanjung Perak Bertindak Brutal



Berita Baru, Surabaya – Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Rumah Kebangsaan Jawa Timur menerima tindakan represif dan intimidasi dari aparat Kepolisian Resor (Polres) Pelabuhan Tanjung Perak saat menggelar demonstrasi pada Kamis 13 April 2023 siang.

Dalam aksinya di Jalan Perak Barat, Surabaya itu, Rumah Kebangsaan Jatim menyuarakan resiko ancaman Depo Pertamina Tanjung Perak Surabaya terhadap warga Kelurahan Tanjung Perak, Kecamatan Pabean Cantikan, Kota Surabaya, Jawa Timur.

“Kami mengecam tindakan represif Kepolisian Resor Tanjung Perak yang semena-mena saat pengamanan unjuk rasa banyak korban kekerasan yang kita terima saat di lapangan tendangan sampai bantingan seperti laga MMA yang ada di televisi kita terima,” kata Edwin Rilo Pambudi, Sekretaris Rumah Kebangsaan Jawa Timur kepada Beritabaru.co Jawa Timur.

Menurut Rilo, Rumah Kebangsaan Jatim bersama aliansi mahasiswa hanya ingin berjuang, menyuarakan potensi ancaman serius Depo Pertamina terhadap warga Tanjung Priok. Tak sepantasnya aparat bertindak sebegitu represifnya kepada massa aksi.

“Depo Pertamina di Tanjung Perak ini dekat dengan kampung padat penduduk sekitar 30 meter. Ini rentan berdampak kepada warga bila terjadi kebakaran. Sehingga kami menuntut Pertamina serius menggarap buffer zone, karena ini kewajiban. Apa ini salah bagi pihak kepolisian?,” tuturnya.

Depo Pertamina Tanjung Perak Ancam Keselamatan Warga

Rilo menyebut bahwa peristiwa kebakaran Depo atau kilang minyak di beberapa wilayah dan menelan banyak korban jangan sampai terulang di Surabaya. Menurutnya, keamanan Depo Pertamina Tanjung Perak hingga saat ini masih cukup minim.

“Kita semua tahu, pada Kamis (23/2) lalu Pipa bahan bakar minyak (BBM) milik Pertamina Tanjung Perak Surabaya terbakar. Meski tak ada korban jiwa, pihak pertamina enggan berkomentar. Kami menduga ini ada yang tidak beres,” katanya.

“Pertamina baru sibuk ingin memperluas buffer zone ketika banyak kejadian kebakaran yang disebabkan oleh pertamina sendiri. Sayangnya, pembangunan buffer zone di pertamina perak menampilkan wajah buruk dari pertamina. Pasalnya, pertamina tidak mau bertanggung jawab dan menertibkan atas pembangunan buffer zone karena tanahnya menyewa dari PT Pelindo,” sambung Rilo.

Menurutnya, keamanan bagi warga sekitar Depo Pertamina Perak Surabaya harus diutamakan. Karena faktanya, sudah banyak kelalaian Pertamina di beberapa Depo yang mengalami kebakaran dan memakan korban jiwa.

Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir, tercatat terjadi peristiwa kebakaran di 9 tempat Depo BBM dan Kilang Minyak milik Pertamina. Terbaru adalah peristiwa kebakaran Kilang Minyak Putri Tujuh Pertamina RU II Dumai, Provinsi Riau, terjadi pada Sabtu, 1 April 2024 dan Kebakaran Kilang Pertamina Plumpang pada 3 Maret 2023 lalu.

“Mengingat Depo BBM sendiri adalah area yang punya resiko sangat tinggi dan membutuhkan safety factor khusus di dalam nya. Oleh karena itu, fakta ini menunjukkan bahwa ada unsur kealfaan dan kegagalan dari PT Pertamina dalam manajemen risiko terhadap potensi pengendalian kebakaran dan kecelakaan di depo dan kilang minyak yang menjadi wilayah tanggung jawabnya,” katanya.

“Menuntut PT Pertamina Patra Niaga Jatim, Bali dan Nusa Tenggara (Jatimbalinus) yang notabene punya Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) atau Depo Pertamina di Jalan Perak Barat, Surabaya, yang berdekatan dengan pemukiman warga untuk turut aktif dalam upaya mitigasi risiko,” pungkas Rilo.

Warga Dihantui Potensi Kebakaran Depo Tanjung Perak

Ketakutan itu sangat nyata dirasakan warga karena rumah mereka hanya berjarak sekitar 30 meter dari tangki BBM di area Depo Pertamina. Sehingga rentan terhadap dampak bila terjadi kebakaran.

“Warga tidak tahu harus berbuat apa ketika peristiwa kebakaran di depo Pertamina Plumpang terjadi di tempat tinggal mereka,” kata Sholeh, Kepala Rukun Tetangga (RT) setempat, sebagaimana dinukil dari CNN Indonesia, Sabtu (15/4).

Sholeh juga mengungkap, selama Depo Pertamina hadir dan beroperasi, pihak pengelola tidak cukup serius dalam memberikan edukasi dan mitigasi kebencanaan terhadap warga dengan situasi keamanan yang cukup rentan itu.

Sosialisasi yang dimaksud pihak Pertamina hanyalah secarik kertas larangan menyulut petasan atau mercon pada momen tertentu. “Selebihnya tidak ada. Pelatihan kebencanaan misalnya,” terang Sholeh.  

Sosialisasi bencana itu katanya Sholeh, seingatnya cuman dilakukan satu tahun dua kali, ketika mau tahun baru dan hari raya. “Memberi edaran itu pun kadang nggak ketemu saya dititipkan ke anak saya edaran itu,” tegasnya.

Pasalnya, jalur evakuasinya di perkampungan tersebut menurutnya, hanya dipisahkan gang yang selebar 1 meter. “Artinya tanpa pengetahuan jalur evakuasi yang tepat warga bisa terjebak ketika terjadi kebakaran,” tandasnya.

Senada, seorang warga bernama Suryati juga menyampaikan kekhawatirannya akan keamanan keluarganya dari ancaman bencana Depo Pertamina Tanjung Perak Surabaya.

Menurutnya, bisa saja kebakaran terjadi di pemukiman dan merembet ke depo. Namun, jika belum ada alat pemadaman akan makin besar. “Kalau kita yang beli kan nggak mungkin,” pungkasnya. 

Warga mengaku, tidak punya pilihan apalagi harus pindah dari lokasi tersebut meski mengetahui resiko apa yang mereka hadapi. Sebab, rata-rata warga sudah mendiami kawasan ini selama 40-50 tahun.

beras