Yayuk Dwi: Ketua Kader Posyandu yang Berhasil Tekan Angka Kelahiran hingga Antisipasi Stunting
Berita Baru, Jember – Terlihat pemandangan para ibu sedang berbondong-bondong menggendong anaknya menuju ke satu tempat. Setelah bertanya-tanya pada warga sekitar, ada jadwal imunisasi dan cek kesehatan bulanan.
Sebagian dari mereka terlihat masih muda, sebagian lagi terlihat sudah berumur. Kegiatan itu rutin digelar di Posyandu Aster 76 yang terletak di Lingkungan Kulon Pasar RW 09 Jember Kidul, Kecamatan Kaliwates, Kabupaten Jember.
Di tempat tersebut juga, seorang perempuan paruh baya terlihat lebih mencolok daripada yang lain. Ia terlihat sangat sibuk. Mengarahkan dan memonitor para kader posyandu dalam melakukan penimbangan dan pengukuran anak.
Ia dikenal dengan nama Yayuk Dwi oleh orang-orang di Lingkungan Jember Kidul. Perempuan berumur 46 tahun itu selain dikenal sebagai Ketua Kader Posyandu yang energik dan ramah, dia juga aktif menjadi Ketua PKK, penanggung jawab distribusi PMT.
Di tengah kesibukannya mengurus kesehatan anak di lingkungannya, Yayuk yang juga merupakan Ibu RW juga sibuk menjalankan usaha kecil-kecilan dengan membuat roti.
Yayuk berpindah domisili dari dari Mojokerto ke Jember. Suaminya yang merupakan ASN di salah satu instansi pemerintahan menyebabkannya kerap berpindah tempat dinas, namun Yayuk pada akhirnya memutuskan untuk tetap menetap di Lingkungan Kulon Pasar RW 09 Jember Kidul. Menjalani aktivitas di Posyandu sembari menekuni usaha roti bolu pisangya.
Yayuk merupakan sedikit dari sekian banyak Kader Posyandu yang memberikan sumbangsih penting bagi masyarakat di lingkungannya, yaitu mengampanyekan program Keluarga Berencana dalam menekan angka kelahiran. Sebenarnya, cara kampanye yang dilakukan Yayuk tidak jauh berbeda dengan kampanye pada umumnya. Namun, kesabaran dan ketekunan Yayuk memberikan hasil yang baik.
Yayuk mengatakan bahwa mengampanyekan KB di lingkungannya dimulai sejak ia menjadi Ketua Kader Posyandu tahun 2014. Dibantu oleh senior-senior di Posyandu, ia mulai memberikan edukasi pentingnya KB pada ibu-ibu di lingkungannya dengan beragam pola.
Yayuk menceritakan, sempat ada perdebatan perkara halal dan haram terkait program KB yang ramai diperbincangkan di tengah masyarakat ketika itu. Meski seiring berjalannya waktu, isu tersebut mereda dan masyarakat mulai berdamai.
Yayuk menjelaskan bahwa pasangan-pasangan muda hari ini lebih pintar dan cerdas memilih sikap. “Mereka cenderung tidak menerima mentah-mentah kabar hoaks seperti berita haramnya program KB. Media massa sudah dalam genggaman mereka,” ujarnya kepada saya.
Menurut Yayuk, KB bukan hanya persoalan membatasi anak, tapi juga sangat berkaitan dengan tuntutan ekonomi. KB juga seperti sudah menjadi gaya hidup orang-orang yang hidup di lingkungan kota dengan padat penduduk.
Yayuk mengatakan, sekarang biaya hidup dan pendidikan semakin tinggi. Fakta tersebut juga secara tidak langsung memengaruhi pandangan pasangan muda untuk merencanakan berapa anak yang diinginkan.
“Memiliki anak di daerah perkotaan banyak tantangannya. Salah satu contoh kecil adalah muncul kekhawatiran dalam proses antar-jemput anak di sekolah. Mengingat tranportasi publik di Jember masih belum memadai dan ramah anak,” jelasnya.
Ia menambahkan, hal tersebut tentu berbanding terbalik dengan kondisi anak-anak di pedesaan. Anak-anak di pedesaan cenderung lebih mandiri, selain karena minimnya volume kendaraan, masyarakat pedesaan juga saling mengenal. Lebih guyub.
Selain faktor-faktor yang sudah disebutkan, Yayuk bercerita bahwa banyaknya angka janda dan duda di Lingkungan Aster 76 juga secara tidak langsung berkontribusi menekan angka kelahiran sampai hanya tujuh anak. Yayuk menyadari bahwa keberhasilan program KB di wilayah Aster 76 adalah hasil jerih payah kerja kolektif kader. Yayuk sadar, bahwa ia hanya kebetulan masuk di waktu yang tepat saja.
Terlepas dari kisah kesuksesannya mengampanyekan KB. Yayuk bercerita pengalaman selama ia menjadi Ketua Kader Posyandu. Ketika awal menjadi Ketua Kader Posyandu, masih banyak para orang tua yang enggan mengikutkan anak-anaknya untuk imunisasi di Posyandu.
“Warga lebih memilih membawa anaknya imunisasi berbayar di bidan. Sebab, saat itu warga masih menganggap imunisasi di Posyandu tidak teruji, kurang meyakinkan, dan kampungan,” terangnya.
Yayuk tidak putus asa, melalui majelis pengajian setiap seminggu sekali, ia terus berupaya mensosialisasikan dan memberikan edukasi pada masyarakat di lingkungannya. Ia mengatakan bahwa imunisasi di bidan dengan di Posyandu tidak ada bedanya. Sebab, bidan yang ditugaskan di Posyandu adalah para bidan yang sama dari Puskesmas. Tentu alasan paling masuk akal adalah imunisasi di Posyandu tidak bayar alias gratis.
Selain itu, Yayuk juga sempat beberapa kali berbagi pengalaman dengan sesama Kader Posyandu yang bertugas di wilayah pinggiran atau desa. Para Kader Posyandu di wilayah tersebut sampai harus membuat surat perjanjian dengan masyarakat. Dalam perjanjian itu tertulis apabila terjadi hal yang tidak diinginkan dalam masalah kesehatan, pihak Posyandu tidak akan bertanggung jawab. Inisiatif tersebut muncul sebab sulitnya memobilisasi masyarakat desa.
Yayuk kemudian membenahi posyandunya, mulai pelayanan hingga sistem. Ia menegaskan kepada para Kader Posyandu bahwa pengetahuan terkait penimbangan dan mengukur lingkar lengan dan kepala harus betul diseriusi. Sebab jika salah menimbang dan mengukur, akan berdampak pada keakuratan hasil. Tak jarang hal tersebut menyebabkan bayi-bayi yang awalnya tergolong sehat dianggap stunting dengan alasan kekurangan berat badan.
Yayuk juga mengatakan bahwa edukasi komunikasi antar pribadi, pola perilaku hidup bersih dan sehat sangat membantu karena hal tersebut punya dampak panjang pada kesehatan anak.
Salah satu warga yang terdorong mengikuti program KB adalah Ika Kartika. Ika memiliki dua orang anak. Anak pertama berjenis kelamin perempuan yang kini sudah kelas XI SMK dan satu lagi laki-laki yang kini kelas IV SD.
Kartika mengikuti program KB karena faktor ekonomi. Suaminya berjualan es degan dan ia sendiri penjual gorengan. Hingga saat ini Kartika masih mengontrak, belum memiliki rumah sendiri.
Karya jurnalisme in-depth ini pernah dimuat di Radio Prosalina pada (07/11/2022). Dimuat lagi di Beritabaru.co Jatim dan diedit ulang atas perizinan penulis.