Ia Berangkat Pagi Hari
IA BERANGKAT PAGI HARI
oleh: Djoko Saryono
malam sepertiga ramadan
ia berkemas — ruhnya dirapikan
dan cepat-cepat berangkat pagi hari
ketika orang-orang dipeluk mimpi
tanpa warta jauh sebelumnya
dan kata-kata secukupnya
ia tinggalkan lagu-lagunya
ia tinggalkan ketenaran
ia tinggalkan jazadnya
ia tinggalkan teka-teki purba
bagi sesama
waktu mengetuk telinga
yang terlelap dari riuh suara
dan tergeragap
ketika embun gugur
terbujur di telapak bumi
terbaring di rekah tanah
: pusara
duka bagai pelepah daun
: berjajar di sepanjang jalan
rindu yang terbangun
dari serpihan kenangan
orang-orang bertanya
: kenapa — sebab apa?
tembang masih terlantun
nafas hafal tarian Nun
orang-orang berdoa
seketika — sebisanya
dalam sembarang kata-kata
(dan ia tersenyum mendengar
karena segala doa merdu adanya
“semua doa itu lagu jiwa bebas
seperti awan di angkasa”, ucapnya
terus ia terus mendaki cahaya)
sebagian orang bingung
tegang di kerut jidat
dalam hati berkurung
keraguan menjerat
bersilang kata-kata
: pakai cara apa?
: ia beragama apa?
: doa kita apa diterima?
(mereka sibuk berdebat
dan berdoa pun lupa
kata-kata mulia pun kecewa
batal menunaikan tugasnya)
ia mendengar, lalu membatin
sambil memanjat cahaya di atas
“yang abadi tahu segala bahasa
program komputer yang fana saja
sanggup mencerna banyak bahasa!
kalian insan yang bermacam saja
tahu bahasa laguku! — bukan begitu?”,
ia berpesan pada para fans yang
rajin wirid goyang membebaskan
ia terus menapak undak-undak cahaya
sesekali menoleh di kerendahan bumi
lantas tersenyum, “kalian ada-ada saja
berebut yang abadi dan kalian kurung
seperti burung piara kalian”, batinnya
orang masih tunduk mendoa
: dan jazad hanyalah tanda
orang masih ngotot bersilat kata
: dan tanda kepicikan dipiara
dan ia tak hendak kembali
sebab bumi sudah cukup dinikmati
istiqamah terus menuju yang abadi
: rumah tak-berbatas aling
tak seperti bumi terkapling
pintu-pintu sedang terbuka
ramadhan hikmat menjaga
Puisi ini pernah diposting di Facebook pada 7 Mei 2020.