Begini Alasan Kenapa Anda Tak Harus Membeli Baju Baru Saat Lebaran
Kolom – Membeli baju baru saat lebaran tiba sudah menjadi semacam tradisi yang tak boleh dilewatkan. Tak hanya itu, berpenampilan dengan baju baru juga menjadi gaya hidup yang sayang untuk ditinggalkan. Bahkan sejak kecil masih kental dalam ingatan kita bahwa lebaran memang sudah identik dengan baju baru.
Barangkali itu alasan yang membuat mal, pasar, dan toko pakaian senantiasa ramai dan berdesak-desakan demi melayani pembeli yang membludak.
Namun, apakah selalu harus membeli baju baru? Sebenarnya tidak juga. Sebab nilai yang terkandung di momen lebaran sejatinya memang bukan untuk pamer pakaian, tetapi lebih untuk merayakan kemenangan setelah puasa dan menguatkan silaturrahmi.
Jadi, tak ada salahnya mulai merenungkan ulang kebiasaan ini dengan lebih ke cara berpikir yang substantif. Lalu, mulailah membuka-buka isi lemari dan coba temukan pakaian di sana yang mungkin masih sangat layak untuk dipakai.
Yah, kebanyakan kita punya kebiasaan mengoleksi pakaian dan ini membuat selalu ada pakaian di lemari yang jarang terpakai. Di antara pakaian-pakaian tersebut, boleh jadi ada yang menarik untuk dipakai lagi di momen lebaran kali ini.
Dikutip dari Go Green Drop, inilah beberapa alasan rasional untuk tidak membeli baju baru lebaran:
1. Mengurangi limbah tekstil
Patut dipahami bahwa limbah yang dihasilkan dari produksi tekstil sangatlah besar dan berisiko mencemari lingkungan. Hal ini tidak seimbang dengan kapasitas daur ulang yang bisa dilakukan. Jadi, limbah tekstil tak seperti limbah plastik yang mudah didaur ulang.
Dengan memahami hal ini, harapannya kita sama-sama memaksimalkan pakaian yang ada sejauh masih layak pakai. Pakaian yang tidak cocok lagi mungkin bisa diwakafkan pada yang membutuhkan. Sementara yang telah rusak dapat diperbaiki lagi agar masih tetap layak pakai.
2. Mengurangi gas pemicu efek rumah kaca
Umumnya, limbah pakaian terbuang begitu saja di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Faktanya, sangat minim oksigen dan material organik di TPA untuk mengurainya sebagai kompos. Hal ini yang menyebabkan komposisi sampah pakaian akan terurai dengan proses degradasi anaerob yang menghasilkan gas metana.
Untuk diketahui bahwa gas metana inilah yang kemudian terperangkap di atmosfer dan berpotensi merusak lapisan ozon.
3. Mencegah sampah masuk TPA
Ada ribuan ton sampah yang menyesaki hampir semua TPA di kota-kota di Indonesia. Ada sebagian diantaranya adalah sampah pakaian. Jadi, dengan memakai kembali pakaian yang masih layak, kita berkontribusi pada timbulan sampah di TPA.
4. Mengurangi konsumerisme
Budaya konsumerisme memang sedang mewarnai minset banyak orang. Tanpa disadari kita kadang tergoda oleh rayuan diskon di mana-mana jelang lebaran. Ambisi untuk mengoleksi pakaian pun seolah jadi harapan tersendiri. Nyatanya, kita tidak memerlukan pakaian berlebihan untuk aktivitas keseharian.
Pendeknya, kebutuhan kita sebetulnya tidaklah besar, namun keinginan-keinginanlah yang memang tidak terbatas. Padahal, gaya hidup minimalis saat ini sedang jadi tren baru yang justru membuat kita lebih bahagia dan lebih hemat. Di samping itu, hidup hemat dan minimalis membuat kita terhindar dari kepungan limbah pakaian.
5. Hemat energi
Dengan tidak membeli baju baru berarti kita berkontribusi pad upaya hemat energi. Mengapa demikian? Sebab tiap pakaian atau baju baru yang diproduksi membutuhkan energi yang besar baik listrik, air, dan lainnya. Terlebih, pakaian yang dibeli diproduksi secara massal atau fast fashion.
Penggunaan kembali pakaian lama jelas bagian dari sikap hemat yang sekaligus berdampak positif bagi lingkungan. Hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan membeli baju bekas atau thrifting.
6. Lebih praktisĀ
Sebenarnya dengan memakai pakain lama, kita dapat merasakan suatu gaya hidup yang lebih praktis. Jadi, kita tidak perlu harus berbelanja dengan berdesak-desakan di toko belanja. Terlebih di musim pandemi seperti ini, dimana seharusnya kita dapat melakukan pembatasan sosial.
Lihat saja misalnya, betapa ramainya area perbelanjaan jelang lebaran yang sebagian besar hanya karena baju baru. Oleh sebab itu, merefleksi ulang momen lebaran sebagai momen yang justru lebih hemat dan sederhana menjadi penting.
Tak ada salahnya mulai mengajak anak-anak kita memberi perhatian serius pada lingkungan dengan mengubah pola pikir kita. Dimulai dari diri sendiri dan perlahan diwariskan pada banyak orang.